Kebocoran pada tiga pipa penyalur menyebabkan ledakan dan kebakaran pada satu Plant 5 Platformer berkapasitas 20.000 barel minyak per hari. Dua orang mengalami luka-luka atas kejadian ini.
Berikutnya, lima insiden terjadi hanya dalam kurun tahun 2005 hingga 2006. Satu insiden terjadi karena faktor human error saat pemasangan pipa gas nitrogen di RU VI Balongan, Jawa Barat.
Satu insiden yang lain bahkan menyebabkan korban jiwa, yakni ledakan yang terjadi di Stasiun Pengumpul XII Talang Akar, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Penelusuran pada arsip Kompas menemukan 13 insiden terjadi di kilang minyak milik PT Pertamina (Persero).
Ledakan tersebut diakibatkan oleh kegiatan tiga pemuda desa yang mencari signal telepon seluler dan merokok di sekitar tangki penampungan minyak mentah.
Penerobosan masuk warga desa ini juga dianggap sebagai kelalaian PT Pertamina dalam penjagaan tangki. Atas kejadian ini, satu pemuda mengalami luka-luka dan dua lainnya tewas.
Tiga insiden berikutnya pada tahun 2005 dan 2006 juga menjadi pelecut pembenahan sistem pengolahan minyak yang berkualitas dan terawasi. Insiden pertama adalah ledakan pada pipa lama yang terbuka dan masih mengandung sisa minyak mentah di Juntinyuat, Jawa Barat.

Kedua, ledakan sumur tua yang dipicu percikan api di Ledok, Jawa Tengah. Ketiga, ledakan tangki penampung minyak mentah yang diduga tidak sesuai dengan standar karena bekas pakai di areal eksplorasi sumur Lengowangi 1, Jawa Timur.
Insiden menurun
Jumlah insiden yang dialami PT Pertamina menunjukkan penurunan di tahun-tahun berikutnya. Dalam kurun tujuh tahun, yakni 2008 hingga 2014, hanya ada enam insiden terjadi. Rinciannya, dua insiden di tahun 2014 dan tidak ada insiden di tahun 2010 dan 2012.
Empat insiden dipicu oleh kebocoran pipa, baik karena faktor usia pipa maupun kerusakan yang ditimbulkan dari oknum pencuri minyak yang sengaja melubangi pipa atau hot tapping. Sementara dua lainnya berasal dari permasalahan pada tangki.
Dua insiden terkait kebocoran pipa diduga karena kualitas pipa yang kurang baik. Salah satunya menyebabkan pencemaran saluran irigasi Cimulu di di Kampung Warung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Warga menyebut kebocoran pipa sudah tiga kali terjadi.
Kurangnya pengawasan pada sistem kilang minyak menjadi penyebab insiden ledakan.
Sementara itu, dua insiden terkait pipa lainnya dipicu karena pipa sengaja dirusak. Keduanya terjadi di Jawa Barat dan menyebabkan korban jiwa. Pertama, pipa meledak di Kampung Maribaya, Kabupaten Tasikmalaya pada 30 Juli 2013 yang menyebabkan satu korban luka-luka.
Kedua, pipa pengangkut solar meledak di Kampung Batang, Kabupaten Subang, yang menyebabkan empat korban tewas. Kejadian ini pun memiliki akar persoalan yang sama dengan insiden yang terjadi di tahun 2006, yakni kurangnya pengawasan pada sistem kilang minyak.
Insiden yang dipicu oleh permasalahan pada tangki terjadi dua kali, yakni ledakan di atmospheric residue hydro demetalizing (ARHD) yang diduga disebabkan oleh akumulasi sisa-sisa gas yang tertinggal dalam tempat penampungan minyak mentah.
Kejadian ini terjadi di RU VI di Balongan, Jawa Barat. Kedua, ledakan tangki berisi minyak ringan (HOMC) berkapasitas 10.487 kiloliter di RU IV Cilacap, Jawa Tengah.
Kilang minyak swasta
Selain PT Pertamina, kilang minyak yang dikelola swasta ataupun anak perusahaan PT Pertamina juga pernah mengalami insiden ledakan dan kebakaran. Tercatat ada empat insiden yang terjadi sejak 2005 hingga 2013.
Insiden pertama terjadi pada 24 Januari 2005 ketika ada ledakan dan kebakaran yang disebabkan oleh kebocoran pipa primer penyalur minyak antara stasiun pengumpul kecil menuju stasiun pengumpul besar. Pipa ini milik PT Conoco Phillips di Desa Daun Durian, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Atas kejadian ini, satu orang tewas dan satu rumah terbakar.

Insiden kedua terjadi pada 28 Oktober 2010 ketika pipa meledak diikuti semburan minyak panas. Pipa milik PT Chevron Pasifik Indonesia di Desa Manggala, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, ini diduga sudah dalam kondisi tua. Tidak ada korban jiwa namun dua orang mengalami luka-luka dan tiga rumah rusak.
Insiden ketiga terjadi pada 3 Oktober 2012 saat pipa minyak meledak di lahan jalur pipa milik PT Elnusa di Desa Srimaju, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Diduga pipa rusak akibat pelubangi pipa oleh kawanan pencuri. Empat pencuri tewas dan satu hektare kebun karet terbakar.
Terakhir, insiden menimpa PT Serelaya Merangin di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Pipa jalur minyak mentah dilaporkan bocor pada 31 Maret 2013. Akibatnya, bocoran minyak mengalir memasuki sungai yang dipakai warga desa.
Ledakan Tangki Pertamina RU VI Balongan
Tragedi berulang di tahun ini. Tangki T310G berisi gasolin di kilang minyak PT Pertamina Refinery Unit (RU) VI, di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat meledak.
Kejadian terjadi pada Senin, 29 Maret 2021 pukul 00.45 WIB. Ledakan mengobarkan api dan mengakibatkan getaran seperti gempa hingga radius lebih dari 500 meter.
Dirangkum dari pemberitaan Kompas, tangki yang meledak dan terbakar tersebut berkapasitas 400 ribu barel. Api turut menjilat tiga unit tank product premium 42 T301, dua diantaranya dalam keadaan kosong.
Investigasi penyebab ledakan akan dilakukan untuk mendalami dugaan adanya kebocoran tangki, sambaran petir, atau kelalaian manusia. Pertamina langsung mematikan operasional kilang minyak untuk mencegah perluasan kebakaran. Diprediksikan pemadaman membutuhkan waktu hingga lima hari.

Hingga 30 Maret 2021 pagi, jumlah korban yang dilaporkan 29 orang luka ringan, 6 orang luka berat, dan lebih kurang 1.000 warga mengungsi. Kebakaran kilang minyak ini juga berdampak pada terganggunya gardu PLN yang mengakibatkan pasokan listrik ke pelanggan terhambat. Jalan penghubung Cirebon-Indramayu pun ditutup.
RU VI Balongan merupakan kilang minyak keenam dari tujuh kilang yang dimiliki oleh PT Pertamina dengan kapasitas 125 juta barel per hari (MBD). Kegiatan utama kilang ini adalah mengolah minyak mentah (crude oil) dan naphta menjadi produk-produk bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar khusus (BBK), non-BBM, dan petrokimia. Produk-produk olahan dipasok ke DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat.
Sejak beroperasi pada 1994, Pertamina RU VI Balongan sudah dua kali mengalami insiden seperti yang sudah dipaparkan di atas, yakni terkait kebocoran pipa gas nitrogen dan ledakan unit ARHD yang berfungsi memurnikan residu minyak untuk diolah menjadi produk olahan minyak. (LITBANG KOMPAS)