Generasi Sepak Bola di Pusaran Pandemi
Pandemi Covid-19 menyisakan ruang persoalan bagi dunia sepak bola di Indonesia. Di tengah sederet kompetisi internasional yang menanti, liga domestik justru terhenti. Bagaimana masa depan pemain muda di Tanah Air?
Pandemi Covid-19 menyisakan ruang persoalan bagi dunia sepak bola di Indonesia. Di tengah sederet kompetisi internasional yang menanti, liga domestik justru terhenti. Bagaimana masa depan pemain muda di Tanah Air?
Hampir satu tahun Indonesia bergelut dengan pandemi Covid-19. Selama itu pula serangkaian kebijakan telah diterapkan demi memutus rantai penularan. Salah satunya adalah penghentian kompetisi sepak bola nasional.
Pada satu sisi, penghentian laga sepak bola nasional memang dibutuhkan demi memutus rantai penularan. Pasalnya, sejumlah tim sepak bola di Tanah Air memiliki pendukung fanatik.
Dalam kondisi normal, penyelenggaraan kompetisi sepak bola tanpa penonton justru kerap dihadiri oleh pendukung fanatik demi memberikan dukungan kepada para pemain dari luar stadion.
Selain itu, kegiatan nonton bersama juga telah menjadi budaya bagi sebagian kelompok pendukung sepak bola. Penyelenggaraan kompetisi sepak bola di tengah pandemi tentu membuka ruang kemungkinan adanya kerumunan massa, terutama pada wilayah yang memiliki basis pendukung sepak bola fanatik.
Namun, pada sisi lain, penghentian kompetisi sepak bola juga berdampak pada pertaruhan ekosistem sepak bola Tanah Air. Kualitas pemain, bisnis, hingga regenerasi pemain turut terancam. Padahal, Indonesia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi sejumlah kompetisi internasional.
Kompetisi terdekat yang akan dihadapi adalah SEA Games pada November-Desember 2021 di Vietnam. Setelah itu, tim nasional Indonesia akan berlaga pada Piala AFF pada Desember 2021-Januari 2022.
Agenda pertandingan internasional juga menanti tim ”Garuda Muda”. Piala Asia U-16 dan U-19 yang seharusnya digelar 2020 ditunda hingga 2023 dengan sebutan Piala Asia U-17 dan U-20. Pada tahun yang sama, Indonesia juga akan berlaga pada Piala Dunia U-20 sebagai tuan rumah.
Jika melihat sejumlah laga internasional yang telah menanti, tentu butuh persiapan matang bagi setiap pemain sepak bola. Laga domestik menjadi hal utama yang dibutuhkan untuk mengasah kemampuan dan kualitas pemain.
Perhatian khusus perlu ditujukan kepada pasukan ”Garuda Muda”. Pasalnya, terdapat tiga agenda penting yang telah menanti pada tahun 2023. Artinya, waktu persiapan hanya tersisa dua tahun untuk membentuk tim berkualitas.
Dua tahun bukanlah waktu yang panjang untuk membentuk generasi sepak bola yang siap bertanding di kancah internasional. Pertanyaannya kemudian, bagaimana regenerasi pemain sepak bola dilakukan di tengah pembatasan sosial, penghentian kompetisi domestik, dan penundaan sejumlah laga internasional?
Baca juga: Menjaga Denyut Nadi Sepak Bola Tanah Air
Timnas U-19
Kabar baiknya, di tengah penghentian kompetisi, persiapan tetap terus dilakukan oleh timnas U-19. Sejak Mei 2020 hingga Januari 2021, anak asuh Shin Tae-yong tidak pernah absen untuk melakukan pemusatan latihan setiap bulannya.
Sebagai adaptasi tahap awal, pemusatan latihan dilakukan secara virtual sejak 14 Mei 2020. Selain latihan fisik, pola konsumsi pemain juga dipantau oleh tim pelatih. Pemusatan latihan diikuti 44 pemain dari sejumlah klub, seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, Diklat Ragunan, Semen Padang, hingga Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Papua.
Pemusatan latihan mulai dilakukan secara tatap muka pada Agustus 2020 di Jakarta. Hal ini dilakukan sebagai persiapan menghadapi Piala Asia U-19 di Uzbekistan yang saat itu masih dijadwalkan berlangsung pada tahun 2020. Saat pemusatan latihan inilah dilakukan sejumlah pencoretan nama pemain.
Hingga akhir Agustus, ada 27 pemain yang siap dikirim ke Kroasia untuk menjalani pemusatan latihan. Dua pemain lainnya yang seharusnya bergabung gagal berangkat ke Kroasia karena terlambat 10 menit dalam sesi latihan di Jakarta. Disiplin menjadi hal utama yang dinilai oleh tim pelatih.
Selain karena pengalaman dalam kancah sepak bola internasional, Kroasia dipilih karena memiliki suhu yang hampir sama dengan Uzbekistan sehingga adaptasi dapat dilakukan.
Selama pemusatan latihan, timnas U-19 menjalani sejumlah laga uji coba. Pelajaran berharga diraih oleh tim Garuda Muda. Setelah tunduk 1-7 dari Kroasia, Indonesia di antaranya berhasil menahan imbang Arab Saudi (3-3) dan mengalahkan Qatar (2-1). Rangkaian uji coba ini menjadi bekal bagi skuad ”Garuda Jaya”, julukan timnas U-19, di tengah penghentian kompetisi domestik.
Setelah kembali ke Jakarta pada Oktober 2020, timnas U-19 kembali menjalani pelatihan virtual dan pemusatan latihan. Persiapan berikutnya dilakukan pada akhir Desember dengan melakukan pemusatan latihan di Spanyol yang diikuti oleh 30 pemain.
Pemain yang sedang berada di luar Indonesia juga turut dipanggil, yakni Elkan Baggott dari tim Ipswich Town FC (Inggris), Kelana Noah Mahessa dari Bonner SC (Jerman), dan Witan Sulaeman dari FK Radnik Surdulica (Serbia).
Sayangnya, pemusatan latihan di Spanyol tidak berjalan sesuai rencana. Pandemi Covid-19 yang belum terkendali menyebabkan sulitnya melakukan pertandingan uji coba. Akibatnya, pada pertengahan Januari lalu pasukan ”Garuda Jaya” kembali ke Indonesia.
Baca juga: Jagat Maya Gemakan Harapan Kembalinya Liga
Timnas U-16
Selain timnas U-19, persiapan yang cukup matang juga dilakukan oleh timnas U-16 di bawah asuhan Bima Sakti. Pemusatan latihan dilakukan secara estafet sejak Juli hingga Oktober 2020. Saat itu latihan dilakukan sebagai persiapan untuk menghadapi Piala Asia U-16.
Jika timnas U-19 melakukan uji coba internasional di tengah pandemi, hal serupa juga dilakukan oleh timnas U-16. Pada Oktober 2020, timnas U-16 berangkat menuju Uni Emirat Arab.
Dalam pemusatan latihan, ”Garuda Asia”, julukan Timnas U-16, harus mengakui keunggulan Uni Emirat Arab dalam dua kali pertandingan masing-masing dengan skor 2-3 dan 0-4. Kekalahan ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi timnas U-16 mengingat masih banyaknya waktu yang dimiliki oleh setiap pemain untuk mengasah diri.
Seusai menjalani laga uji coba di Uni Emirat Arab, timnas U-16 kembali melakukan pemusatan latihan di Bogor, Jawa Barat, dan Sleman, Yogyakarta pada November dan Desember 2020.
Baca juga: Indonesia dan Mimpi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Target juara
Jika menilik berdasarkan konsentrasi selama dua tahun terakhir, timnas U-19 tampak memperoleh perhatian ekstra, baik dalam hal pelatihan maupun uji coba pertandingan. Hal ini sangat wajar mengingat tim inilah yang awalnya diproyeksikan untuk tampil dalam Piala Dunia U-20 yang sebelumnya dijadwalkan akan diselenggarakan pada tahun ini di Indonesia.
Namun, perubahan strategi dan regenerasi pemain sepak bola harus segera dilakukan usai adanya keputusan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) untuk menunda Piala Dunia U-20 hingga tahun 2023. Artinya, tidak semua pemain timnas U-19 dapat turun dalam pertandingan ini karena faktor usia.
Hanya terdapat beberapa nama yang berpotensi dapat kembali bergabung di dalam tim, seperti Alfriyanto Nico dari Persija Jakarta dan Kakang Rudiyanto dari Persib Bandung.
Masa depan sepak bola Indonesia kini justru berada di pundak timnas U-16. Tim yang awalnya diproyeksikan untuk Piala Asia U-16 tampaknya harus mulai dipersiapkan untuk Piala Dunia U-20.
Persiapan perlu segera dilakukan sejak tahun ini agar menghasilkan pemain muda yang berkualitas dan berkarakter. Apalagi, PSSI selaku induk sepak bola Indonesia berharap Indonesia dapat menjadi juara pada Piala Dunia U-20 tahun 2023.
Jika menengok pada catatan sejarah Piala Dunia U-20 sejak tahun 1977, tim yang menjadi juara mayoritas berasal dari negara-negara yang memiliki latar belakang prestasi dan tata kelola sepak bola yang mumpuni.
Pada tahun 2007, misalnya, trofi Piala Dunia U-20 diraih oleh Argentina. Satu dekade setelahnya giliran pasukan muda Inggris yang berhasil meraih gelar juara. Kedua negara ini telah memiliki reputasi dalam kancah sepak bola internasional.
Sebelum jauh membahas tentang target juara, hal terdekat yang perlu dilakukan adalah menjaga kualitas permainan anak-anak muda Indonesia melalui kompetisi berjenjang sesuai kelompok usia.
Tahun 2019, Indonesia memiliki kompetisi Liga 1 U-19 dan U-16. Tahun ini, seluruh lapisan kompetisi dengan menerapkan protokol kesehatan perlu kembali diselenggarakan demi menjaga asa Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023.
Jika tidak, akan menjadi pekerjaan rumah yang amat besar untuk melahirkan sebuah tim tanpa rahim kompetisi domestik. Pilihannya, tunduk dengan situasi pandemi, atau memulai sejak saat ini? (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengapa Harus Membayar Berita Daring?