494 Tahun DKI Jakarta : Optimisme untuk "Jakarta Bangkit"
HUT DKI Jakarta ke-494 menjadi momentum kebangkitan wilayah ini dari pandemi yang berkepanjangan. Salah satunya dengan tekat bersama, berkolaborasi antar semua pihak untuk berjuang bangkit melawan pandemi.
Di tengah karut menghadapi Covid-19, Jakarta memperingati Hari Ulang Tahun ke- 494 pada 22 Juni 2021. Momentum perayaan HUT ini justru harus dapat menjadi penguat ibu kota untuk dapat kembali pulih.
Tema yang diusung dalam HUT DKI Jakarta ke-494 tahun ini adalah “Jakarta Bangkit”. Pemerintah DKI Jakarta dalam penjelasannya mengemukakan, tajuk kebangkitan sengaja dipilih agar dapat menjadi pelecut semangat bersama bahwa Jakarta akan menang melawan pandemi.
Tahun ini merupakan kali kedua HUT DKI Jakarta diperingati dengan cara berbeda akibat pandemi yang berkepanjangan. Hampir sama seperti tahun sebelumnya, perayaan HUT Jakarta yang lekat dengan hingar bingar pesta rakyat kembali harus dirayakan dengan sederhana dan tentunya pertimbangan protokol kesehatan yang ketat.
Bagi Jakarta, perayaan HUT kali ini bahkan menjadi yang cukup berat di saat situasi Covid-19 sedang membelenggu hebat. Data statistik mencatat, sejak pertengahan Juni lalu, angka kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di provinsi ini terus tumbuh drastis.
Baca juga : Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Melonjak 302 Persen
Data per tanggal 19 Juni 2021, jumlah kasus positif Covid-19 Jakarta menyentuh angka 468.447, dengan penambahan dapat mencapai lebih dari 4000-an kasus per hari. Sejauh ini, penambahan harian tertinggi tercatat pada Sabtu (20/6/2021) yang mencapai 5.582 kasus positif.
Peningkatan kasus ini membuat pelayanan kesehatan di Jakarta kembali harus bekerja ekstra. Beberapa waktu lalu pun santer dikabarkan bahwa rumah sakit rujukan Wisma Atlet tak lagi dapat menampung pasien.
Situasi darurat itu secara gamblang juga tergambarkan dari keterisian Bed Occupancy Ratio (BOR) atau keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta yang sudah mencapai 84 persen (data per 19 Juni 2021).
Kondisi ini mengindikasikan, jika lonjakan kasus masih tidak terkendali dan terus menunjukkan penambahan yang signifikan, maka pelayanan di rumah sakit rujukan akan kolaps.
Data pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjukkan, dari total 8.924 ranjang isolasi di rumah sakit rujukan Covid-19, sebanyak 7.919 sudah terisi. Sementara itu, keterisian untuk untuk ICU pun juga telah mencapai 81 persen dari total 1.189 tempat tidur.
Terpuruk
Secara nyata tentulah belenggu pandemi yang tak kunjung berujung telah berdampak hebat pada kehidupan masyarakat perkotaan seperti Jakarta. Persoalan seputar kesejahteraan sosial menjadi salah satu yang paling babak belur dihantam pandemi.
Pemerintah DKI Jakarta dalam keterangannya menyatakan, pandemi memang akan berdampak sangat rentan bagi kelompok masyarakat miskin. Data terbaru yang dirilis oleh BPS DKI Jakarta pada Februari 2021 lalu memaparkan jumlah penduduk miskin provinsi ini per September 2020 mencapai lebih dari 496 ribu jiwa atau sekitar 4,96 persen dari total populasi.
Hasil perhitungan menunjukkan ada penambahan lebih dari 15 ribu masyarakat miskin jika dibandingkan dengan jumlah di bulan Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang banyak berdampak pada melumpuhnya perekonomian dan sulitnya mencari pekerjaan membuat banyak masyarakat kian rentan masuk dalam jurang kemiskinan.
Baca juga : Kolong Kemiskinan Jakarta Tidak Pernah Sepi
Selain itu, pandemi secara nyata juga telah memperlebar ketimpangan di ibu kota. Badan Pusat Statistik mencatat, ada peningkatan sekitar 0,1 untuk indeks gini Jakarta tahun 2020 yang menjadikannya berada posisi 0,4 atau dalam kategori ketimpangan moderat. Angka tersebut juga lebih tinggi dari rata-rata indeks gini nasional tahun 2020 sebesar 0,38.
Faktor penyebab langsung yang berdampak kondisi kesejahteraan tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh masifnya pengangguran yang muncul selama pandemi. Lain dari itu, melesunya geliat usaha dan berbagai roda penggerak ekonomi masyarat juga memperparah kondisi kesejahteraan warga megapolitan tersebut.
Sementara dalam hal Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kondisi Jakarta cenderung masih stabil. Merujuk pada data BPS, Tahun 2020, DKI Jakarta berhasil meraih IPM 80,77. Capaian itu menempatkan DKI Jakarta sebagai provinsi dengan predikat "sangat tinggi" dan melebihi rata-rata nasional yang mencapai 71,94.
Optimisme
Capaian dalam indeks pembangunan tersebut setidaknya dapat menjadi harapan di tengah krisis multidimensi yang begitu berat untuk dilalui. Persoalan yang menyangkut kelayakan hidup masyarakat yang berdasar pada kualitas ekonomi, kesehatan, hingga pendidikan memang harus terus diperjuangkan di masa-masa sulit seperti saat ini.
Berbagai intervensi terus diupayakan untuk dapat mengembalikan putaran roda Megapolitan Jakarta sebagai naungan bagi puluhan juta manusia yang menggantungkan hidupnya.
Sejumlah bantuan langsung pun telah dikucurkan untuk mengurangi beban masyarakat kurang mampu, mulai dari bantuan langsung tunai ataupun sembako, hingga insentif modal bagi para pelaku usaha mikro dan kecil.
Tak hanya itu, upaya pemerintah untuk menggerakan kembali ekonomi masyarakat juga diwujudkan ke dalam berbagai program lain. Salah satunya dengan menggelar “Jakpreneur” yang juga diselenggarakan sebagai bagian dari acara perayaan ulang tahun Jakarta tahun ini.
Meskipun digelar secara online, pemerintah provinsi berharap program ini dapat menghidupkan kembali banyak usaha menengah dan kecil, sehingga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat pelaku usaha.
Selain kebijakan untuk pemulihan kesejahteraan, upaya teknis pencegahan penyebaran virus pun terus dilakukan. Penegakan kedisiplinan dengan tegas agar masyarakat terus menerapkan aturan untuk patuh pada protokol kesehatan pun tak luput dilakukan, sembari terus menggencarkan vaksinasi.
Ledakan kasus positif pasca libur lebaran lalu sebetulnya telah diprediksi. Namun, tetap saja antisipasi dan langkah pencegahan yang telah dilakukan nyatanya tetap kalah karena upaya membentung aliran mobilitas tak optimal.
Selayaknya sedang menuai dari apa yang telah dilakukan sebelumnya, kini ledakan kasus Covid-19 menjadi sebuah konsekuensi yang harus dilalui dan pemantik keseriusan langkah penanganan ke depan.
Tak harus lagi kecolongan, penerapan pembatasan kegiatan dan aturan protokol kesehatan harus terus dilakukan dengan tegas dan konsisten. Menghadapi pandemi adalah kerja bersama, seluruh masyarakat, pemerintah, dan banyak pemegang kepentingan lainnya wajib turut andil menekan penularan.
Hanya dengan kesadaran dan kerja bersama itulah Jakarta dapat keluar dari belitan beragam persoalan nan kompleks akibat Covid-19. Sejatinya perayaan HUT ke-494 menjadi momentum bagi ibu kota untuk tak henti berbenah, juga terus membakar api semangat bersama agar mampu bangkit dari keterpurukan pandemi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : ”Jakarta Bangkit”, Tema HUT Ke-494 Jakarta