Hadirnya vaksin di akhir tahun 2020 memberikan harapan publik meski hal itu tidak lantas menjamin berakhirnya pandemi Covid-19. Setidaknya, harapan itu ada di tengah masih tingginya kekhawatiran akan penularan Covid-19.
Oleh
Eren Marsyukrilla
·4 menit baca
Masa pandemi Covid-19 yang menyerang hampir satu tahun terakhir ini telah banyak memupus agenda besar yang telah direncanakan. Bagaimanapun, perjalanan melalui masa pandemi ini bukan perkara mudah. Pemerintah dan masyarakat dihadapkan pada segudang kompleksitas masalah multisektor, termasuk persoalan utama terkait tren penambahan kasus positif yang tak terkendali.
Belakangan, angka penambahan kasus positif baru mencapai lebih dari 8.000 dalam sehari pada awal Desember. Penularan Covid-19 yang belum juga terkendali masih menjadi momok yang mencemaskan.
Kecemasan ini terekam dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas pekan lalu. Sebagian besar responden (61,6 persen) menyatakan khawatir akan terpapar Covid-19. Kekhawatiran ini jauh mengalahkan kecemasan akan kondisi perekonomian yang terpuruk sepanjang tahun ini akibat pandemi.
Hanya kurang dari seperempat bagian responden yang mengaku begitu cemas akan melesunya perekonomian dan berkurangnya pendapatan. Selain itu, adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar di daerah juga ikut memantik kegelisahan responden.
Meski demikian, di pengujung tahun ini pula harapan besar terbangun untuk terbebas dan bangkit dari pandemi Covid-19. Ini disebabkan keberadaan 1,2 juta vaksin Covid-19 yang tiba di Indonesia di awal Desember. Pemerintah akan kembali mendatangkan 1,8 juta dosis vaksin Covid-19 pada Januari 2021.
Harapan
Dalam situasi krisis akibat pandemi, keberadaan vaksin begitu penting dan menjadi penanda bahwa belenggu virus korona baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 akan segera berlalu. Sejalan dengan itu, jajak pendapat juga merekam, separuh lebih responden (59,5 persen) menyatakan keyakinannya bahwa vaksinasi menjadi harapan akan selesainya pandemi dan mengantarkan kembali pada kehidupan normal.
Keyakinan akan vaksin sebagai jalan keluar ini cenderung dinilai kuat oleh kelompok responden berusia di atas 31 tahun. Sementara bagi kalangan muda, di bawah 31 tahun, keyakinan terhadap vaksin cenderung lebih berimbang. Hal itu menunjukkan keyakinan vaksinasi sebagai solusi terhadap pandemi cenderung diamini kelompok responden yang lebih tua. Namun, kekhawatiran akan potensi terpapar virus disampaikan responden dari hampir semua kelompok usia.
Vaksin menjadi salah satu harapan untuk menjawab kekhawatiran publik. Jutaan vaksin yang telah masuk ke Indonesia tak lantas dapat langsung didistribusikan ke masyarakat. Selain itu, vaksin juga harus melalui proses pengujian dan sertifikasi layak serta pendistribusian vaksin kepada seluruh masyarakat juga membutuhkan persiapan panjang.
Sebanyak 49,7 persen responden menyatakan, pemberian vaksin secara adil dan merata menjadi pekerjaan rumah terbesar yang kini harus ditangani pemerintah. Secara resmi, pemerintah juga telah menyampaikan, vaksinasi pada tahap awal akan diperuntukkan bagi kalangan yang berada pada kelompok rentan. Sesuai instruksi presiden sekaligus berdasarkan standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sasaran pemberian vaksin tahap awal ialah tenaga kesehatan yang meliputi dokter dan perawat, aparat Polri, dan TNI.
Saat ini, pemerintah menyatakan tengah menyiapkan vaksin Covid-19 untuk 65 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Menurut rencana, vaksin akan didistribusikan dan disuntikkan secara bertahap hingga 2022. Selain dengan perusahaan asal China, pemerintah juga terus berupaya bekerja sama dengan sejumlah produsen vaksin dari beberapa negara, seperti Korea Selatan, Denmark, dan Perancis.
Sekitar 58 persen responden jajak pendapat sepakat bahwa upaya pengadaan vaksin yang dilakukan pemerintah sangat baik.
Apresiasi
Jajak pendapat juga menunjukkan, publik mengapresiasi kerja-kerja pemerintah selama menangani pandemi Covid-19. Sebanyak 69,9 persen responden memuji segala upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19. Respons positif akan kinerja penanganan Covid-19 tersebut merata diungkapkan oleh responden dengan beragam latar belakang pendidikan ataupun status ekonomi.
Terkait tes Covid-19 yang dilakukan, misalnya, publik sangat menghargai upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah untuk mendeteksi penularan virus. Enam dari 10 responden menilai kerja pemerintah mengetes Covid-19 sudah baik.
Sejak Juni hingga memasuki akhir 2020, jumlah pengujian Covid-19 terus meningkat. Belakangan, total tes yang dilakukan dapat mencapai lebih dari 40.000 per hari. Meskipun angka pengujian masih kerap fluktuatif, jumlah itu memenuhi ketetapan standar minimal tes Covid-19. Jika mengacu pada standar yang direkomendasikan WHO, pengujian di suatu negara seharusnya mencapai 1 per 1.000 penduduk tiap minggu. Hal itu berarti tes yang dilakukan di Indonesia setidaknya minimal 267.000 per pekan atau mencapai 38.100 per hari.
Terkait dengan kualitas tes, setidaknya pilihan yang tersaji dalam melakukan uji paparan Covid-19 juga kian beragam. Setelah sempat bergulir polemik ketidakakuratan metode tes cepat, kini masyarakat dapat mengakses metode PCR atau rapid test antigen. Kini, tes Covid-19 dapat dilakukan di banyak tempat yang tersebar dan harganya pun semakin lebih terjangkau masyarakat.
Selain itu, sarana penanganan Covid-19 juga terus ditingkatkan seiring bertambahnya kasus positif Covid-19. Hal ini juga diapresiasi sebagian besar responden. Di Jakarta, misalnya, pemerintah terus mengupayakan penambahan ketersediaan ventilator dan rumah sakit rujukan Covid-19 yang dikelola pihak swasta, BUMN, dan TNI. Pada Desember 2020, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, ada 140 rumah sakit rujukan yang tersebar di seluruh daerah dengan ribuan tenaga medis yang siap bertugas menangani pasien Covid-19.
Pada akhirnya, jika melihat sikap publik dalam jajak pendapat ini, pencapaian dan kerja keras menghadapi pandemi menjadi sebuah perjuangan yang layak diapresiasi. Selanjutnya, apresiasi ini tentu akan diuji dengan langkah-langkah pemerintah berikutnya dalam menghadapi pandemi dan dampaknya. Realisasi rencana vaksinasi tahun depan akan menjadi ujian pertama. (LITBANG KOMPAS)