Kebaikan Teh untuk Tahun Pandemi
Sejumlah ahli menyebut, teh baik dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Teh bisa saja menjadi tren pada tahun 2021, menggantikan gaung tagar #kopidansenja.
Ada kedalaman nuansa dalam secangkir teh. Rasa nyaman ketika teh diseduh mampu meluruhkan kalut. Teh bisa dipilih sebagai kawan untuk tetap waras menjalani tahun 2021 yang sampai kini masih diselimuti pandemi.
Aroma mawar tercium dari seduhan teh hijau yang diracik bersama marigold dan rosela. Di lapis kedua ada sentuhan manis dari potongan buah nanas yang dikeringkan. Aroma teh pun berbaur dengan semangat tahun baru 2021.
Teh kembali dipanggungkan di sudut-sudut ruang seduh yang biasanya didominasi oleh kopi. Sebut saja salah satu ruang kolaboratif di Yogyakarta yang mengadakan perjamuan teh melalui Festivitea: Festival of Positivitea yang digelar pada akhir pekan, Sabtu (2/1/2021). Dua meja disulap jadi tempat untuk meramu teh dan menikmati teh ala tradisi Timur dan Barat.
Satu meja disiapkan dengan tampilan sajian khas afternoon tea. Untuk gaya Barat, ada teh paduan susu bersanding dengan kue kecil, seperti scones, cookies, dan snickerdoodle. Untuk gaya Timur, teh dipadukan dengan camilan choipan dan dimsum. Pada meja lain, terdapat wadah-wadah berisi teh, rempah, bunga kering, dan buah kering.
Baca juga: Perempuan dalam Secangkir Teh
Salah satu peracik teh, Wardha, menyebutkan satu per satu bahan, seperti rosela, marigold, mawar, cengkeh, kapulaga, kayu manis, buah naga, dan nanas. Semuanya sudah dikeringkan dan siap dipadukan dengan teh hijau atau teh hitam. Pengunjung boleh memilih dan berkarya bersama peracik untuk mendapatkan teh yang diinginkan.
Teh atau Camellia sinensis tentu tidak cukup dibahas dalam satu babak. Dari tanaman ini muncul olahan umum, seperti teh putih, hijau, hitam, oolong, dan pu’erh. Teh tersedia di pasaran dalam bentuk tubruk, celup, siap minum, ataupun artisan. Harganya pun sangat bervariasi sehingga jadi minuman lintas kelas.
Teanin dalam teh memberikan efek antistres, sedangkan kafein dalam kandungan yang lebih rendah dari kopi memberikan efek terjaga. Teh juga mengandung epigalokatekin-3-galat (EGCG) yang merupakan bagian dari polifenol sebagai antioksidan, yang artinya dapat melindungi tubuh dari penyakit (Kompas, 22/5/2020).
Pengetahuan tentang teh yang tak sederhana ini pun disadari oleh Anisa Sari Asih (28). Anisa adalah penikmat teh yang sudah lima tahun berkarier di dunia kuliner. Baginya, teh bukan sekadar minuman, melainkan juga ruang yang memberikan ketenangan. Terlebih di tengah kegundahan yang belakangan ini jamak dirasakan banyak orang.
Baca juga: Garis Peradaban Teh Nusantara
Anisa setidaknya memiliki sepuluh jenis teh di rumahnya, baik yang orisinal maupun yang sudah dikombinasikan dengan bunga, buah, atau beras merah yang disangrai (genmaicha). Selain berdampak baik bagi kesehatan, teh berdampak baik untuk ketenangan emosional. ”Bagiku, teh itu jeda dari rutinitas. Aku bisa melepas penat dan relaksasi untuk kembali siap beraktivitas” katanya, Minggu (3/1).
Ia melihat keistimewaan teh justru ketika menjalankan bisnis kopi di Ubud, Bali. Sama halnya dengan kopi, baginya, teh juga memiliki keberagaman yang bisa dipasarkan semenarik kopi. Anisa pun kini sedang merencanakan untuk mengembangkan bisnis seduh teh di Yogyakarta.
Ekonomi teh
Teh memiliki nilai ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Teh memiliki potensi pasar yang besar, baik untuk industri besar maupun rumahan. Laman Statista pada 2018 mencatat, sebanyak 273 miliar liter teh dikonsumsi warga dunia. Nilai pasar teh mencapai 52 miliar dollar AS dan diprediksi tumbuh menjadi 81 miliar dollar AS pada tahun 2026. Teh menjadi minuman non-alkohol paling populer setelah kopi.
Tak lagi sebatas pereda dahaga, teh menjadi bagian gaya hidup. Teh hadir dalam ritual pagi hari, perekat sosial, media ketenangan diri, dan bahkan disakralkan. Minum teh mempertebal nilai yang ada sekaligus memperbaruinya. Tengok, misalnya, tradisi moci (minum teh dari teko tanah liat) yang merekatkan silaturahmi warga di Tegal atau tradisi ngoplos teh (mencampur teh) di Solo sebagai ekspresi eksplorasi rasa (Ekspedisi Teh Nusantara Kompas 2020).
Di Los Angeles, Amerika Serikat, sekelompok orang meritualkan minum teh di alam terbuka. Dalam ”The Topanga Tea Ceremony: Why Does Los Angeles Sit in the Quiet?” yang diterbitkan The New York Times diceritakan ritual minum teh bersama di bawah pohon oak yang diisi dengan saling bercerita, menikmati alam, atau bahkan bermeditasi.
Tak berlebihan jika teh akan melejit pada tahun ini. Apalagi, sejumlah ahli menyebut, teh baik dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh demi melawan Covid-19. Popularitas teh bisa saja menjadi tren tahun 2021 menggantikan gaung tagar #kopidansenja.
Anti-Covid-19
Selain sebagai gaya hidup, pertimbangan lain memasukkan teh dalam rutinitas pada tahun baru ini adalah aspek kesehatan. Studi ilmiah menemukan, polifenol yang ada dalam teh dapat membantu memperkuat daya tahan tubuh melawan Covid-19.
Studi berjudul ”Evaluation of Green Tea Polyphenols as Novel Corona Virus (SARS CoV-2) Main Protease (Mpro) Inhibitors—An in Silico Docking and Molecular Dynamics Simulation Study” (2020) yang diterbitkan di Journal of Biomolecular Structure and Dynamics dalam kesimpulannya menyebut, kandungan katekin atau polifenol dalam teh hijau memiliki potensi anti-Covid-19.
Review berjudul ”Antiviral Activity of Green Tea and Black Tea Polyphenols in Prophylaxis and Treatment of Covid-19” yang diterbitkan Elsevier juga menghasilkan riset awal yang menjanjikan terkait aktivitas polifenol terhadap Covid-19.
Badan Obat dan Makanan AS (FDA) menempatkan teh dalam status generally recognized as safe (GRAS) atau aman digunakan sebagai suplemen untuk meningkatkan ketahanan tubuh. Dengan kandungan ini, teh bisa masuk daftar minuman rutin dalam rangka memelihara kesehatan sebelum obat Covid-19 ditemukan.
Akhirnya, ekonomi dan kesehatan bukan lagi dua hal yang perlu dipertentangkan. Teh bisa didorong menjadi bagian dari kultur baru di masyarakat sekaligus menjadi upaya untuk menjaga kesehatan badan dan mental. Harapannya, teko-teko di ruang seduh pun kembali mengepul, melayani pelanggan di tahun pandemi 2021. Sudahkah Anda minum teh?
(LITBANG KOMPAS)