Membangun Kembali Masa Depan Pariwisata Dunia
Upaya pemulihan kegiatan wisata dunia membutuhkan peran bersama dari pemerintah, pelaku usaha wisata dan akomodasi, serta wisatawan untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi.
Pencabutan pembatasan perjalanan, pertumbuhan pariwisata domestik, dan vaksinasi Covid-19 menjadi asa membangun kembali masa depan pariwisata dunia. Standar kualitas kesehatan menjadi syarat dan adaptasi kegiatan wisata setelah pembatasan wilayah dilonggarkan.
Sejumlah pihak berharap kegiatan pariwisata dunia mulai pulih pada pertengahan 2021. Harapan itu terlihat dari tiga indikator dalam Barometer Pariwisata Dunia edisi Desember 2020 yang dikeluarkan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation World Tourism Organization/UNWTO). Indikator utama yang menjadi semangat kembalinya kegiatan wisata adalah berkurangnya kebijakan pembatasan perjalanan.
Saat ini semakin banyak negara dan destinasi dunia yang melonggarkan atau mencabut pembatasan perjalanan. UNWTO mencatat proporsi destinasi wisata yang tutup telah turun dari 82 persen pada April 2020 menjadi 18 persen pada awal November 2020. Jika menilik kondisi April 2020, terdapat 201 destinasi utama dunia yang menutup kunjungan untuk turis dan menangguhkan penerbangan internasional. Akibatnya, laju perjalanan wisata terhenti.
Terbukanya kembali akses perjalanan membuat denyut kegiatan wisata kembali terjadi. Meski secara global tren pariwisata internasional masih memperlihatkan minimnya perjalanan wisata, beberapa pasar besar wisata, seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis, telah menunjukkan peningkatan perjalanan wisata dalam beberapa bulan terakhir.
Tumbuhnya pariwisata domestik juga memberikan harapan usaha pariwisata dunia. Di tengah penutupan akses lintas negara, perjalanan pariwisata domestik menunjukkan tren pertumbuhan di beberapa negara, seperti China dan Rusia.
Dukungan lain menyambut pulihnya kembali pariwisata dunia adalah proses vaksinasi Covid-19. Data Worldometer merangkum, hingga 4 Januari 2020, setidaknya sudah 13 juta penduduk di 16 negara yang divaksin Covid-19. Dimulainya vaksinasi secara bertahap menjadi harapan kembalinya kepercayaan masyarakat untuk menjalankan aktivitas usaha dan melakukan perjalanan.
Pencabutan pembatasan perjalanan, pertumbuhan pariwisata domestik, dan vaksinasi menjadi tiga modal mulai pulihnya kegiatan pariwisata global. Dengan situasi ini, UNWTO memperkirakan pariwisata dunia dapat rebound pada paruh kedua 2021.
Namun, dalam skenario pemulihan 2021-2024, untuk kembali merenggut capaian kunjungan wisata internasional seperti pada 2019 diperkirakan dapat memakan waktu lebih lama, berkisar dua setengah tahun hingga empat tahun.
Hal ini mengingat besarnya dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor pariwisata global. Kunjungan wisatawan internasional di destinasi seluruh dunia turun 72 persen sepanjang Januari-Oktober 2020. Hal ini mengakibatkan hilangnya penerimaan wisata sebesar 935 miliar dollar AS dari sekitar 900 juta pelancong internasional.
Di Indonesia, dampak pandemi Covid-19 di sektor pariwisata juga tergambar dari penurunan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari-September 2020 hanya 3,56 juta kunjungan. Dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, kunjungan wisman mencapai 12,10 juta kunjungan atau turun 70 persen.
Keamanan dan kebersihan
Namun, upaya memulihkan kembali kepercayaan masyarakat tidak cukup hanya bertumpu pada ketiga faktor di atas. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebutkan, kondisi pandemi membuat pengembangan kegiatan pariwisata harus mempertimbangkan faktor keberlanjutan.
Kesadaran yang lebih besar tentang perubahan iklim dan dampak negatif kegiatan wisata terhadap ekosistem alam harus diperhatikan untuk mencegah makin memburuknya kualitas alam yang berujung pada potensi terjadinya kembali pandemi.
Kawasan alam, perjalanan wisata regional, dan rekreasi lokal menjadi salah satu pendorong pemulihan sektor wisata setelah pandemi. Wisata lokal dengan jarak perjalanan yang lebih pendek menghasilkan dampak lingkungan dan emisi yang lebih rendah. Wisata alam dan domestik juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar karena orang akan menginap di lokasi setempat dan mengunjungi banyak tujuan wisata di negara mereka sendiri.
Perilaku wisatawan juga akan dipengaruhi oleh evolusi krisis kesehatan yang mengubah cara orang bepergian. Untuk menghindari penularan virus, wisatawan memberikan fokus yang lebih besar pada protokol keselamatan dan kegiatan pariwisata tanpa melibatkan banyak kontak dengan orang lain. Kondisi ini perlu ditekankan karena walau sudah ada vaksin Covid-19, protokol kesehatan tetap harus dijalankan untuk mencegah penularan virus yang masih terjadi hingga saat ini.
Tren keamanan dan kebersihan (safecation) menjadi prioritas pelancong dalam memilih destinasi dan aktivitas pariwisata. Orang cenderung lebih memilih ”perjalanan pribadi” saat bepergian, menghindari pertemuan besar, dan memprioritaskan sarana transportasi pribadi yang juga dapat mengurangi dampak buruk terhadap kualitas lingkungan.
Wisata aman dari sisi kesehatan juga dilakukan dengan makin banyak memanfaatkan perkembangan teknologi digital. Digitalisasi dalam layanan pariwisata diperkirakan akan terus meningkat, termasuk penggunaan otomasi yang lebih tinggi, pembayaran dan layanan tanpa kontak langsung, perjalanan virtual, serta penyediaan informasi secara real time seperti kondisi terkini wabah di wilayah kota.
Penerapan aturan kesehatan juga dilakukan hotel dan restoran yang menjadi bagian akomodasi perjalanan wisata. Hotel beradaptasi dengan menata ulang ruangan dan mengatur tamu. Pengaturan terutama dilakukan untuk mengatur kerumunan, seperti saat makan, penggunaan kolam renang, atau bar. Hotel juga membatasi kapasitas kamar dan membatasi jumlah tamu di ruang publik, seperti pantai.
Baca juga: Pemerintah Rombak Strategi Pariwisata
Prince Hotel di Hong Kong, misalnya, telah melakukan desain ulang dengan menata ruang yang lebih besar di area publik, restoran, dan lounge. Adaptasi lain adalah penggunaan bahan-bahan yang mudah dibersihkan. Hotel de Rome di Berlin, Jerman, menawarkan layanan nirsentuh dan mengurangi interaksi dengan tamu hotel.
Hotel Cary Arms di Devon, Inggris, memindahkan kapasitas setengah meja di restoran untuk memberikan jarak fisik yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu, kamar-kamar hotel dibersihkan menggunakan gas ozon (fumigasi). Tindakan tersebut bertujuan mengurangi keberadaan partikel virus hingga hampir 100 persen, mirip dengan teknologi yang digunakan di rumah sakit.
Tanpa batas
Tidak hanya dari sisi destinasi dan akomodasi, upaya lain pemulihan kegiatan pariwisata juga dilakukan dengan cara inovasi oleh perusahaan tur, pelaku bisnis perhotelan, dan agen perjalanan untuk meyakinkan keselamatan pelancong. Beberapa strategi pemasaran yang beradaptasi dengan pandemi adalah menawarkan keberangkatan tanpa batas waktu.
Seperti diberitakan Forbes, perusahaan perjalanan wisata Exodus Travels menawarkan tur tanpa batas waktu bagi para wisatawan. Para pelancong dapat mengganti jadwal perjalanan dan tujuan wisata kapan saja. Ini mengingat fluktuasi penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang dapat terjadi tiba-tiba dan mengakibatkan penutupan sementara tempat wisata atau karantina wilayah.
Strategi lain adalah menggunakan teknologi. Perusahaan jaringan hotel dan liburan asal Inggris, Belmond, menawarkan berbagai acara virtual bagi wisatawan, termasuk menggelar pertunjukan musik, dengan memanfaatkan saluran IGTV.
Baca juga: Babak Belur akibat Pukulan Pandemi
Pandemi juga membuat biro perjalanan wisata menawarkan paket wisata keluarga atau wisata terbatas. Wisatawan diberi kesempatan untuk bepergian dengan orang yang paling mereka percayai, yaitu teman dan keluarga mereka sendiri, sebagai jaminan keselamatan dari risiko penularan virus.
Operator tur, seperti Trafalgar, Costsaver, dan Insight Vacations, semuanya menawarkan opsi ”perjalanan kecil” untuk berwisata pada 2021 yang memungkinkan keluarga atau teman berbagi tur sambil menjaga jarak yang lebih aman dari orang yang belum mereka kenal.
Upaya pemulihan kegiatan wisata dunia membutuhkan peran bersama dari pemerintah, pelaku usaha wisata dan akomodasi, serta wisatawan untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi. Pelonggaran pembatasan perjalanan yang dipadukan dengan adaptasi kegiatan wisata berbasis standar kesehatan menjadi desain besar membangun kembali kegiatan wisata yang sempat terpuruk selama 2020 akibat pandemi Covid-19.
(LITBANG KOMPAS)