Rekreasi Lokal Kini Mendunia
Di masa pandemi, tren rekreasi lokal kian populer di berbagai negara meski ada pembatasan mobilitas.
Rekreasi kini sudah menjadi kebutuhan dasar manusia modern untuk melepas kepenatan dan menyegarkan jiwa. Di masa pandemi, tren rekreasi lokal kian populer di berbagai negara meski ada pembatasan mobilitas.
Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 menjangkiti penduduk dunia yang kini telah mencakup 221 negara. Berbagai upaya diterapkan pemerintahan berbagai negara untuk membatasi pergerakan masyarakatnya dengan harapan dapat mengendalikan penularan virus korona.
Di Eropa, pengetatan kembali aktivitas publik itu membuat keinginan warga Eropa untuk melakukan perjalanan rekreasi liburan musim panas mendatang bakal terhambat. Pembatasan mobilitas sempat dikendorkan, namun kini kembali diperketat. Kebijakan ini dipicu temuan mutasi virus korona jenis baru yang diberi nama B117. Virus yang bermutasi ini pertama kali terdeteksi di Inggris.
Dilansir dari Deutsche Welle, kemungkinan besar tahun ini warga Eropa pada tidak dapat menikmati libur musim panas karena pembatasan wilayah diberlakukan ketat di jalur internasional, regional, hingga lokal.
Pembatasan akan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan di destinasi-destinasi utama di Eropa. Bloomberg memberitakan di Eropa wilayah selatan yang dikenal sebagai primadona wisata dunia mengalami keterpurukan karena pandemi.
Sepanjang 2020, Pulau Santorini di Yunani hanya dikunjungi oleh tiga kapal pesiar. Di masa normal seperti tahun 2019, jumlah kunjungan kapal wisata mencapai 600 kapal.
Dampak penurunan perjalanan wisata juga diperkirakan akan dialami Perancis yang dikenal sebagai salah satu destinasi populer dunia. Warga Perancis bahkan dilarang bepergian lebih dari 10 kilometer dari tempat tinggalnya kecuali untuk keperluan mendesak. Pembatasan mobilitas warga yang begitu ketat hanya membuka peluang rekreasi di lingkungan tempat tinggal.
Kebijakan serupa juga diambil Pemerintah Inggris yang memberlakukan pembatasan ketat. Pintu kedatangan internasional masih terbuka, namun orang yang tiba di Inggris harus melakukan isolasi mandiri di hotel yang sudah ditunjuk pemerintah dengan biaya ditanggung sendiri.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk menginap selama 11 malam berkisar 1.750 poundsterling atau senilai Rp 35 juta. Harga ini sudah ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku untuk satu orang dewasa. Kebijakan ini menggambarkan betapa sulit dan mahalnya sebuah perjalanan di Inggris selama pandemi.
Bahkan Pemerintah Inggris mengancam menjatuhi denda senilai 5.000 poundsterling atau sekitar Rp 100 juta untuk orang yang melakukan perjalanan antarnegara dengan tujuan berwisata.
Pengetatan aturan wisata sebagai antisipasi merebaknya kembali virus korona membuat warga Inggris mencari alternatif melepas penat dengan melakukan rekreasi lokal di ruang-ruang publik serta mengunjungi wisata alam di kotanya. Aktivitas publik dapat dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Terbukanya kegiatan publik dalam skala domestik membuat jantung perekonomian seperti pasar, pusat perbelanjaan, salon kecantikan, restoran dan bar luar ruang (outdoor) dapat dibuka. Kondisi ini menambah variasi masyarakat Inggris untuk dapat berekreasi.
Bagaimanapun lokasi wisata tetap dapat berpotensi menjadi hot spot penularan covid-19. Ambil contoh salah satu pemicu ledakan kasus Covid-19 di Benua Biru berasal dari resor ski di Austria yang terjadi awal 2020. Karena itu, untuk mencegah penularan virus korona, beberapa destinasi mensyaratkan pelancong untuk menunjukkan hasil tes PCR.
Rekreasi lokal
Kebijakan pembatasan sosial membuat masyarakat beradaptasi dalam berbagai aktivitas, termasuk untuk memenuhi kebutuhan rekreasinya. Survei Kompas yang dilakukan pada 27 Desember 2020 - 9 Januari 2021 di 34 provinsi memotret pandangan masyarakat terkait tujuan wisata. Hasilnya, 57 persen responden mengaku bahwa rekreasi lokal menjadi pilihan.
Rekreasi lokal yang banyak dilakukan publik adalah liburan di luar kota tanpa menginap, bersepeda, menginap di rumah saudara, hingga sekedar ke obyek wisata di dalam kota. Dari sisi frekuensi, rekreasi lokal di masa pandemi ini dilakukan tidak terlalu sering atau kadang-kadang saja. Bagian terbesar responden (46 persen) melakukan liburan dalam jangka waktu dua bulan.
Hanya 10 persen responden yang melakukan rekreasi dalam kurun waktu satu bulan sekali. Bahkan, sebanyak satu dari empat responden mengaku hanya sekali melakukan rekreasi selama pembatasan sosial diterapkan akibat pandemi. Tidak dimungkiri masih tingginya risiko penularan virus korona membuat masyarakat sedikit menahan diri untuk tidak banyak melakukan perjalanan. Pilihan perjalanan termasuk berwisata kemudian dilakukan secara terbatas, seperti melakukan liburan lokal.
Tren rekreasi lokal juga muncul di dunia. Ragam rekreasi lokal di sejumlah negara terlihat dari survei yang dilakukan Traveloka terhadap pengguna internalnya pada 2020 lalu. Tiga pilihan utama cara berwisata yang dipilih oleh pengguna Traveloka selama pandemi tidak jauh-jauh dari liburan lokal seperti staycation (38 persen), wisata kuliner (34 persen) dan ingin bepergian dengan pesawat domestik (25 persen).
Rekreasi lokal dapat dilakukan di lingkungan sekitar rumah. Meluangkan waktu khusus bersama keluarga di halaman rumah sembari melakukan aktivitas di luar rutinitas juga menjadi bagian dari rekreasi lokal.
Variasi lokasi untuk melakukan rekreasi lokal yang dapat diakes di sekitar rumah antara lain ruang terbuka hijau, taman kota, atau kebun binatang. Seperti warga Kota Ambon, misalnya, menikmati libur akhir tahun mereka dengan melakukan bakar batu di kebun Bukit Petra yang tidak jauh dari rumahnya (Kompas 26/12/2020). Biasanya mereka berkunjung ke pantai pada musim liburan, namun tahun ini berusaha menghindari keramaian karena ada bahaya penyebaran Covid-19.
Saat ini masih banyak masyarakat yang kurang mengedepankan keamanan serta kesehatan ketika melancong. Untuk mengantisipasinya, pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19 mengeluarkan Surat Edaran Nomor 13 tahun 2021 tentang larangan mudik Lebaran yang berlaku mulai 6 – 17 Mei 2021.
Menurut pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) larangan mudik dapat berpotensi meningkatkan rekreasi lokal berupa staycation. Dalam masa pelarangan mudik Lebaran, kawasan pariwisata tetap dibuka dengan pemberlakuan protokol kesehatan.
Sertifikasi CHSE
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan bahwa warga diperbolehkan berwisata lokal dalam arti masih berada di provinsi domisili. Namun jaminan higienitas dan keamanan di lokasi wisata domestik juga menjadi perhatian Pemerintah Indonesia.
Untuk itu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjalankan program Sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) sejak Oktober 2020. Biaya sertifikasi ditanggung seluruhnya oleh Kemenparekraf.
Baca juga: Berwisata Lokal, Pilihan Hemat Masyarakat
Terdapat delapan kategori wahana dan akomodasi yang disertifikasi yaitu hotel, rumah makan, daya tarik wisata, pondok wisata, selam, transportasi wisata, serta golf. Calon wisatawan dapat mengakses laman https://chse.kemenparekraf.go.id/ untuk melihat lokasi wisata atau akomodasi di mana saja yang sudah tersertifikasi.
Strategi ini dilakukan untuk mengurangi risiko terpapar Covid-19 ketika masyarakat melakukan rekreasi lokal di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga selain bermanfaat untuk melepas penat selama pandemi, geliat rekreasi domestik diharapkan juga berkontribusi terhadap ekonomi masyarakat lokal. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Memahami Sulitnya Berlibur Tanpa Bepergian