Belanja Daring Sebelum Era Internet
Jauh sebelum era internet, jual beli secara daring sudah dilakukan. Revolusi terjadi antara tahun 1981 hingga kemunculan ”world wide web” pada 1991 menjadi fase awal aktivitas ekonomi secara daring.
Jauh sebelum era internet, aktivitas belanja daring sebenarnya sudah dilakukan. Revolusi terjadi antara tahun 1981 hingga kemunculan world wide web pada 1991. Hal ini menjadi kisah penting tentang bagaimana sebuah teknologi diciptakan untuk menyokong kegiatan ekonomi yang kini marak sebagai jual beli daring (online).
Pada mulanya adalah komputer, TV kabel, dan saluran telepon yang diprogram. Utak-atik ini diupayakan agar antarkomputer dapat saling mengirimkan signal, baik berupa teks maupun gambar. Alhasil, teknologi videoteks pun muncul.
Videoteks menjadi tulang punggung terciptanya iklim jual beli di ranah digital. Di babak awal, videoteks dimanfaatkan pengguna dalam skema bisnis antara penjual ke penjual atau business to business (B2B).
Arsip dari The Journal of Rediffusion Computers Limited melaporkan studi kasus implementasi videoteks di Inggris Raya antara tahun 1981-1988. Pada 1981, inovasi ini dimanfaatkan oleh Thomson Holidays dan Horizon Holidays untuk memberikan data akurat terkait ketersediaan tiket yang akan dipesan oleh agen perjalanan. Teknologi ini memungkinkan komunikasi yang lebih jelas dan menghindari tumpang tindih pemesenan tiket.
Di tahun yang sama, perusahaan mobil Talbot memanfatkan sistem komputasi viewdata yang memungkinkan keterhubungan antara perusahaan dan diler mobil. Sistem ini menyediakan basis data berupa informasi umum, ketersediaan stok, hingga status pemesanan. Sistem ini turut diadopsi oleh perusahaan mobil lain, seperti Ford (1985), General Motors (1986), dan Nissan (1988).
Pada babak ini, terjadi pemutakhiran komunikasi transaksi biasanya hanya lewat telepon. Bukan lagi suara yang bisa dipertukarkan melintas jarak, melainkan juga data berupa teks, garis, dan bahkan gambar yang bisa diakses secara langsung untuk tujuan jual beli komoditas.
Pada babak ini, terjadi pemutakhiran komunikasi di mana transaksi biasanya hanya lewat telepon.
Dari bisnis ke konsumen
Masih di jazirah Eropa, embrio belanja daring muncul dari Perancis melalui minitel. Minitel adalah perangkat elektronik menyerupai komputer yang terhubung dengan sambungan telepon. Minitel diluncurkan oleh perusahaan Telecom dan pemerintah Perancis pada 1982. Perangkat ini diberikan secara gratis bagi pelanggan telecom.
Minitel terhubung dengan 25.000 layanan daring seperti acara hiburan, jadwal kereta api, program televisi dan radio, pekerjaan dan iklan baris, permainan interaktif, dan layanan perbankan. Dalam hal belanja daring, Minitel mengakomodasi pembelian tiket, alat rumah tangga, dan bahan makanan menggunakan kartu kredit.
The Atlantic dalam ”Minitel, the Open Network Before the Internet” menyebut minitel beroperasi secara netral dan terbuka meski disponsori oleh pemerintah Perancis. Minitel mencapai penetrasi massal sebelum akhir 1990-an mengungguli sistem serupa buatan Amerika Serikat yang hanya bisa diakses segelintir orang.
Dalam ”The French Videotex System Minitel: A Successful Implementation of a National Information Technology Infrastucture” (1994) yang diterbitkan Management Information System Research Center, University of Minnesota menyebut Minitel menjadi kesuksesan teknologi di Perancis pada zamannya dengan penetrasi sebesar 34 persen dari populasi.
Hal ini menjadi bukti kesuksesan Minitel yang juga dapat dilihat dari fakta bahwa Minitel baru dinonaktifkan pada 2012, lebih karena alasan perangkat yang tak lagi bisa mengimbangi kemajuan teknologi grafis.
Minitel menjadi pencapaian gilang gemilang Perancis dalam teknologi berbagi data dengan pengguna yang meluas.
Beranjak dari Eropa ke Amerika Serikat, embrio bisnis digital juga muncul dari Boston Computer Exchange (BCE). BCE membuka layanan jual beli komputer bekas secara daring sejak 1983. BCE beroperasi menggunakan Bulletin Board System (BBS) yang berfungsi menyediakan media bertukar pesan antara pengguna untuk berbagi informasi produk yang akan dijual, dibeli, atau ditukar.
Berselang tujuh tahun dari kemunculannya, koran The New York Times pada 10 Juli 1990 menurunkan artikel berjudul ”Finding a Home for Last Year’s Model” menyebut BCE sebagai perusahaan clearinghouse terbesar di dunia. Setiap minggu, BCE merilis basis data terkini terkait indeks harga perangkat komputer untuk memberikan gambaran valuasi harga komputer bekas pada pelanggan.
Minitel menjadi pencapaian gilang gemilang Perancis dalam teknologi berbagi data dengan pengguna yang meluas. Sementara BCE menjadi savana bagi masyarakat yang kebingungan untuk membeli atau menjual komputer dengan harga yang pantas.
Keduanya menyumbang pemahaman tentang betapa pertukaran informasi dapat meningkatkan kualitas hidup dan tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri betapa mereka membutuhkan teknologi ini.
Model belanja daring makin menemukan bentuknya dalam dua eksperimen yang masuk babak akhir prainternet. Keduanya adalah Shopping Service Gateshead dan Electronic Mall. Shopping Service Gateshead diujicobakan langsung ke pelanggan pada 1984 di kota Gateshead, Inggris.
Program ini diluncurkan atas kerja sama antara jaringan supermarket Tesco, Universitas Newcastle, Dewan Kota Gateshead, dan Rediffusion Computers. Pelanggan dapat memesan bahan makanan dan obat-obatan melalui televisi yang terkomputerisasi dan tersambung dengan saluran telepon.
Pesanan diantar di hari yang sama dan pembayaran dilakukan secara tunai pada pengantar. Layanan ini difokuskan pada masyarakat lanjut usia, pensiunan, atau difabel yang memiliki keterbatasan mobilitas agar tetap mandiri (Kompas, 29 Januari 2021).
Linimasa ini menjadi bagian penting dalam terciptanya model bisnis di ranah daring.
Sementara Electronic Mall dirilis pada 1985 oleh perusahaan CompuServe asal Amerika Serikat. Layanan belanja daring yang disebut computer shopping service ditambahkan dalam paket untuk pengguna komputer CompuServe.
Elektronic Mall memberikan keterangan lebih lengkap tentang produk yang akan dibeli, layanan bertanya pada penjual melalui fasilitas feedback, dan jaminan kualitas produk. Dengan layanan ini, pembeli tetap harus mengambil pesanannya sendiri.
Dalam ”Consumer Intention to Utilize Electronic Shopping” (1990) yang diterbitkan Journal of Direct Marketing mencatat penjualan meningjat 240 persen setiap tahun selama dua tahun pertama. Di tahun 1990, ditergetkan 13 juta pengguna.
Riset yang dilakukan CompuServe pada pelanggannya ini dapat disimpulkan bahwa pembeli merupakan kalangan muda, terpelajar, dan berpenghasilan tinggi. Barang yang paling sering dibeli adalah produk keluaran terbaru, seperti kamera video, pemutar CD, dan komputer.
Linimasa ini menjadi bagian penting dalam terciptanya model bisnis di ranah daring. Kemajuan teknologi yang dicapai Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat di kala itu membuka wawasan betapa teknologi dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Sementara itu di Indonesia, di masa yang sama tidak ditemukan perkembangan yang merujuk pada model jual beli dengan memanfaatkan teknologi komputer. Di sisi lain, Indonesia menjadi negara dengan tingkat konsumsi yang tergolong tinggi dalam kaitannya dengan belanja daring.
McKinsey and Company mencatat 30 juta masyarakat Indonesia telah berbelanja secara daring dan menciptakan pasar sebesar 112 triliun rupiah. Rata-rata penggunan internet pun mencapai 4 jam per hari atau dua kali lipat lebih besar dibandingkan pengguna di Amerika Serikat. Lalu, akankan terus jadi konsumen dan lupa menjadi penemu? (LITBANG KOMPAS)