Kecerdasan Buatan Mitra Peradaban Modern Manusia
Catatan sejarah dan perkembangan terkini kecerdasan buatan menunjukkan bahwa semakin erat ikatan antara mesin dan manusia.
Perkembangan kecerdasan buatan sudah berlangsung sejak era Perang Dunia II. Saat ini, kecerdasan buatan sudah digunakan pada banyak bidang kehidupan sehingga menciptakan ikatan khusus antara mesin dan manusia.
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan sistem berbasis komputer yang berusaha mengimitasi kemampuan berpikir manusia, yaitu dalam berpikir dan mencari penyebab suatu peristiwa. Responsnya dilatih dengan menggunakan contoh-contoh tindakan.
Munculnya kecerdasan buatan (AI) tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Perang Dunia II. Saat itu, kecerdasan buatan muncul sebagai sarana untuk membantu menyelesaikan persoalan (problem solving) yang tidak dapat ditangani oleh kapasitas fisik serta memori manusia.
Pihak Sekutu menghadapi kebuntuan dalam memecahkan komunikasi rahasia pihak lawannya, yaitu Jerman. Tentara Jerman menggunakan kode yang diacak oleh mesin sandi Enigma. Segala upaya Sekutu untuk memecahkan sandi selalu terlambat dan tidak dapat mencegah atau mengantisipasi pergerakan militer musuh.
Walaupun bisa menguping pesan yang dikirim, Sekutu tidak dapat membaca dan memahami isinya. Inggris yang tergabung dalam Sekutu kemudian mendirikan lembaga pendidikan serta satuan tugas pengurai kode di Bletchley Park yang terletak di pinggir kota London.
Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam upaya mengurai sandi Enigma adalah Alan Turing, mahasiswa di Universitas Cambridge. Turing menciptakan sebuah mesin yang kemudian disebut Mesin Turing dengan tugas khusus mengurai kombinasi kode pesan dari mesin Enigma.
Selain memecahkan kode komunikasi rahasia Jerman, mesin ciptaan Turing dapat diprogram memecahkan kode yang dibuat dari sesama mesin Turing. Dua mesin dapat saling berhadapan dan saling memberi serta memecahkan kode yang dikirim.
Mesin Turing diakui sebagai komputer elektronik pertama di dunia sekaligus pelopor mesin dengan kemampuan kecerdasan buatan. Kontribusi lanjutan dari Alan Turing adalah membuat robot yang bisa meniru percakapan manusia pada 1943. Pembuatan robot ini bekerja sama dengan neurolog Grey Walter.
Era keemasan
Pembuatan kecerdasan buatan kemudian makin berkembang. Momen penanda perkembangan kecerdasan buatan dalam pengamatan Michael Wooldridge berlangsung pada periode 1956-1970.
Dalam bukunya, A Brief History of Artificial Intelligence (2021), Wooldridge menguraikan pada jendela waktu tersebut diciptakan bahasa pemrograman yang menjadi tulang punggung kecerdasan buatan hingga saat ini. Kemampuan bahasa pemrograman ini ditambah dengan demonstrasi robot yang kian membuka mata dunia terhadap teknologi komputasi baru abad ke-20.
Sementara istilah kecerdasan buatan sendiri muncul pada 1955. Saat itu, seorang ahli matematika asal AS, John McCarthy, mengajukan proposal kepada Rockefeller Institute untuk mengadakan sekolah musim panas di Dartmouth College di kota Hanover, AS. Kegiatan musim panas ini dinamai artificial intelligence (AI). Pada momen inilah pertama kali istilah kecerdasan buatan diperkenalkan.
Proyek ini melibatkan sejumlah ilmuwan yang diseleksi untuk ikut serta. Kegiatan ini menjadi tonggak awal bidang kerja dan studi kecerdasan buatan. Buah karya McCarthy berupa bahasa pemrograman LISP dipublikasikan pada 1961 dan digunakan sebagai bahasa pemograman kecerdasan buatan hingga sekarang.
Tenni Purwanti dan Tri Wahono dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengemukakan keunggulan LISP adalah pada kemampuannya memanipulasi simbol dan hubungan antarsimbol dengan mudah. Fungsi inilah yang menjadi tulang punggung program kecerdasan buatan dan juga sistem pengambilan keputusan.
Salah satu produk cemerlang lainnya adalah sistem SHRDLU yang ditempatkan dalam blocks world. Sistem ini dikembangkan oleh mahasiswa doktoral dari Universitas Stanford, Terry Winograd, pada 1971.
SHRDLU diprogram untuk dapat menyelesaikan persoalan (problem solving) dan dapat memahami bahasa verbal manusia. Untuk mendemonstrasikan kemampuan sistem SHRDLU, diciptakan sebuah lingkungan atau arena yang berisi balok-balok dengan beragam warna dan bentuk. Arena ini disebut dengan blocks world.
Sistem disematkan pada tangan robotik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh operator. Perintah diberikan dalam bentuk bahasa, misalnya ”ambil balok merah berukuran besar”, maka robot akan menjawab ”OK” dan melakukan tugasnya.
Interaksi antara operator dan mesin hampir menyerupai interaksi antarmanusia. Sistem ini membuka ruang kecerdasan di lingkungan yang statis dan terkontrol. Temuan Terry Winograd ini semakin membuka kemungkinan penggunaan kecerdasan buatan secara lebih luas.
Menyodorkan rencana
Penggunaan AI kian meluas dalam beragam bidang serta makin beragam jenis tugas yang dapat diemban. Mesin Turing, termasuk jenis AI, dengan fungsi menyelesaikan soal aritmatika. Pada 1997, perusahaan IBM memperkenalkan Supercomputer Deep Blue dan mampu mengalahkan master catur dunia dari Rusia, Garry Kasparov.
Capaian IBM menandai era baru AI tidak hanya sebagai penyelesai persoalan, tetapi juga dapat memberikan usulan strategi pada masa depan. Pemain catur akan berpikir dua atau tiga langkah ke depan untuk dapat mengantisipasi gerakan lawan. Permainan catur juga merupakan demonstrasi sederhana dari potensi AI yang dapat dijadikan sebagai alat bantu manusia pada tingkatan lebih tinggi.
Dalam tayangan serial dokumenter Netflix berjudul Spycraft pada episode ”Pemecah Kode” dikatakan bahwa keberhasilan Mesin Turing dalam memecahkan sandi Enigma menyumbang selesainya perang lebih cepat dua hingga tiga tahun. Fungsi AI dapat memberi manfaat mulai dari level individu hingga populasi dunia.
Baca juga: Kecerdasan Buatan Tidak Terelakkan
Perkembangannya juga menyentuh dunia kesehatan. Jurnal Deep into the Brain karya Eun-Jae Lee dan tim menyebutkan bahwa AI dapat dimanfaatkan untuk memprediksi terjadi serangan stroke pada pasien. Dengan demikian, dapat dilakukan tindakan pencegahan dan bisa menyelamatkan nyawa seseorang.
Perkembangan kecerdasan buatan saat ini sudah menyasar pengguna telepon pintar dan media sosial. Pengguna telepon pintar dapat memanfaatkan kemampuan aplikasi untuk mengenali pembicaraan (speech regognition). Kehadiran kecerdasan buatan membuat telepon semakin pintar dan menarik minat masyarakat untuk terus membelinya.
Kondisi ini sekaligus menggambarkan manfaat ekonomi dari perkembangan kecerdasan buatan. Nilai ekonomi kecerdasan buatan tidak hanya mendorong minat konsumen untuk membeli produk, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pemasaran iklan di media sosial.
Pengiklan dapat menyampaikan materi iklan kepada pengguna media sosial yang sedang tertarik dengan informasi atau produk tertentu. Model pemasaran melalui media sosial disokong dengan kecerdasan buatan untuk mengenali kebutuhan dan kecenderungan pengguna.
Nilai bisnis iklan terarah di media sosial, menurut lembaga Markets and Markets, mencapai 663 juta dollar AS pada 2018. Angkanya diprediksi pada 2023 akan menyentuh 2,2 miliar dollar AS seiring dengan peningkatan pengguna media sosial sebagai potensi pasar.
Selain di bidang pemasaran, teknologi berbasis digital semakin pesat perkembangannya berkat hadirnya jaringan internet 5G. Teknologi 5G dan artificial intelligence merupakan kombinasi perkembangan teknologi paling signifikan pada dekade 2020-2030.
Di Indonesia, sejumlah perusahaan sudah menggunakan kecerdasan buatan untuk menunjang kinerjanya. Terlebih, sejak 2011 dunia memasuki industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan sistem cerdas dan otomasi dalam industri, antara lain melalui teknologi machine learning dan kecerdasan buatan.
Buah karya McCarthy berupa bahasa pemrograman LISP dipublikasikan pada 1961 dan digunakan sebagai bahasa pemograman kecerdasan buatan hingga sekarang.
Tokopedia menggunakan fitur ChatBot untuk layanan Tokopedia Care, intelligent search, TokoCabang, serta fast recommendations terhadap lebih dari 350 juta produk yang sesuai dengan minat dari setiap pengguna.
Gojek mengoptimalkan proses pemilihan mitra pengemudi yang tepat, menentukan lonjakan harga memenuhi kriteria demand-supply, merekomendasikan GoFood, serta menentukan titik jemputan yang nyaman. Teknologi motion learning digunakan Traveloka dalam mempelajari ulasan yang ditulis oleh pengguna agar layanan atau produk yang ditawarkan menjadi lebih kredibel.
Sementara Halodoc menerapkan natural language processing untuk mengukur, memberi peringkat, dan memberikan informasi kepada para dokter yang dapat digunakan saat membuat keputusan terhadap pasien dengan menggunakan data dari ribuan konsultasi. Demikian pula Bank BCA yang menggunakan teknologi natural language processing (NLP) dan AI untuk memberikan layanan berbasis ”chat” yang dapat diakses melalui beberapa aplikasi pesan.
Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19, kehadiran kecerdasan buatan membantu penanganan wabah korona. Teknologi ini, antara lain, dilakukan untuk membantu melacak kontak erat pasien korona dan membantu teknik pembuatan vaksin Covid-19 melalui desain komputer (computational vaccine design).
Penelusuran Florencio Travieso juga menyebutkan bagaimana AI yang disokong oleh big data dapat dimanfaatkan untuk memprediksi terjadi pandemi pada masa depan. Data berupa identitas dasar pasien, seperti jenis kelamin, usia, ditambah catatan kasus wabah dari otoritas kesehatan dapat digunakan dalam machine learning untuk memperkuat kemampuan AI.
Penggunaan AI dan superkomputer untuk menekan kurva penularan Covid-19 sudah diupayakan oleh konsorsium penyandang dana serta pengembang perangkat lunak. Upaya ini dilakukan supaya hilangnya nyawa lebih dari 2 juta penduduk dunia pada masa pandemi saat ini supaya tidak terulang kembali.
Baca juga: Talenta Pengembang Kecerdasan Buatan yang Makin Sulit Dicari
Akan tetapi, penerapan AI yang semakin meluas mengundang polemik dan memunculkan kekhawatiran masyarakat terhadap penyalahgunaan data serta pelanggaran privasi seseorang. Pada masa awal pandemi Covid-19, sekitar bulan Maret 2020, The New York Times memberitakan tentang keputusan Pemerintah Korea Selatan dan Italia menggunakan data pribadi yang ditarik dari ponsel pintar guna mengendalikan penularan virus.
Karena itu, penggunaan kecerdasan buatan juga harus diimbangi dengan kecerdasan lain berupa kecerdasan hak asasi manusia dan moral agar tidak muncul penyimpangan yang merugikan masyarakat.
Catatan sejarah dan perkembangan terkini kecerdasan buatan menunjukkan bahwa semakin erat ikatan antara mesin dan manusia. Mesin dengan kecerdasan buatan akan menjadi mitra peradaban manusia untuk membangun masa depan dunia yang bermartabat. (LITBANG KOMPAS)