Perayaan Waisak Kedepankan Kekhidmatan dan Kesehatan
Tahun ini perayaan hari raya Trisuci Waisak masih harus mengedepankan aspek kesehatan dan keselamatan tanpa mengurangi kekhidmatan dalam memaknai tiga peristiwa kehidupan Sang Buddha.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·4 menit baca
Peringatan hari raya Trisuci Waisak yang jatuh pada 26 Mei 2021 dirayakan oleh umat Buddha di Indonesia secara sederhana dengan menerapkan protokol kesehatan. Diharapkan dengan segala keterbatasan kondisi, tidak mengurangi kekhidmatan serta makna peringatan hari raya.
Pandemi Covid-19 belum dapat dinyatakan reda melihat kondisi terkini di sejumlah negara di dunia. Di Indonesia tren penularan memang dalam fase penurunan, tetapi sejak 20 Mei 2021 penambahan kasus harian kembali berada di atas angka 5.000 kasus. Selain itu, belakangan ini setelah masa libur panjang hari raya Idul Fitri ditemukan ada kluster-kluster baru.
Salah satunya ialah kluster silaturahmi di kelurahan Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Dari 686 warga yang menjalani tes usap, ditemukan 104 warga yang positif Covid-19. Hal ini menjadi satu penanda bahwa masa darurat pandemi belum usai dan bahaya penularan virus korona masih mengintai.
Melihat kondisi umum yang belum cukup aman dari risiko penularan virus korona, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama mengeluarkan surat edaran yang berisi ketentuan perayaan Waisak. Surat edaran ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan beribadah umat Buddha di Indonesia serta menjaga supaya penularan virus korona SARS-CoV-2 dan varian-variannya dapat terus ditekan.
Kemenag melalui Surat Edaran Nomor 11 Tahun 2021 secara garis besar menyampaikan enam poin panduan ibadah Pujha Bhakti dan Dharmasanti Hari Raya Trisuci Waisak tahun ini. Tiga poin pertama berisi panduan tentang tata laksanan acara ibadah di tempat ibadah, gedung, atau lokasi lain yang dijadikan tempat pertemuan.
Aspek yang terus ditekankan yakni tentang penerapan protokol kesehatan dan pembatasan kapasitas acara perayaan maksimal 30 persen. Hal ini dilakukan supaya dimungkinkan menjaga jarak fisik antar umat yang beribadah.
Selain itu diimbau juga untuk melaksanakan ibadah dengan waktu efisien supaya durasi pertemuan tidak panjang. Dengan durasi singkat waktu tatap muka, diharapkan dapat menekan risiko penularan virus Covid-19.
Seluruh umat dan pemuka agama wajib mengenakan masker, mengecek suhu tubuh sebelum mengikuti prosesi, serta menyampaikan ucapan salam dan selamat dengan cara Anjali yaitu dengan mengatupkan kedua tangan di depan dada.
Surat edaran juga memuat imbauan tentang tempat atau lokasi dilaksanakannya perayaan. Disarankan bahwa ritual yang melibatkan banyak umat ditiadakan, misalnya pada bagian ritual pengambilan air dan api yang akan disucikan pada prosesi perayaan.
Pada kondisi normal, prosesi perayaan Waisak diawali dengan mengambil air suci atau air berkah di Umbul Jumprit yang berada di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kemudian air dibawa ke Candi Mendut, di Kabupaten Magelang.
Pengambilan Api Dharma dilakukan di Mrapen, Kabupaten Grobogan, dan kemudian dibawa juga ke Candi Mendut. Prosesi tersebut pada tahun ini diimbau tidak dilakukan karena melibatkan banyak orang dan dengan mobilitas tinggi antardaerah di Jawa Tengah.
Tempat ibadah yang boleh menyelenggarakan perayaan adalah yang berada di zona hijau penularan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Disarankan sebisa mungkin umat Buddha menjalankan ibadah di lingkungan tempat tinggal atau di rumah masing-masing. Seperti perayaan tahun lalu, wihara akan menyediakan siaran daring untuk dapat diikuti oleh umat Buddha di tempat tinggal masing-masing.
Pada poin keempat disampaikan bahwa Panitia Hari Besar Keagamaan Buddha wajib berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat guna mengetahui situasi zona penularan Covid-19. Selain itu kegiatan anjangsana hanya diperbolehkan dilakukan dalam lingkup keluarga terdekat dan tidak diperkenankan untuk mengadakan open house.
Waisak di Thailand
Ketentuan ketat juga diberlakukan di Thailand yang 93 persen penduduknya memeluk agama Buddha. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk akan merayakan Waisak, Pemerintah Thailand menerapkan ketentuan perayaan sacara daring.
Menteri Kebudayaan Thailand Ittipol Khunplome menyampaikan bahwa pemerintah mengadakan serangkaian acara daring yang diselenggarakan pada tanggal 20 hingga 26 Mei 2021. Rangkaian acara itu ditujukan untuk mengajak masyarakat lebih memaknai nilai-nilai Buddha.
Perayaan Waisak biasanya jatuh pada bulan Mei hingga awal Juni di saat terjadi bulan penuh. Rangkaian ritual dan ibadah Trisuci Waisak bertujuan merayakan tiga peristiwa suci kehidupan Buddha Gautama, yaitu peristiwa kelahiran, pencerahan, serta meninggalnya Buddha Gautama.
Pemerintah Thailand berupaya menghadirkan nilai-nilai Buddha, salah satunya dengan membuat pameran tentang kehidupan Sang Buddha. Pada tahun 2020 Kementerian Kebudayaan Thailand menggelar pameran yang bertajuk ”Vesak Day 2020 Exhibition” yang bertempat di Wihara Wat Bowonniwet di Bangkok, Thailand.
Masyarakat dapat menghadiri secara langsung acara tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Setiap tamu akan mendapatkan suvenir berupa sehelai daun dari pohon bodhi tempat Sang Buddha memperoleh pencerahan.
Namun, tahun ini tidak diadakan acara tatap muka seperti tahun lalu. Seluruh acara dilakukan secara daring. Puncak perayaan yang jatuh pada 26 Mei 2021 akan disiarkan melalui saluran Televisi Nasional Thailand (NBT) pada pukul 20.30 waktu setempat. Acara puncak akan disiarkan dari Kuil Wat Phra Chetuphon, di Bangkok.
Peniadaan acara tatap muka di Thailand merupakan konsekuensi dari lonjakan kasus penularan Covid-19 di ”Negeri Gajah Putih” beberapa waktu belakangan. Pada 17 Mei 2021 terjadi rekor penularan Covid-19 di Thailand yang mencapai angka 9.635 dalam sehari.
Dari angka kasus harian tersebut, sejumlah 6.853 kasus berada di penjara dengan penghuni padat. Peristiwa ini menjadi alarm bagi Pemerintah Thailand supaya tidak lengah dalam mengantisipasi penularan Covid-19.
Kluster penjara di Thailand dengan kluster setelah Lebaran di Indonesia menjadi acuan terkini bahwa situasi dunia masih dalam krisis pandemi Covid-19. Kondisi pandemi memaksa segala bentuk upacara keagamaan diadakan secara terbatas dengan protokol kesehatan. Namun, di luar itu semua, perayaan hari besar keagamaan tidak akan kehilangan maknanya hanya karena kondisi yang sulit.
Tahun ini perayaan hari raya Trisuci Waisak masih harus mengedepankan aspek kesehatan dan keselamatan tanpa mengurangi kekhidmatan dalam memaknai tiga peristiwa kehidupan Sang Buddha. Selamat merayakan Trisuci Waisak 2564 BE, Bangkit Bersatu untuk Indonesia Maju. (LITBANG KOMPAS)