Semenjak Whatsapp mengumumkan kebijakan baru dalam hal privasi pengguna, yakni membagi data ke Facebook, banyak pengguna yang resah dan khawatir.
Oleh
Susanti Agustina S
·4 menit baca
Kekhawatiran bocornya data pengguna Whatsapp pernah terjadi pada pengguna Facebook dalam skandal Cambridge Analytica. Setidaknya data 87 juta pengguna Facebook disalahgunakan untuk kepentingan kampanye pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2016.
Banyak pengguna Whatsapp yang khawatir dan akhirnya mencari aplikasi pesan instan alternatif. Signal, Telegram, ataupun BiP dipilih sebagai aplikasi pesan instan alternatif. Ketiga aplikasi itu mengalami peningkatan pengguna yang signifikan dalam waktu singkat.
Analisis dari Sensor Tower menunjukkan, aplikasi Signal diunduh 17,8 juta kali di Play Store dan App Store pada 5-12 Januari 2021. Jumlah ini meningkat 61 kali lipat dari minggu sebelumnya sebesar 285.000 kali.
Kondisi serupa terjadi pada Telegram. Pengguna aktif bulanan Telegram sudah mencapai lebih dari 500 juta sejak awal Januari 2021. Peningkatan ditopang pengguna baru Telegram yang naik signifikan dalam waktu singkat. Telegram diunduh 15,7 juta kali pada 5-12 Januari.
Aplikasi pesan instan lainnya, BiP, yang dikembangkan oleh operator seluler asal Turki, Turkcell, mengalami peningkatan meskipun tidak sebesar dua kompetitornya. Tahun lalu, BiP yang memiliki lebih dari 10 juta pengguna aktif bulanan dan digunakan di 192 negara juga menarik sekitar 2 juta pengguna baru.
Aksi berbagi (meta) data pengguna antar-pemilik aplikasi media sosial tampaknya dilakukan demi pertimbangan bisnis. Hal ini terlihat dari indikasi Whatsapp yang dibeli Facebook dengan nilai 19 miliar dollar AS pada 2014.
Akuisisi data Whatsapp oleh Facebook menambah akumulasi basis data pengguna grup Facebook. Saat ini, pengguna aktif Whatsapp mencapai sekitar 2 miliar, jauh di atas pengguna aplikasi pesan instan lain.
Whatsapp akhirnya memutuskan menunda kebijakan privasi terbarunya itu dengan memperpanjang waktu pembaruan hingga 15 Mei 2021, diundur dari tenggat sebelumnya 8 Februari. Selain itu, Whatsapp juga menyosialisasikan bahwa kebijakan privasi yang baru tidak memengaruhi pesan atau percakapan antar-akun ataupun grup pribadi para pengguna.
Data pengguna
Whatsapp menggunakan aplikasi bagi pebisnis dengan nama Whatsapp Business. Aplikasi ini dirancang untuk membantu pengusaha agar dapat menjangkau pelanggan melalui Whatsapp yang secara global mencapai miliaran pengguna.
Melalui Whatsapp Business, pengusaha memiliki laman seperti halnya Facebook Page. Akun yang sudah mendapat verifikasi akan ditandai dengan tanda ceklis hijau. Pebisnis juga dapat mengakses statistik pesan, seperti jumlah pesan yang dibaca. Mereka dapat mengirim dan menerima pesan dari desktop melalui Web Whatsapp.
Perusahaan kecil dapat menyertakan informasi, seperti alamat e-mail, deskripsi usaha, dan situs di Whatsapp Business. Whatsapp mengenakan biaya untuk sebagian layanan Whatsapp Business yang selama ini gratis.
Beragam upaya dalam rangka kepentingan bisnis yang dilakukan media sosial tersebut tentu berdampak pada data pengguna. Pengguna Youtube bisa memilih untuk tidak mendapatkan iklan dan membayar uang berlangganan. Namun, metadata pengguna tetap diolah oleh Youtube dan dipakai untuk kepentingan, seperti menampilkan rekomendasi.
Kondisi serupa terjadi pada pengguna Whatsapp Business. Kebijakan berbagi data antara Facebook dan Whatsapp berlaku untuk akun Whatsapp Business yang dapat menggunakan akses hosting dari pihak ketiga, yakni Facebook. Artinya, data pengguna Whatsapp Business akan tersimpan di Facebook.
Pengumpulan data semacam ini sebenarnya biasa dilakukan terlebih dengan bersatunya kepemilikan. Saat media sosial semakin populer dengan jumlah pengguna yang semakin banyak dan jangkauan luas, upaya mengumpulkan data pengguna akan semakin besar demi kepentingan bisnis.
Meskipun tidak berisi data pribadi ataupun percakapan pengguna, metadata pengguna, seperti detail IP dan ISP, jaringan layanan seluler yang dipakai, kontak yang paling sering dihubungi, lokasi, serta nomor telepon akan berguna untuk membuat kesimpulan mengenai pengguna. Hal itu biasanya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan iklan.
Semua media sosial yang sedang populer akan melakukan hal serupa demi kepentingan bisnis. Penguasa pasar berupaya memanfaatkan data pengguna. Maka, perlu antisipasi oleh pemerintah dan pengguna untuk risiko data pribadi dipergunakan sewenang-wenang.
Pengawasan negara
Di sisi lain, beralih ke aplikasi pesan instan alternatif tidak berarti data pribadi pengguna akan aman. Prinsip kehati-hatian harus lebih ditingkatkan, seperti membaca dengan saksama setiap pertanyaan yang diajukan oleh aplikasi pesan instan terkait berbagi data. Pengguna juga sebaiknya menggunakan lebih dari satu aplikasi pesan instan.
Peran pemerintah menjadi sangat penting untuk melindungi masyarakat. Pemerintah harus terus melakukan pengawasan terhadap penggunaan data pribadi pengguna Whatsapp. Sebagai contoh kebijakan berbagi data pribadi pengguna Whatsapp dengan Facebook yang tidak diberlakukan di Eropa.
Pada akhirnya, kehadiran RUU Perlindungan Data Pribadi menjadi sangat mendesak. RUU tersebut harus mampu membuat data pribadi pengguna media sosial dijamin keamanannya oleh negara. Media sosial juga harus berkala memberikan pembaruan kepada penggunanya, terutama ketika mengumpulkan data penting dari pengguna aplikasi.