Antisipasi Episentrum Penularan Covid-19 di Pusat Perbelanjaan
Menjelang Lebaran, mobilitas masyarakat ke area permukiman dan tempat publik, seperti pertokoan, ritel, taman, dan tempat rekreasi terus meningkat.
Oleh
Debora Laksmi Indraswari
·4 menit baca
Meningkatnya pengunjung pusat perbelanjaan dan pasar tradisional hingga menimbulkan kerumunan besar saat musim libur Lebaran hendaknya menjadi evaluasi bagi penanganan Covid-19. Kerumunan ini berpotensi menambah kasus Covid-19 selain dari kegiatan mudik. Karena itu, pemantauan dan tes acak perlu difokuskan juga pada pusat perbelanjaan mengingat tren kunjungan meningkat setiap menjelang libur panjang dan hari raya.
Hari Raya Idul Fitri tahun ini masih dirayakan dengan penuh keprihatinan karena situasi pandemi belum mereda. Walakin, masyarakat masih semarak menyambut Lebaran. Ada yang merayakan hanya bersama dengan keluarga inti tanpa bepergian, ada pula yang rela mudik demi bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halamannya.
Data survei Balitbang Kementerian Perhubungan menyebutkan, setidaknya 18,9 juta orang diprediksi akan mudik tahun ini. Sementara data dari Kepolisian Daerah Metro Jaya hingga 11 Mei 2021 menyebutkan sebanyak 1,2 juta pemudik telah meninggalkan Jakarta dan sekitarnya pada 1-10 Mei 2021.
Pergerakan masyarakat yang mudik ini dikhawatirkan akan menambah kasus Covid-19. Sebagaimana pengalaman pada libur-libur panjang sebelumnya, mobilitas penduduk terbukti meningkatkan kasus Covid-19.
Tahun lalu, mobilitas masyarakat saat libur Idul Fitri menyebabkan kenaikan rata-rata penambahan kasus harian 68 persen hingga 93 persen. Lonjakan kasus tersebut salah satunya didorong oleh mobilitas pemudik. Dari Jabodetabek saja pemudik yang keluar menuju daerah lain diperkirakan 4,26 juta orang.
Namun, mudik hanyalah salah satu faktor menyebabkan peningkatan kasus Covid-19 setelah Lebaran. Sebab, meskipun tidak bepergian ke luar daerah, banyak warga yang mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan menjelang libur hari raya atau libur panjang.
Mobilitas penduduk untuk berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan seperti supermarket atau pasar saat mempersiapkan Lebaran terpantau meningkat. Besar kemungkinan, kerumunan di pusat perbelanjaan menjelang libur panjang turut berkontribusi meningkatkan kasus Covid-19.
Pusat perbelanjaan
Laporan Google tentang Mobilitas Masyarakat Selama Pandemi Covid-19 menunjukkan, mobilitas masyarakat ke area permukiman dan tempat publik, seperti pertokoan, ritel, taman, dan tempat rekreasi meningkat menjelang Lebaran. Sementara mobilitas masyarakat ke pusat transportasi umum dan tempat kerja menurun.
Peningkatan mobilitas terbesar terjadi saat masyarakat bepergian ke toko bahan makanan dan apotek. Dibandingkan dengan dasar pengukuran, yaitu 3 Januari-6 Februari 2020, mobilitas meningkat 36 persen pada 10 Mei 2021. Lokasi tujuan toko bahan makanan dan apotek yang dimaksud adalah supermarket, toko grosir makanan, pasar tradisional, toko makanan khusus, toko obat, dan apotek.
Meningkatnya mobilitas masyarakat ke pusat perbelanjaan bersamaan dengan momen Ramadhan dan Lebaran 2021. Masyarakat biasanya berbelanjabahan makanan, pakaian, hingga alat-alat elektronik untuk mempersiapkan Idul Fitri.
Data tren mobilitas penduduk ke pusat perbelanjaan menunjukkan, pergerakan ke pusat perbelanjaan tersebut sebenarnya menurun di minggu pertama Ramadhan. Namun, pada minggu-minggu berikutnya, semakin banyak masyarakat yang bepergian ke pusat perbelanjaan. Menjelang Lebaran, mobilitas semakin meningkat.
Sebelumnya, Satgas Covid-19 telah mengingatkan bahwa mobilitas di pusat perbelanjaan akan semakin meningkat pada 10 hari menjelang Idul Fitri. Peringatan ini berdasarkan pada data mobilitas di pusat perbelanjaan pada minggu kedua Ramadhan (20-27 April 2021).
Dalam periode itu, mobilitas masyarakat ke pusat perbelanjaan meningkat di 29 provinsi. Dalam tujuh hari pada periode itu, rata-rata peningkatannya 14,82 persen dengan rentang peningkatan 2 persen hingga 57 persen.
Momen ini memang diharapkan menjadi kebangkitan perekonomian masyarakat. Bagi para pedagang Ramadhan dan Lebaran menjadi harapan di tengah keterpurukan perekonomian. Namun, sayangnya mobilitas masyarakat besar-besaran ke pusat perbelanjaan membuat kerumunan yang tidak terkendali.
Kerumunan di Pasar Tanah Abang menjelang Lebaran yang sempat viral beberapa waktu lalu menjadi bukti nyata tidak terbendungnya antusiasme masyarakat untuk berbelanja demi mempersiapkan hari raya. Pada 1 Mei 2021, jumlah pengunjung mencapai 87.000 padahal pada hari-hari sebelumnya hanya 35.000 pengunjung. Lonjakan pengunjung juga terjadi pada 2 Mei 2021 hingga sekitar 100.000 pengunjung.
Tidak hanya menyasar pusat perbelanjaan pakaian saja, masyarakat juga beramai-ramai memenuhi pasar tradisional dan pasar barang bekas. Meski padat, masih banyak pengunjung yang tidak mengenakan masker. Dengan abainya jaga jarak dan protokol kesehatan lainnya, kerumunan di pusat perbelanjaan saat Ramadhan ini dikhawatirkan akan turut menyebabkan meningkatnya kasus Covid-19.
Tingkatkan tes acak
Di sisi lain, kerumunan ini sebenarnya menjadi momen untuk melakukan pengetesan (tracing) acak. Sama seperti upaya tes Covid-19 acak di tempat wisata dan pos pemantauan jalur mudik, pusat perbelanjaan juga seharusnya menjadi sasaran utama untuk menyaring pengunjung yang terinfeksi Covid-19. Apalagi pasar tradisional dan pusat perbelanjaan beberapa kali terbukti menjadi pusat penularan Covid-19 dengan kluster-kluster barunya
Sejumlah pusat perbelanjaan dan pasar tradisional memang telah melakukan tes acak. Dari operasi tes acak ini terbukti ada sejumlah orang yang terinfeksi Covid-19.
Menjelang Lebaran, di sebuah mal di Solo, Jawa Tengah, empat orang karyawan terdeteksi positif Covid-19 pada tes acak yang dilakukan Dinas Kesehatan Solo. Tes acak itu dilakukan pada 25 orang karyawan pada 10 Mei 2021.
Upaya ini perlu dilakukan secara rutin terlebih saat pusat perbelanjaan mulai ramai pada momen tertentu seperti hari raya. Sebab, berdasarkan pengalaman sebelumnya, pusat-pusat perbelanjaan selalu ramai dikunjungi masyarakat menjelang hari raya.
Tahun lalu, ketika sehari menjelang Idul Fitri, Satgas Penanganan Covid-19 mencatat terjadi peningkatan mobilitas 12 persen di pusat perbelanjaan. Ketika Idul Adha pun kenaikannya bahkan mencapai persen. Ramainya pusat perbelanjaan masyarakat juga terjadi menjelang libur Maulid Nabi (28 Oktober 2020) dengan kenaikan 10 persen serta Natal dan Tahun Baru (24 dan 30 Desember 2020) dengan kenaikan 13 persen dan 23 persen.
Karena itu, pola-pola ini tidak dapat diabaikan apalagi dua bulan lagi akan ada Idul Adha. Selain pemantauan dan penegasan protokol kesehatan, upaya penanganan Covid-19, terutama saat menjelang hari raya juga perlu diimbangi dengan tes acak. Tidak hanya di jalur mudik dan tempat-tempat wisata, tes acak perlu difokuskan juga pada pusat-pusat perbelanjaan, terutama pasar-pasar tradisional.
Dengan melakukan tes acak pada pusat perbelanjaan, terlebih menjelang hari raya, diharapkan dapat membantu mengurangi meluasnya penularan Covid-19. Ini sekaligus juga untuk menghindari penularan pada kerumunan di kluster keluarga di mana biasanya saat hari raya anggota-anggota keluarga besar berkumpul. (LITBANG KOMPAS)