Menjaga Ekonomi Kreatif Tetap Tumbuh
Jalur digital, konten berkualitas, dan kolaborasi bisnis menjadi jurus sektor ekonomi kreatif bertahan menghadapi pandemi Covid-19.
Industri kreatif terus berselancar menghadirkan karya-karya kreatif selama pandemi Covid-19. Penggunaan teknologi digital dan kolaborasi dengan penyalur konten menjadi tumpuan kreativitas untuk mengembangkan potensi besar ekonomi kreatif.
Pandemi Covid-19 berdampak pada sejumlah sektor kehidupan, tak terkecuali sektor ekonomi kreatif. Ekonomi yang mencakup sektor periklanan, arsitektur, buku, gim, film, musik, surat kabar dan majalah, seni pertunjukan, radio, televisi, serta seni visual (kreasi seni, museum, fotografi, desain) ini tertekan dampak wabah korona.
Kebijakan pembatasan sosial di berbagai negara untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2 membuat penyelenggaraan konser musik, festival kesenian, peluncuran film, peragaan busana, produksi acara TV, hingga rilis album harus ditunda bahkan dibatalkan.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) melaporkan, pandemi menutup sebagian pendapatan industri musik global, karena kehilangan 10 milliar dollar AS dari sponsor musik. Di bidang kesenian, sepertiga galeri seni telah mengurangi setengah stafnya selama krisis wabah.
Walau tertekan, dunia kreatif terus berkreasi melawan pandemi. Seniman-seniman dunia berupaya keras tetap menghadirkan karya-karya kreatif di tengah keterbatasan aktivitas publik. Penggunaan teknologi digital menjadi salah satu cara berkarya di masa pandemi.
Konser virtual dan pertunjukan live streaming menjadi pilihan bagi musisi-musisi di seluruh dunia. Band asal Korea, BTS menggelar konser virtual selama pandemi pada 10-11 Oktober 2020. Konser bertajuk Map of the Soul ON:E tersebut mampu menarik 993.000 penonton dari 191 negara di dunia.
Di Indonesia, gairah konser virtual juga dilakukan oleh musisi-musisi Tanah Air. Sepanjang 2020, beberapa konser virtual digelar seperti Prambanan Jazz Virtual Festival (PJVF), konser Orchestra Erwin Gutawa featuring Tulus, LOKET x GoPay Silaturahmi Bareng Slank, serta Tohpati Livestream Featuring Sandhy Sondoro.
Pandemi yang masih belanjut di 2021, turut memperpanjang konser virtual yang dilakukan musisi dunia. Laman Bilboard sudah merilis sejumlah konser virtual dan live streaming oleh penyanyi dan band dunia hingga Desember 2021 nanti.
Panggung virtual juga dibangun oleh bisnis mode dan film. Penyelenggaraan salah satu ajang mode terkenal di dunia, Milan Fashion Week tahun dilakukan secara virtual. Jalur digital juga dilakukan produsen film menggunakan layanan SVoD (Streaming Video on Demand).
Sebetulnya, sebelum pandemi, layanan video on demand ini sudah banyak digunakan seiring hadirnya era teknologi 4.0. Namun, dampak pandemi membuat semakin banyak film didistribusikan melalui kanal digital. Film-film yang seharusnya dirilis di bioskop dialihkan ke layanan digital melalui Amazon Prime Video, Apple TV, Netflix, Xfinity, VUDU, Google Play, Fandango Now, dan Youtube.
Dua contoh film yang ditayangkan melalui jalur digital tersebut adalah film animasi Trolls World Tour produksi Universal Pictures film The Lovebirds produksi Paramount. Jalur digital terbukti bisa menjadi sekoci distribusi film di tengah pandemi. Pendapatan film Trolls World Tour seperti yang diberitakan Wall Street Journal berhasil meraup 100 juta dollar AS setelah tiga minggu dirilis di platform digital.
Konten kreatif
Belum semua sektor ekonomi kreatif dan budaya dapat bersaing di platform digital. Data dari laman riset We are Social menunjukkan dari delapan transaksi terbesar belanja digital, baru tiga sektor yang sudah mencapai prestasi cemerlang, yaitu sektor mode, musik digital, dan video gim.
Transaksi daring di sektor mode per Januari 2021 tercatat sebesar 665,6 miliar dollar AS. Jumlah tersebut naik 27 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja masyarakat untuk musik digital mencapai 217,3 miliar dollar AS atau naik 26 persen dari 2020. Demikian pula dengan pengeluaran masyarakat untuk membeli video gim yang mencapai 135,8 milliar dollar AS atau naik 23 persen.
Hal ini mengambarkan, di jalur digital, unsur kreatif dan kualitas dalam membuat konten menjadi faktor penentu keberhasilan. Keberhasilan industri gim ditopang oleh munculnya gim-gim baru dan menantang yang dilirik masyarakat diantaranya Shooter, Action Adventure, Racing, MOBA, hingga Puzzle Platform.
Faktor lain yang menjadi pendorong tumbuhnya ekonomi kreatif di kanal digital adalah kolaborasi dengan penyalur konten lainnya. Publikasi Digital 2021 memperlihatkan belanja terbesar konsumen digital dilakukan melalui aplikasi Tinder, Tiktok, Youtube, Tencent Video, Netflix, dan Disney.
Dari keberhasilan Disney+ adalah kerjasama dengan konten di luar Disney, seperti National Geographic dan produk-produk film dari Fox. Kolaborasi bisnis ini membuat Disney+ dapat terus meningkatkan subscriber hingga memiliki 60 juta pelanggan di seluruh dunia.
Potensi
Jalur digital, konten berkualitas, dan kolaborasi bisnis menjadi jurus sektor ekonomi kreatif bertahan menghadapi pandemi. Secara global, sektor ekonomi kreatif dan budaya menghasilkan 2.250 miliar dollar AS setahun. Kontribusi tersebut setara dengan 3 persen dari PDB dunia.
Secara khusus, Bank Dunia menekankan kontribusi industri kreatif pada pembangunan sosial dan ekonomi berkelanjutan. Kegiatan kreatif tidak mengandalkan pada eksplorasi sumber daya alam, melainkan mengandalkan aset intelektual seperti kreativitas, keterampilan, dan kesenian.
Potensi kedua dari keberadaan ekonomi kreatif dan budaya adalah terbukanya lapangan pekerjaan. Bank Dunia menyebutkan sektor ini menjadi tumpuan bagi 29,5 juta pekerjaan atau mempekerjakan 1 persen dari populasi dunia. Tiga bidang yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah seni visual (6,73 juta pekerja), buku (3,67 juta pekerja), dan musik (3,98 juta pekerja).
Potensi berikutnya dari serapan tenaga kerja adalah terbukanya lapangan kerja untuk kaum muda dan perempuan. Survei UNESCO di 35 negara berpenghasilan rendah dan menengah menemukan, pekerja yang terlibat dalam pekerjaan di sektor ekonomi kreatif dan budaya lebih banyak dari kalangan perempuan daripada laki-laki.
Di Pakistan, hampir sepertiga pekerja ekonomi kreatif dan budaya berusia di bawah 24 tahun. Demikian pula, di Ghana dan Uganda, lebih 25 persen pekerja ekonomi kreatif adalah kaum muda.
Baca juga: Tren Teknologi Digital Memengaruhi Industri Konten
Di Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan nilai ekspor produk ekonomi kreatif ditargetkan meningkat dari 16,9 miliar dollar AS di 2020 menjadi 19,26 miliar dollar AS di 2024. Jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif juga diharapkan meningkat dari 17,25 juta orang di 2020 menjadi 19,9 juta orang di 2024.
Hingga Januari 2021, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital dengan 202,6 juta orang pengguna internet dan 170 juta orang pengguna media sosial.
Ekonomi kreatif dapat mengajak masyarakat digital semakin peduli membuat konten-konten kreatif bermuatan lokal dan semakin banyak memunculkan sosok-sosok penuh kreativitas. Tanpa itu semua, potensi masyarakat digital Indonesia dikhawatirkan hanya akan menjadi target pasar konten-konten kreatif global. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Media Sosial Buka Peluang Kreativitas