Merosotnya Peringkat Perguruan Tinggi Indonesia
Ranking perguruan tinggi Indonesia di dunia cenderung merosot. Hal ini menjadi sinyal pembenahan kualitas perguruan tinggi. Upaya ini juga dihadapkan pada kondisi pandemi yang turut berdampak di sektor pendidikan.
Menarik untuk mencermati naik turunnya peringkat sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia di kancah internasioal. Ada yang naik peringkat, ada yang merosot jauh. Kondisi pandemi bisa menjadi rasionalisasi terhadap hasil penilaian.
Namun, sinyal pembenahan terhadap kualitas perguruan tinggi sangat kuat ditujukan ke semua pemangku kepentingan di negeri ini, terutama untuk keluar dari kesulitan yang timbul akibat pandemi.
Pemeringkatan universitas-universitas di dunia oleh Times Higher Education (THE) tahun 2021 masih menempatkan Inggris dan Amerika Serikat sebagai pemilik perguruan tinggi terbaik di dunia.
Di jajaran sepuluh besar, Inggris direpresentasikan oleh University of Oxford dan University of Cambridge. University of Oxford bahkan bertengger di peringkat pertama selama lima tahun berturut-turut.
Delapan besar lainnya berasal dari Amerika Serikat, yaitu Stanford University, Harvard University, California Institute of Technology (Caltech), Massachusetts Institute of Technology (MIT), University of California Berkeley, Yale University, Princeton University, dan The University of Chicago.
Di kawasan Asia, sepuluh perguruan tinggi terbaik dikuasai oleh cukup beragam negara, yaitu China, Hong Kong, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Di urutan pertama adalah Tsinghua University dari China yang menjadi universitas pertama di Asia yang berhasil menembus jajaran 20 besar dunia.
Dari negara tetangga, National University of Singapore (NUS) menempati peringkat ketiga Asia setelah Peking University, juga dari China. NUS berada di peringkat ke-25 di dunia, sedangkan Peking University di peringkat ke-23.
Baca juga: Jalan Panjang Perguruan Tinggi Indonesia Menggapai Reputasi Internasional
Tidak jauh berbeda dari pemeringkatan oleh THE, sepuluh universitas terbaik versi QS World University Rankings 2021 juga didominasi oleh perguruan tinggi dari AS dan Inggris. Namun, ada satu perguruan tinggi dari Swiss yang juga masuk dalam jajaran sepuluh besar.
Menurut versi QS, peringkat teratas ditempati oleh MIT, disusul berturut-turut oleh Stanford University, Harvard University, dan Caltech. Di peringkat kelima baru ditempati oleh University of Oxford dari Inggris dan di peringkat keenam bertengger ETH Zurich–Swiss Federal Institute of Technology dari Swiss. Tiga universitas lain dari Inggris adalah University of Cambridge, Imperial College London, dan UCL. Selain itu, juga ada University of Chicago dari AS.
Peringkat Indonesia
Berdasarkan pemeringkatan QS 2021, terdapat 11 perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam jajaran 1.185 kampus yang dinilai dari 80 negara. Dari kesebelas perguruan tinggi tersebut, Universitas Gadjah Mada (UGM) menempati urutan teratas dengan peringkat ke-254 di dunia. Selanjutnya adalah Universitas Indonesia (UI) dengan peringkat ke-305.
Kedua universitas ini secara bergantian menduduki posisi nomor satu di Indonesia. Berkebalikan dengan 2021, pada tahun sebelumnya, UI yang menempati peringkat teratas di Indonesia dengan peringkat ke-296, sedangkan UGM di peringkat ke-320.
Dibandingkan lima tahun lalu, peringkat yang diraih UI dan UGM ini terus membaik. Pada tahun 2016, UI berada di peringkat ke-325, sedangkan UGM peringkat ke-501.
Selain UGM dan UI, sembilan perguruan tinggi lainnya yang masuk dalam pemeringkatan QS 2021 adalah Institut Teknologi Bandung (313), Universitas Airlangga (521-530), Institut Pertanian Bogor (531-540), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (751-800), Universitas Bina Nusantara dan Universitas Padjadjaran (keduanya di peringkat 801-1.000), Universitas Diponegoro, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Universitas Brawijaya (ketiganya di peringkat 1.001+).
Dalam versi pemeringkatan oleh THE 2021, posisi universitas-universitas di Indonesia mengalami banyak kemerosotan. UI unggul di antara sembilan perguruan tinggi di Indonesia yang dinilai.
Namun, peringkat UI turun banyak dibandingkan tahun lalu. Peringkat UI dalam THE 2021 adalah ke-867, turun dibandingkan tahun 2020 yang berada di peringkat ke-668.
Delapan perguruan tinggi lainnya di Indonesia berada di peringkat di atas 1.000. ITB berada di peringkat ke-1.050 dan Universitas Brawijaya di peringkat ke-1.068. Setelah itu, Universitas Diponegoro, UGM, IPB, Unpad, ITS, dan Universitas Telkom di peringkat lebih dari 1.100.
Dalam pemeringkatan oleh THE World University Rankings 2021, terdapat 1.580 perguruan tinggi dari 93 negara yang dinilai. Itu artinya, perguruan tinggi Indonesia berada di posisi separuh terakhir pemeringkatan.
Riset lemah
Jika dicermati, kemerosotan peringkat yang sangat dalam pada UI, misalnya, disebabkan oleh turunnya skor pada tiga indikator, yaitu sistem pembelajaran (teaching), pengaruh riset yang dihasilkan (citation), dan international outlook. Sementara indikator yang mengalami perbaikan terkait dengan produksi riset dan indikator pendapatan industri (industry income).
Sistem pembelajaran turun dari skor 38,7 menjadi 37,6. Skor pengaruh riset yang dilakukan turun dari 16,7 menjadi 15,2. Sementara international outlook yang menjadi ukuran daya tarik kampus bagi mahasiswa asing dan kerja sama internasional turun dari 53,7 menjadi 51,3. Secara keseluruhan, skor UI turun dari kisaran 28,3-35,2 menjadi 25,1-30,1.
Dari indikator-indikator tersebut terlihat riset yang dilakukan kampus memiliki peranan kunci. Sistem pembelajaran mengacu pada upaya kampus untuk membekali mahasiswa secara akademis untuk menjadi lulusan dengan kualitas yang baik.
Salah satu ukuran kualitas tersebut adalah teruji lewat riset yang dihasilkan, yang menjadi dasar untuk pengembangan diri mahasiswa di masa depan. Dalam indikator ini, aspek yang dinilai antara lain reputasi penelitian, rasio dosen dengan mahasiswa, rasio doktor dengan sarjana, rasio penghargaan yang diraih para doktor dengan staf akademik, dan pendapatan institusi.
Pada indikator pengaruh riset yang dihasilkan (citation) ingin diketahui peran suatu universitas dalam menggali dan menyebarkan pengetahuan atau ide-ide baru.
Sejauh mana universitas berkontribusi dalam produksi dan pengembangan pengetahuan lewat riset. Yang tak kalah penting adalah sejauh mana pengetahuan dari hasil riset tersebut dibagikan kepada komunitas global untuk diuji kembali.
Baca juga: Pembiayaan Pendidikan Tinggi Dipermudah
Satu hal yang menjadi ironi, kegiatan riset akademis dari segi kuantitas, produktivitas, dan pendapatan menunjukkan ada peningkatan skor. Namun, pengaruh hasil riset tersebut dalam menyebarkan pengetahuan baru atau menjadi acuan bagi komunitas akademis global ternyata tidak begitu besar, dilihat dari skor yang justru turun. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kualitas riset yang dihasilkan.
Faktor pandemi
Hasil pemeringkatan dapat menunjukkan tingkat daya saing kampus-kampus Indonesia di jajaran kampus dunia. Secara tidak langsung juga memotret kualitas lulusan yang dihasilkan suatu perguruan tinggi. Kampus dengan peringkat yang baik tentu menjadi incaran.
Turunnya peringkat perguruan tinggi di tahun kedua pandemi merebak bisa mendapatkan rasionalisasi. Sistem pembelajaran di kampus, di mana pun di dunia, pasti terpengaruh oleh pembatasan kegiatan dan ruang gerak demi mengatasi penyebaran virus.
Tidak ada kampus yang bebas dari permasalahan operasional dan finansial yang disebabkan pandemi. Tahun 2020 menjadi tahun yang sulit bagi perguruan tinggi. Ada pergeseran metode pembelajaran dengan lebih memaksimalkan teknologi digital.
Terjadi penurunan pendapatan dari sisi mahasiswa internasional. Ada pula pengurangan staf di beberapa kampus yang berarti sejumlah orang kehilangan pekerjaan.
Setelah 2020, masa depan perguruan tinggi masih suram dalam menjalankan fungsi tridharmanya: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian untuk masyarakat. Meski demikian, kampus-kampus dituntut untuk adaptif dan kreatif dalam menghadapi setiap tantangan dengan memanfaatkan peluang yang ada.
Ketika ruang fisik dibatasi dan pembelajaran dilakukan jarak jauh atau virtual, peluang untuk meningkatkan kerja sama dengan komunitas global, misalnya, sangat terbuka lebar untuk dilakukan lewat kecanggihan teknologi. Komunitas akademis global harus bekerja sama mengatasi persoalan dan ketidakpastian yang terjadi.
Tantangan yang juga dihadapi perguruan tinggi adalah bagaimana lulusan yang dihasilkan di masa pandemi ini dapat terserap dalam pasar tenaga kerja dan tidak menjadi beban baru bagi masyarakat dan pemerintah. (LITBANG KOMPAS)