Bukan Sekadar Isolasi Mandiri
Berada di tempat yang memang khusus menjadi lokasi isolasi dan perawatan dapat lebih menjamin pasien Covid-19 dari aspek kelayakan ruang maupun standar perawatan.
Rumah layak huni yang didukung ketersediaan fasilitas kesehatan dan asupan nutrisi diperlukan bagi warga yang melakukan isolasi mandiri karena terpapar Covid-19. Tanpa fasilitas yang memadai, isolasi mandiri di rumah dapat berpotensi menambah kasus dari kluster keluarga.
Salah satu fasilitas kesehatan yang harus dimiliki saat isolasi mandiri di rumah adalah oksimeter nadi. Alat ini berfungsi untuk mengukur kadar oksigen dalam darah. Rekomendasi penggunaan oksimeter denyut bagi orang menjalani perawatan di luar rumah sakit ini, dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 21 Januari 2021.
Oksimeter ini penting digunakan mengingat daya serang virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, terhadap fungsi kerja paru. Serangan virus korona dapat menyebabkan pneunomia berupa peradangan dan menghalangi paru menyerap oksigen. Kondisi tersebut dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah.
Ketersediaan oksimeter merupakan satu dari beberapa syarat saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Revisi ke-5 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan menguraikan syarat isolasi mandiri mulai dari aspek ketersediaan ruangan, standar peralatan, hingga asupan nutrisi.
Untuk ketersediaan ruangan, pedoman isolasi mandiri memberikan syarat ruangan tersendiri dan memiliki ventilasi udara yang baik seperti memiliki jendela terbuka atau pintu terbuka. Kepemilikan ventilasi yang baik juga berlaku di ruangan yang digunakan bersama anggota rumah yang lain seperti dapur dan kamar mandi.
Walaupun membuka peluang berbagi ruangan yang sama, namun disarankan untuk membatasi pergerakan dan meminimalkan berbagi ruangan yang sama. Anggota keluarga yang lain sebaiknya juga tidur di kamar yang berbeda.
Syarat berikutnya adalah ketersediaan peralatan seperti masker, alat makan, sarung tangan, serta sabun cuci tangan. Orang yang menjalani isolasi mandiri disarankan menggunakan masker bedah jika berada di sekitar orang-orang yang berada di rumah. Ketentuan menggunakan masker bedah juga harus digunakan ketika mengunjungi fasilitas kesehatan. Ini dilakukan untuk mencegah penularan melalui droplet.
Bukan hanya pasien, ketentuan serupa juga berlaku bagi anggota keluarga lain. Orang yang memberikan perawatan harus menggunakan masker bedah terutama saat berada dalam satu ruangan dengan orang yang sedang melakukan isolasi mandiri. Untuk memberikan perawatan mulut atau saluran nafas disarankan menggunakan tambahan sarung tangan selain tetap menggunakan masker.
Upaya mencegah penularan saat isolasi mandiri juga dilakukan dengan menghindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti sikat gigi, alat makan dan minum, handuk, pakaian, hingga sprei tempat tidur. Standar kebersihan juga menjadi hal yang diutamakan dalam peralatan yang digunakan, seperti saat membersihkan pakaian.
Pakaian, sprei, handuk, dan masker kain yang digunakan orang yang sedang menjalani isolasi mandiri harus dicuci menggunakan sabun cuci atau detergen dan dikeringkan. Demikian pula dengan kebersihan kamar mandi atau toilet yang juga harus dibersihkan secara teratur dengan larutan disinfektan.
Asupan gizi
Ketersediaan ruangan, peralatan, dan menerapkan perilaku hidup bersih menjadi daya dukung keberhasilan menjalani isolasi mandiri. Namun untuk membangun imunitas tubuh yang kuat juga diperlukan asupan makanan sehat dengan gizi seimbang.
Hal ini karena infeksi virus korona dapat menyebabkan tubuh menjadi demam dan hilangnya indera perasa sehingga memerlukan tambahan energi dan gizi. Kementerian Kesehatan mengeluarkan Panduan Gizi Seimbang Saat Pandemi Covid-19 yang memperlihatkan cara meningkatkan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang.
Dalam isi piring makan sehari-hari dianjurkan terdapat makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, lauk pauk sebagai sumber protein, serta sayuran dan buah yang menjadi sumber vitamin, mineral, dan serat. Khusus untuk mencegah penularan Covid-19, disarankan juga untuk memperbanyak konsumsi buah seperti jeruk, pisang, pepaya, alpukat, nanas, dan apel.
Sedangkan untuk sayuran, jenis sayur yang kaya serat dapat diperbanyak untuk menjaga kekebalan tubuh seperti sayuran berdaun hijau, terong, tauge, daun singkong, labu dan sejenisnya. Contoh menu sarapan pagi adalah nasi putih, telur mata sapi, dan sop wortel. Selain itu, untuk menambah imun tubuh diperlukan konsumsi vitamin A, B, C, E, B6, dan zinc.
Asupan nutrisi yang bergizi, ditambah pemenuhan ruang dan peralatan kesehatan yang memadai menjadi faktor penting kualitas isolasi mandiri. Melihat syarat yang disarankan ini, proses isolasi mandiri layaknya menghadirkan fasilitas perawatan mini di luar rumah sakit. Di tengah kondisi perekonomian yang melemah dan kelayakan rumah di Indonesia, melakukan isolasi mandiri di rumah menjadi tantangan tersendiri saat ini.
Untuk memenuhi asupan makanan bergizi saja dibutuhkan alokasi biaya untuk membeli beras, lauk, sayur, dan buah. Belum lagi ditambah konsumsi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Isolasi mandiri juga harus diimbangi dengan olah raga dan berjemur untuk mendukung pemulihan kondisi tubuh.
Saat ini, sebagian masyarakat Indonesia sedang mengalami penurunan daya beli. Pelemahan tersebut terjadi karena lesunya pendapatan dari berbagai sektor yang terkontraksi akibat pandemi itu juga. Dalam catatan BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07 persen pada 2020. Walau menunjukkan tren membaik, beberapa sektor masih mengalami kontraksi seperti industri pengolahan, perdagangan, dan transportasi.
Demikian pula konsumsi rumah tangga yang terkontraksi 3,61 persen secara tahunan pada triwulan IV-2020. Konsumsi yang masih terkontraksi memberikan gambaran lesunya daya beli masyarakat. Terganggunya berbagai aktivitas ekonomi juga berdampak pada pemutusan hubungan kerja yang berimbas pada melemahnya kemampuan konsumsi masyarakat.
Data BPS menunjukkan sebanyak 29,12 juta penduduk usia kerja terdampak pandemi Covid-19. Jumlah penganggur bertambah dari 7,21 juta orang pada Agustus 2019 menjadi 9,77 juta orang pada Agustus 2020. Dampak lainnya, porsi pekerja informal melonjak dari 55,88 persen jadi 60,47 persen atau 77,68 juta orang pada kurun yang sama.
Kelayakan rumah
Terpuruknya ekonomi masyarakat menjadi tantangan pemenuhan asupan nutrisi saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Tantangan lain adalah ketersediaan tempat isolasi mandiri yang layak. Pedoman Perumahan dan Kesehatan WHO memberikan cakupan tentang kelayakan rumah agar tidak menambah beban kesehatan warga.
Rumah dapat dikatakan layak jika memiliki ruang hidup yang cukup lapang (tidak sesak), suhu yang sesuai, bebas dari bahaya cedera di rumah, dan serta ramah dan aksebilitas bagi orang-orang dengan gangguan fungsional. Rekomendasi lain standar perumahan harus memenuhi kelayakan kualitas air, kualitas udara, bebas kebisingan lingkungan, asbes, timbal, hingga asap tembakau.
Baca juga: Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 di Stadion Patriot Bekasi
Di Indonesia, belum semua masyarakat beruntung memiliki hunian layak. Statistik Kesejahteraan 2020 menunjukkan baru 80,10 persen keluarga yang memiliki rumah. Melihat data ini, masih terdapat satu dari lima keluarga di Indonesia yang belum memiliki hunian sendiri.
Ketiadaan rumah sendiri membuat keluarga-keluarga ini tinggal menumpang di rumah orang tua atau kerabatnya. Sebagian lagi menyewa rumah kontrak atau rumah susun. Selain kepemilikan, kualitas rumah juga belum banyak dimiliki penduduk Indonesia.
Hingga 2020, masih terdapat 59,54 persen rumah tangga di Indonesia yang menempati hunian belum layak. Kriteria tersebut berdasarkan aspek-aspek kelayakan rumah seperti luas lantai per kapita, air minum layak, ketersediaan sanitasi, dan sumber penerangan listrik.
Memastikan kelayakan rumah dapat membantu pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah. Penyediaan air bersih untuk mencuci tangan, misalnya, menjadi aspek yang menunjang pencegahan penularan virus korona sesuai imbauan untuk rajin mencuci tangan dengan sabun.
Di luar faktor kelayakan hunian, tantangan pencegahan penularan virus korona juga menghadapi masalah dalam hal kepadatan penduduk. Dua provinsi yang memiliki kasus positif terbanyak, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat tidak lepas dari problem kepadatan penduduk.
Kepadatan penduduk di DKI Jakarta pada 2019 mencapai 16 ribu jiwa per kilometer persegi. Wilayah kota yang banyak terpapar virus korona seperti Jakarta Timur dan Jakarta Selatan juga memiliki kepadatan penduduk yang relatif sama yaitu sebanyak 16 ribu jiwa per kilometer persegi.
Demikian pula kantong-kantong wilayah paparan virus korona di Jawa Barat. Kepadatan penduduk di Kota Bekasi mencapai 14 ribu jiwa per kilometer persegi, Kabupaten Bogor (2.246 jiwa/km persegi), dan Kota Depok (12 ribu jiwa/km persegi).
Ini menjadi tantangan tersendiri dalam mengatasi penularan wabah korona. Dari laman covid19.go.id yang diakses pada 9 Februari 2021, terdapat 25.747 pasien di DKI Jakarta yang sedang menjalani perawatan baik itu di rumah sakit maupun isolasi mandiri. Sedangkan di Jawa Barat terdapat 31.011 pasien.
Lokasi ideal
Masih banyaknya rumah dengan kondisi belum layak dan kepadatan penduduk di daerah risiko tinggi kasus Covid-19 menjadi tantangan masyarakat dalam melakukan isolasi mandiri di rumah. Salah satu alasan isolasi mandiri dilakukan di rumah yaitu perawatan rawat inap tidak tersedia.
Tentu saja, pertimbangan tersebut harus memperhatikan kondisi kesehatan dan keamanan lingkungan pasien. Penting untuk memastikan bahwa lingkungan tempat pemantauan kondusif untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan medis yang diperlukan orang yang menjalani isolasi mandiri.
Melihat syarat yang disarankan ini, proses isolasi mandiri layaknya menghadirkan fasilitas perawatan mini di luar rumah sakit.
Di luar kondisi kelayakan lingkungan, syarat utama isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala ringan dan tanpa memiliki riwayat kondisi penyerta seperti mempunyai penyakit paru, jantung, atau ginjal. Ini perlu ditekankan, bahwa tidak semua orang bisa melakukan isolasi mandiri.
Memperhatikan standar perawatan dan kasus penularan virus korona yang masih meningkat, isolasi bagi pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan, dan kontak erat yang bergejala, harus dilakukan dengan sangat selektif.
Pengawasan ini dilakukan untuk mencegah makin banyaknya kasus penularan antaranggota keluarga. Karenanya, memperbanyak tempat isolasi yang disediakan oleh pemerintah dapat dilakukan untuk menekan kasus penularan dari kluster keluarga.
Bagaimanapun, berada di tempat yang memang khusus menjadi lokasi isolasi dan perawatan dapat lebih terjamin dari aspek kelayakan ruang maupun standar perawatan. Ini dilakukan untuk mencegah timbulnya potensi penularan yang makin banyak. Saat ini saja, dengan kondisi banyak rumah yang masih sangat terbatas, masih banyak ditemukan warga yang tetap beraktivitas di luar rumah. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Warga Tak Disiplin Isolasi Mandiri, Penyebaran Covid-19 Sulit Putus