Menangkap Peluang Merger Perusahaan Saat Pandemi
Dalam skala dunia, megamerger berulang kali terjadi.
Merger dan akuisisi adalah hal yang biasa di dunia usaha. Dengan tujuan yang terukur dan komitmen bersama, kebijakan merger dapat dilakukan untuk memperkuat pangsa pasar. Di tengah situasi pandemi Covid-19, kerja sama penggabungan ini dapat menjadi pilihan perusahaan untuk mengantisipasi memburuknya krisis global.
Merunut sejarahnya, perusahaan-perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi saat berada dalam dua situasi berbeda. Pertama adalah saat situasi ekonomi sedang sangat sulit. Sementara penyebab lain adalah situasi yang berkebalikan, yaitu saat keuangan perusahaan justru sedang sangat baik.
Baik dalam situasi sulit atau situasi sedang moncer, merger dan akuisisi memiliki tujuan yang sama, yaitu memperkuat bisnis atau perusahaan. Dengan modal tersebut, perusahaan diharapkan dapat melakukan ekspansi dan lompatan-lompatan bisnis untuk terus berkembang mengikuti dinamika pasar.
Pilihan melakukan merger atau akuisisi saat situasi sulit atau penuh ketidakpastian memiliki tantangan tersendiri. Pertimbangan matang dan ukuran keberhasilan merger diperlukan sebelum kebijakan diambil, baik dari aspek modal, kapasitas SDM, dukungan infrastuktur teknologi, hingga riset perilaku konsumen. Semua itu dilakukan untuk mencapai tujuan merger, yaitu memperkuat pangsa pasar.
GoTo, hasil merger Gojek dan Tokopedia, merupakan salah satu contoh merger yang dilakukan saat kondisi ekonomi penuh ketidakpastian. Keduanya resmi mengumumkan kesepakatan merger pada 17 Mei 2021 lalu. Merujuk situasi saat ini, merger dilakukan ketika dunia masih dilanda ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua wabah.
Penggabungan kedua perusahaan rintisan kelas decacorn dan unicorn ini sontak menarik perhatian banyak kalangan. Pasalnya, nilai valuasi dari penggabungan ini diprediksi 18 miliar dollar AS hingga 40 miliar dollar AS. Keduanya pun yakin akan mampu berperan besar pada perekonomian nasional dengan kontribusi dua persen dari PDB, lebih besar dari kontribusi sektor listrik dan gas saat ini.
Keputusan merger ini dinilai akan mampu memperkuat pangsa pasar karena hal tersebut memang menjadi tujuan merger pada umumnya. Saat ini, aplikasi Gojek telah diunduh oleh lebih dari 190 juta pengguna. Sementara Tokopedia memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya.
Saat keduanya bergabung, bukan tidak mungkin pasar dan mitra mereka akan semakin besar. Bahkan, salah satu tujuan penggabungan kedua usaha rintisan tersebut adalah untuk masuk ke pasar Asia.
Peluang
Sebelumnya, penggabungan perusahaan saat situasi ekonomi sangat sulit pernah terjadi di Indonesia, yakni oleh Bank Mandiri. Bank milik pemerintah tersebut merupakan hasil peleburan Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia, pada Juli 1999. Situasi sulit yang dihadapi saat itu adalah lesunya perekonomian nasional akibat dampak krisis moneter pada 1997-1998 di Asia.
Satu tahun setelah penggabungan terjadi perbaikan kinerja yang dilihat dari nilai laba yang terus meningkat. Menurut catatan Bank Mandiri, laba yang didapat pada 2000 mencapai Rp 1,18 triliun dan terus meningkat menjadi Rp 5,3 triliun pada tahun 2004.
Salah satu tahapan yang dilakukan Bank Mandiri hingga dapat bertahan dan eksis hingga saat ini adalah dengan melakukan ekspansi. Ekspansi ini dilakukan untuk menjamin pertumbuhan yang signifikan dan mencapai level profit yang ditargetkan.
Merujuk kisah sukses Bank Mandiri, bukan tidak mungkin GoTo akan tampil eksis pada masa mendatang. Bidang usaha yang saling melengkapi di antara keduanya akan sangat menjanjikan di tengah maraknya digitalisasi dan tingginya potensi di Tanah Air ataupun mancanegara.
Ketidakpastian ekonomi akibat pandemi bisa dipastikan berdampak pada seluruh unit bisnis, seiring pembatasan aktivitas masyarakat. Fenomena ini dialami pula oleh Gojek yang berangkat dari layanan on-demand dengan mengandalkan layanan ojek daring. Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pendapatan pengemudi ojek daring menurun hingga 50 persen.
Namun, di sisi lain, Tokopedia yang merupakan perusahaan teknologi lokapasar (markertplace) bisa dikatakan kebanjiran pesanan saat perilaku konsumsi mulai beralih pada sistem daring. Dikutip dari pemberitaan Kontan pada 29 Agustus 2020, mitra usaha Tokopedia pun bertambah 1,7 juta pada Juli 2020 dari sebelumnya sebanyak 7,2 juta mitra.
Tingginya minat berjualan secara daring tersebut tak lepas dari adanya fakta bahwa pengguna internet di Indonesia semakin meluas. Internet menjadi sarana keterhubungan tersebut dan modal utama digitalisasi sehingga semakin banyaknya pengguna internet membuka peluang semakin meningkatnya konsumen daring di Tanah Air.
Survei Aosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan, hingga triwulan II-2020 terdapat 196,7 juta pengguna internet di Indonesia. Fakta tersebut diperkuat dengan tingginya perilaku belanja daring di Tanah Air. Merujuk hasil survei We Are Social, Indonesia menduduki posisi tertinggi dari 20 negara dengan persentase perilaku belanja daring di atas rata-rata global pada Juli 2020.
Sembilan dari 10 responden berusia 16-64 tahun di Indonesia mengaku, mereka berbelanja secara daring saat survei dilakukan. Sementara rata-rata pengguna belanja daring global saat itu hanya mencapai 74 persen.
Fakta tersebut memungkinkan GoTo mampu bergerak leluasa di tengah perubahan pola konsumsi masyarakat. Di sisi lain, mitra usaha Gojek, yakni para pengemudi ojek daring, tetap dapat beroperasi meski pergerakan masyarakat dibatasi. Apalagi, Gojek telah berekspansi dengan membuka layanan di Thailand pada 2019.
Megamerger
GoTo ini juga disebut-sebut merger terbesar dalam sejarah Indonesia setelah peleburan beberapa bank menjadi Bank Mandiri. Agus Sugiarto, Kepala OJK Insitute, bahkan menyebutnya dengan istilah megamerger (Kompas, 25/5/2021). Apalagi, keduanya merupakan perusahaan yang kuat dalam bidang teknologi.
Dalam skala dunia, megamerger berulang kali terjadi. Salah satu merger yang paling besar dan diakui hingga saat ini adalah merger Vodafone dan Mannesmann pada tahun 1999. Nilai transaksi kedua perusahaan telekomunikasi tersebut sebesar 202,8 miliar dollar AS.
Megamerger berikutnya adalah merger antara AOL dan Time Warner. Perusahaan yang bergerak di bidang internet dan jaringan televisi tersebut bergabung pada tahun 2000 dengan nilai transaksi sebesar 182 miliar dollar AS.
Meski demikian, sejarah mencatat, tahun 2015 merupakan tahun dengan nilai transaksi merger di seluruh dunia mencetak rekor tertinggi. Mengutip publikasi Wall Street Journal, nilai merger dan akuisisi saat itu mencapai 4,304 triliun dollar AS. Angka tersebut lebih besar dibandingkan rekor tertinggi sebelumnya pada tahun 2007 yang mencapai 4,296 triliun dollar AS.
Lonjakan transaksi merger dan akuisisi tahun 2015 tersebut terjadi karena banyak perusahaan sedang dalam situasi keuangan yang sangat baik. Salah satu yang menyumbang tingginya nilai transaksi merger saat itu adalah merger perusahaan famasi Pfizer dengan Allergran.
Nilai kesepakatan keduanya mencapai 160 miliar dollar AS. Kesepakatan tersebut berkontribusi pada peningkatan nilai merger dan akuisisi perusahaan kesehatan global menjadi 649,4 miliar dollar AS. Sebelumnya, Pfizer juga telah melakukan akuisisi dengan Warner Lambert dengan nilai yang tidak kalah tinggi pada tahun 1999, yakni sebesar 90 miliar dollar AS.
Selain beberapa merger tersebut, sejarah mencatat adanya salah satu merger yang sukses menguasai dunia hingga saat ini, yakni merger antara Google dan Android. Perkawinan kedua raksasa teknologi tersebut dilakukan pada tahun 2007.
Hasil dari penggabungan tersebut memiliki efek bisnis yang sangat besar. Pada 2018, sekitar 88 persen dari semua ponsel baru yang dijual didukung oleh Android, dilengkapi dengan ketersediaan Google sebagai penyedia pencarian nomor satu di dunia.
Komitmen bersama
Namun, tidak semua merger memiliki kisah penggabungan yang langgeng. Ada juga perusahaan yang melakukan merger akhirnya memilih tidak melanjutkan kerja sama. Salah satunya adalah eBay, situs lelang daring terbesar di dunia yang mengakuisisi PayPal, penyedia pembayaran digital pada 2002.
Tujuan akusisi tersebut adalah untuk memfasilitasi pembayaran daring eBay. Penggabungan ini menjadi contoh merger vertical yang sempurna bagi GoTo dengan bidang usaha yang hampir sama.
Saat ini, aplikasi Gojek telah diunduh oleh lebih dari 190 juta pengguna. Sementara Tokopedia memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya.
Penggabungan tersebut sukses dengan saham yang meningkat drastis pascamerger. Namun, pada 2015, kedua perusahaan tersebut kembali terpisah atas permintaan investor yang melihat nilai pasar PayPal dapat tumbuh lebih tinggi tanpa merger. Kendati terpisah, keduanya tetap bertahan dan eBay pun tetap mampu mempertahankan reputasinya dengan saham yang terus mengalami pertumbuhan.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa merger dan akuisisi menghadirkan beragam kisah. Di satu sisi merger dapat membawa performa perusahaan-perusahaan yang semakin kuat. Namun, merger juga dapat menghadirkan kisah selesainya penggabungan karena tantangan pasar yang dihadapi dunia usaha sangat dinamis.
Baca juga: Menyikapi Merger ”Big Techs”
Beranjak dari pasang surut perjalanan merger, manajemen dan komunikasi yang jelas di antara perusahaan-perusahaan penggabungan diperlukan untuk tercapainya tujuan kerja sama tersebut. Membangun komitmen bersama ditambah kejelian melihat pangsa pasar menjadi peluang yang besar bagi perusahaan untuk melakukan merger agar tetap bersinar di tengah situasi sulit akibat pandemi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: GoTo ke Panggung Dunia