Pembuatan Konten Kreatif Skala Domestik Naik Daun
Membuat konten kreatif dari rumah menjadi salah satu bentuk adaptasi di tengah kondisi pandemi saat ini.
Ragam kegiatan dilakukan oleh banyak orang di rumah selama masa pandemi, termasuk membuat konten kreatif. Tujuh dari sepuluh orang melibatkan keluarga/kerabat untuk membuat konten kreatif baik untuk konsumsi pribadi atau berbisnis.
Konten kreatif terus berkembang seiring beragamnya platform publikasi digital. Data Youtube Official menunjukkan ada 500 jam video diunggah setiap menit di Youtube. Di Instagram, ada 500 juta akun menggunakan instagram story setiap hari. Berkembangnya konten digital didukung pertumbuhan pengguna internet dan media sosial. Hingga Januari 2021, tercatat ada 4,66 miliar penduduk dunia yang menggunakan internet.
Di Indonesia, ada 73,7 persen penduduk yang aktif sebagai pengguna internet dengan durasi berinternet harian masyarakat mencapai 8 jam 52 menit. Platform publikasi digital paling diminati warga Indonesia adalah media sosial, terutama Youtube, Whatsaap, Instagram, dan Facebook.
Kondisi serupa juga tercermin dari hasil survei Kompas pada 27 Desember 2020 - 9 Januari 2021 lalu. Sebanyak 45,9 persen responden membuat dan mempublikasi konten kreatifnya di aplikasi Tiktok. Media sosial lain yang turut populer adalah Facebook (41 persen), Instagram (34,3 persen), dan Youtube (30,7 persen).
Sementara dari sisi jenis konten, masyarakat Indonesia dominan membuat foto naratif dan video. Selain makin beragamnya platform dan jenis konten kreatif, sebagai bentuk adaptasi maka pembuatan konten tersebut dilakukan di skala domestik, yaitu rumah pribadi.
Proses pembuatan konten kreatif dapat dilakukan di skala domestik atau langsung di tempat tinggal masing-masing, salah satu alasannya adalah dapat mengajak keluarga, kerabat, atau tetangganya. Sebagian besar responden (71,2 persen) pembuat konten mengajak orang terdekatnya dalam berkreasi.
Paling banyak mereka akan mengajak keluarga atau kerabatnya sendiri. Pihak lain yang berkontribusi banyak adalah teman, mencapai 51,8 persen sementara 19,4 persen memilih untuk membuat konten dengan tetangganya.
Kedekatan personal dinilai mempermudah proses pembuatan konten, termasuk penentuan waktu dan lokasi berdiskusi yang bisa sangat fleksibel sebab lokasi tempat tinggal yang memang berdekatan. Jarak dan waktu yang lebih efektif juga dibutuhkan untuk mendukung proses panjang hingga konten tersebut selesai sesuai ekspektasi.
Dalam skala domestik, konten kreatif turut menuntut kualitas yang memadai. Oleh sebab itu, dibutuhkan perlengkapan atau peralatan yang cukup. Salah satu fasilitas pendukung yang paling dibutuhkan adalah aplikasi pendukung, seperti untuk proses edit foto dan video.
Selain aplikasi pendukung, sebanyak empat dari sepuluh orang mengaku sangat membutuhkan jaringan internet yang lebih stabil. Sementara 31,5 persen orang perlu membeli gawai baru atau peralatan teknis lainnya, seperti ring light, headphone, dan microphone.
Peralatan teknis ternyata dinilai belum cukup untuk menghasilkan konten kreatif. Setidaknya 19,5 persen responden jajak pendapat membutuhkan ruangan khusus untuk proses produksi dan pengeditan hasil foto atau video.
Kebutuhan ruang khusus juga terkait kendala yang dihadapi untuk pembuatan konten di rumah, salah satunya adalah gangguan dari anak, saudara, atau tetangga. Situasi rumah kadang tidak dapat dikendalikan, sebab ada interaksi dengan anggota keluarga, saudara, atau tetangga yang berkunjung.
Konten diminati
Produksi konten kreatif akan terus berjalan, seiring kebutuhan manusia untuk mengekspresikan diri atau memiliki tujuan bisnis. Topik dan tujuan pembuat konten tentu bisa sangat beragam, namun untuk jenis kontennya didominasi video dan foto bernarasi.
Jenis konten favorit sejalan dengan platform digital yang digunakan untuk publikasi, yaitu Tiktok, Facebook, dan Instagram. Ketiga media sosial tersebut mampu menggabungkan konsep video dan foto, sehingga memiliki daya tarik pengguna yang tinggi.
Tiktok menjadi platform publikasi konten yang tumbuh dengan sangat cepat, sejak diluncurkan tahun 2017. Hingga kuarter keempat 2019, tercatat telah diunduh sebanyak 738 juta kali di seluruh dunia, sementara pendapatan dari pengguna mencapai 50,4 juta dollar AS pada Februari 2020.
Khusus pengguna media sosial di Indonesia, pembuat konten kreatif yang memanfaatkan Tiktok mencapai 38,7 persen pada Januari 2021. Rata-rata waktu yang dihabiskan untuk mengakses Tiktok sebesar 13,8 jam tiap bulannya.
Uniknya, pola pembuatan konten saat ini tidak hanya bertujuan untuk publikasi dan konsumsi pribadi saja, melainkan untuk berbisnis serta pelatihan atau pendidikan secara online. Apabila ditelusuri menggunakan Google Trends, maka tujuan untuk bisnis dan pelatihan/pendidikan masuk dalam sepuluh topik yang paling dicari.
Untuk kategori bisnis, masyarakat Indonesia banyak mencari tentang UMKM, cara menjadi reseller, hingga membuat hand sanitizer dan sepeda lipat. Sementara untuk kategori pelatihan, banyak yang mencari tahu tentang google classroom, menjadi penulis, hingga pelatihan untuk program kartu pra kerja.
Tak hanya itu, salah satu bisnis yang terus berkembang dan dijadikan konten adalah pelatihan atau panduan resep makanan tertentu. Tercatat ada lima resep paling dicari oleh masyarakat Indonesia, yaitu donat, dalgona coffee, odading, bakso mercon, dan rendang sapi.
Konten pascapandemi
Tren positif konten kreatif yang dibuat di rumah dengan melibatkan orang terdekat turut dipicu kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Banyak masyarakat Indonesia yang menghabiskan banyak waktunya di rumah atau lokasi dekat rumah.
Apabila selama pandemi sebagian besar konten dapat diselesaikan di rumah, maka dibutuhkan penyesuaian proses produksi konten kreatif pasca pandemi. Hasil survei Kompas menunjukkan adanya diferensiasi proses yang perlu dipilah untuk membuat konten kreatif.
sebagian besar responden (71,2 persen) pembuat konten mengajak orang terdekatnya dalam berkreasi
Enam dari sepuluh responden menyebut proses pengambilan gambar untuk foto atau video masih akan dilakukan di rumah atau lokasi sekitarnya. Proses lainnya adalah pengeditan foto atau video (50,6 persen).
Proses lainnya yang dapat dilakukan secara domestik adalah penjualan konten atau produk serta pembuatan naskah konten kreatif. Fleksibilitas tahapan pembuatan konten, mulai dari perencanaan hingga pemasaran menjadi bukti keberhasilan adaptasi pola baru pasca pandemi.
Selain memilah proses pembuatan konten yang bisa dilakukan di rumah, ada beberapa hal yang perlu dilakukan penyesuaian sebagai solusi permasalahan pasca pandemi, salah satunya manajemen waktu kerja.
Saat awal pandemi, semua orang disarankan untuk beraktivitas di dalam rumah. Namun, beberapa bulan terakhir masyarakat sudah mulai melakukan kegiatan di luar ruangan, seperti bekerja dan sekolah.
Laporan Google Mobility tanggal 21 Maret 2021 menunjukkan bahwa dalam satuan waktu tertentu, masyarakat mulai berkegiatan di luar rumah, meskipun trennya masih kecil. Sebagai contoh, periode akhir Februari hingga awal Maret 2021, aktivitas warga berbelanja mengalami kenaikan.
Pembuat konten perlu memikirkan solusi produksi kontennya agar terus konsisten di tengah mulai padatnya kesibukan lain. Setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan agar tetap bisa berkarya di masa pasca pandemi dan mencapai tujuan mengapa konten tersebut diproduksi.
Pertama, mengikuti pelatihan lanjutan proses pembuatan konten, baik secara teknologi yang dipakai dan perencanaan konten. Pelatihan lanjutan penting untuk mengevaluasi dan mengatur ulang tahapan pembuatan konten agar lebih adaptif dengan kondisi pasca pandemi.
Kedua, menjalin kerjasama dengan pembuat konten lainnya. Distribusi pekerjaan melalui bentuk kerjasama juga mampu mengurangi beban pekerjaan di rumah, mulai dari perancangan naskah, pengambilan foto dan video, hingga strategi pemasaran. Selain itu, masing-masing orang dengan leluasa akan bertukar ide untuk perbaikan konten.
Terakhir, menata ulang manajemen waktu dan peran di rumah. Kesibukan yang makin meningkat menuntut tiap orang agar fokus, sehingga sangat mungkin lalai dengan tugas masing-masing di rumah. Kondisi tersebut tentu menimbulkan perselisihan.
Setiap orang perlu terbuka dan menyadari perannya, baik saat membuat konten atau sebagai bagian dari keluarga. Pembuatan jadwal kerja sesuai porsi masing-masing juga dapat dilakukan agar semua pekerjaan berjalan dengan rapi dan menghasilkan produk konten kreatif yang menarik.
Membuat konten kreatif menjadi salah satu bentuk adaptasi di tengah kondisi pandemi saat ini, sebab dapat dilakukan langsung dari rumah dan melibatkan orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, atau tetangga. Akan tetapi, proses adaptasi masih harus berjalan, khususnya bagaimana menciptakan tahapan pembuatan konten yang lebih efektif nanti pasca pandemi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Menjaga Ekonomi Kreatif Tetap Tumbuh