Memaknai Lebaran Saat Pandemi Covid-19
Merancang kegiatan kreatif di rumah merupakan cara memaknai hari raya Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19.
Idul Fitri yang biasanya dirayakan dalam kebersamaan dan kemeriahan kembali harus berlangsung dalam suasana pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Pelarangan mudik untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 membuka ruang kreativitas masyarakat dalam merayakan Lebaran.
Menjelang hari raya Idul Fitri 2021, pemerintah kembali melakukan pembatasan ketat mobilitas masyarakat, termasuk melarang mudik ke kampung halaman. Imbauan untuk tidak mengadakan buka griya (open house) juga gencar dilakukan. Pertimbangan kebijakan tersebut adalah situasi pandemi Covid-19 terutama dari aspek titik rawan penularan dan kondisi surveilans pandemi di dalam negeri.
Melihat pengalaman masa liburan sebelumnya, Satgas Penanganan Covid-19 mencatat muncul tren lonjakan kasus baru antara 37 persen dan 119 persen setelah libur panjang. Bahkan, setiap lonjakan kasus juga diikuti peningkatan angka kematian.
Pertimbangan lain pelarangan mudik pada Lebaran tahun ini bertujuan menjaga tren kasus baru Covid-19 yang selama dua bulan terakhir mulai menurun. Sebagai bentuk antisipasi lonjakan kasus positif korona, masyarakat perlu memahami lokasi mana saja yang rawan terjadi penularan virus korona selama masa liburan Lebaran tahun ini. Setidaknya ada empat titik rawan selama pandemi, yaitu pusat perbelanjaan, tempat wisata, tempat ibadah, dan transportasi umum.
Pusat perbelanjaan merupakan tempat paling rawan terjadi penularan virus penyebab Covid-19, sebab petugas tidak bisa membatasi jumlah pengunjung secara ketat. Sebagai contoh, pada 2 Mei 2021 terjadi kerumunan tak terkendali di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tercatat sedikitnya 100.000 orang berdesakan.
Banyak keperluan yang dilakukan oleh masyarakat di pusat perbelanjaan. Sebagian mereka membeli makanan untuk perayaan Idul Fitri, sebagian lagi membeli pakaian baru. Selain itu, masyarakat juga menghabiskan waktu bersama keluarga dengan makan bersama atau sekadar jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau mal.
Titik rawan selanjutnya adalah tempat wisata. Banyak keluarga akan menghabiskan masa libur dengan mengunjungi lokasi wisata. Kunjungan ke lokasi wisata tentu akan menimbulkan kerumunan dan protokol kesehatan berpotensi dilanggar sehingga berbahaya terhadap diri sendiri dan keluarga. Selain pusat perbelanjaan dan tempat wisata, tempat ibadah juga dinilai rawan menjadi tempat penularan virus korona, terutama saat pelaksanaan shalat Idul Fitri.
Lokasi terakhir yang rawan infeksi adalah pusat transportasi umum, seperti bandara, stasiun kereta api, terminal, halte bus, dan tempat istirahat (rest area) di sepanjang jalan protokol. Keramaian sepanjang libur Lebaran memang sulit dihindari sehingga dibutuhkan kesadaran setiap orang untuk menjaga diri dengan melaksanakan protokol kesehatan.
Sebagai tambahan, dalam tradisi perayaan Idul Fitri, masyarakat akan saling mengunjungi rumah sanak keluarga dan tetangga sekitar. Namun, pemerintah mengimbau kepada masyarakat agar kegiatan itu seyogianya bisa dihindari. Sebab, interaksi dengan orang lain secara berkerumun dan tanpa mengetahui status kesehatan tentu berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain.
Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan Surat Edaran Mendagri Nomor 800/2794 yang ditujukan kepada seluruh kepala daerah dan aparatur sipil negara untuk tidak mengadakan buka griya saat Idul Fitri. Sejumlah daerah juga mengatur kunjungan Lebaran warga. Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Banten, misalnya, membolehkan halalbihalal hanya dalam keluarga inti dengan tambahan lima peserta.
Situasi surveilans
Munculnya pelarangan mudik dan tetap berlakunya pembatasan sosial selama masa liburan Idul Fitri juga didasarkan pada pertimbangan situasi surveilans pandemi. Surveilans merupakan kegiatan pengamatan terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang memengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit.
Kegiatan pengamatan bertujuan memperoleh informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Masyarakat perlu menyikapi aktivitas dalam masa Lebaran dengan tepat sehingga dibutuhkan informasi cukup tentang situasi surveilans pandemi di dalam negeri. Berdasarkan laporan Satgas Penanganan Covid-19, libur Lebaran tahun lalu meningkatkan rata-rata kasus harian hingga 93 persen.
Selain kasus konfirmasi harian, catatan kematian mingguan juga melonjak hingga 66 persen. Peningkatan kasus harian dan kematian mingguan berimplikasi pada laju angka positif di dalam negeri yang naik hingga 5,62 persen pada periode liburan. Pantauan dilakukan selama periode Mei hingga Juni 2020.
Lantas, bagaimana dengan prediksi tingkat keparahan pandemi saat Lebaran 2021? Satgas Penanganan Covid-19 memprediksi kenaikan kasus harian dapat meroket hingga 119 persen atau lebih dari 5.000 kasus setiap harinya. Tak jauh beda, angka kematian mingguan pun dinilai naik sekitar 75 persen atau lebih dari 700 orang setiap minggunya.
Prediksi tersebut menjadi tantangan berat bagi pemerintah untuk menegakkan aturan larangan mudik. Upaya menahan arus mudik dilakukan dengan menyekat ruas-ruas jalan yang menjadi jalur utama dan jalur alternatif pemudik. Pada periode 6-9 Mei 2021, aparat gabungan memberikan sanksi putar balik arah bagi 74.879 orang pemudik dan 26.814 unit kendaraan.
Angka tersebut di luar pemudik yang mengabaikan larangan pemerintah dengan beramai-ramai enggan putar balik dan menerobos posko penyekatan, seperti di titik penyekatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada 11 Mei 2021. Meski telah dilarang dan dilakukan penyekatan, Polda Metro Jaya mencatat sedikitnya 1,2 juta pemudik telah meninggalkan Jabodetabek hingga 11 Mei 2021.
Risiko penularan virus korona pemudik juga menjadi tantangan lain pengendalian Covid-19 di masa Lebaran. Hasil tes acak dalam Operasi Ketupat 2021 mengindikasikan risiko penularan Covid-19 yang tinggi.
Pada 9 Mei 2021 tercatat ada 4.123 pemudik yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah dilakukan random testing terhadap 6.742 pemudik. Dari jumlah pemudik yang terkonfirmasi positif tersebut, sebanyak 1.686 orang kemudian melakukan isolasi mandiri dan 75 orang mendapat perawatan di rumah sakit.
Kreatif
Di tengah keterbatasan dan kekhawatiran penularan virus penyebab Covid-19, masyarakat tetap dapat mempertahankan makna dari kebersamaan di saat Lebaran, salah satunya melalui jalur digital. Aktivitas Lebaran digital merupakan aktivitas silaturahmi Lebaran yang dilakukan secara daring menggunakan media sosial.
Bentuk Lebaran digital dapat dilakukan dengan mengirimkan pesan atau ucapan selamat hari raya dan video call bersama keluarga besar yang berjauhan jaraknya. Selain Lebaran digital, makna kebersamaan tetap dapat dilakukan dengan mengirimkan hantaran berupa makanan dan barang kepada keluarga atau orang terdekat lainnya. Secara umum, kategori hantaran ada dua, yaitu hampers dan parsel.
Parsel biasanya berisi makanan dan minuman yang dibungkus dalam wadah anyaman rotan dengan plastik bening. Sementara hampers disusun lebih modern dan sederhana dengan wadah yang sangat beragam, mulai dari kotak kertas hingga anyaman bambu. Apabila parsel didominasi makanan dan minuman, hampers jauh lebih beragam, mulai dari makanan, kosmetik, obat-obatan, hingga tanaman.
Hantaran yang menggantikan kehadiran fisik akibat pembatasan sosial dapat dipadukan dengan makanan khas Lebaran. Ada banyak jenis makanan khas dari daerah-daerah di Indonesia. Sebagai contoh, dari Aceh ada kuah labu dan bebek gulai kurma; ada lomang dari Tapanuli Selatan; sekubal dari Lampung; lodeh terong dari Pekalongan, buras dan ayam gagaper dari Makassar; serta soto Banjar dan panggang haruan dari Banjarmasin.
Kebijakan pemerintah yang melarang mudik membuat pengiriman barang di sejumlah wilayah juga meningkat. Kantor Pos Yogyakarta mencatat menjelang Idul Fitri pengiriman barang mengalami peningkatan 25 persen. Dalam sehari Kantor Pos Yogyakarta menangani pengiriman 10.000 barang yang didominasi produk mode (fashion), kosmetik, serta parsel Lebaran.
Baca juga: Jalur Mudik Dibuat Mandek, Kiriman Paket Lebaran Ramai Lancar
Fenomena serupa juga terjadi di Kantor Pos Cirebon. Selama Ramadhan hingga menjelang Lebaran tahun ini terdapat 5.800 paket dikirim dari Cirebon ke sejumlah daerah. Jumlah tersebut meningkat dari bulan biasanya yang sekitar 4.200 barang. Di Jawa Timur, volume pengiriman yang ditangani perusahaan logistik JTL Express meningkat 78 persen dari periode sebelum memasuki bulan Ramadhan 2021.
Peningkatan volume pengiriman barang terutama bingkisan Lebaran memberikan gambaran tetap terjalinnya silaturahmi walau tidak dilakukan secara tatap muka. Walau secara fisik aktivitas publik masih dibatasi, tradisi Lebaran masih dapat dilakukan secara daring.
Terbatasnya aktivitas publik dan larangan mudik menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan kreativitas dalam mengisi waktu liburan Lebaran. Melakukan kebiasan baru yang belum pernah dicoba atau menekuni hobi baru di rumah selama liburan dapat dilakukan untuk mengisi waktu liburan dengan aman.
Ragam kegiatan lain yang dilakukan ialah olahraga, bermain dan belajar dengan anak, menonton film, mendengarkan musik daring, berkebun, menjahit, hingga membuat konten kreatif.
Pada bulan Ramadhan, penyedia layanan streaming musik Spotify bekerja sama dengan sejumlah kreator siniar Indonesia membuat konten khusus seperti Makna Talks, PODKESMAS, Rapot, dan PODCAST GJLS. Layanan film digital Netflix juga merilis sejumlah film terbaru di Mei 2021 seperti Jupiter’s Legacy dan The Woman in the Widow.
Merancang kegiatan kreatif di rumah merupakan cara memaknai Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19. Bagi bangsa Indonesia yang masih memiliki banyak pekerjaan rumah, termasuk pandemi, momentum Idul Fitri menjadi waktu terbaik untuk membuktikan bahwa masih ada banyak insan yang terlahirkan kembali untuk memulihkan bangsa ini dari situasi krisis kesehatan.
Masyarakat perlu mengantisipasi memburuknya pandemi dengan tetap melakukan protokol kesehatan. Pihak pemerintah turut bersiap dengan skenario terburuk, yaitu keterbatasan ruang rawat, sebab Lebaran tahun ini diprediksi akan meningkatkan okupansi ruang rawat hingga 43,65 persen. (LITBANG KOMPAS)