Di tengah ekonomi yang surut, Hari Belanja Online Nasional memberikan gairah belanja konsumen dengan meningkatnya potensi transaksi. Harbolnas pun menjadi momen keceriaan saat pandemi.
Oleh
Arita Nugraheni
·5 menit baca
Hari Belanja Online atau Harbolnas telah diselenggarakan sembilan kali. Megadiskon di pengujung tahun ini selalu menjadi bukti keampuhan kanal digital dalam meraup pundi. Di tengah ekonomi yang surut, Harbolnas diharapkan mampu meningkatkan gairah belanja konsumen.
Tagline Harbolnas mulai diperkenalkan oleh tujuh ritel daring saat menggelar megadiskon pada 12 Desember 2012. Ritel tersebut adalah Lazada, Zalora, BerryBenka, PinkEmma, Bilna, Traveloka, dan Luxola. Ajang promo belanja kala itu juga dikenal dengan slogan 12.12.12.
Ketujuh toko daring tersebut mengusung semangat online revolution atau kampanye untuk mengajak masyarakat Indonesia berbelanja secara online atau daring. Upaya ini diiringi dengan pemberian jaminan mutu barang dan keamanan transaski.
Kini, Harbolnas menginjak tahun kesembilan. Di bawah kawalan Asosiasi E-Commerce Indonesia (Idea), Harbolnas diikuti oleh 250 situs belanja daring yang menggelar promo belanja pada 11-12 Desember 2020. Dari tahun ke tahun, Harbolnas menjadi kegiatan yang makin diperhitungkan.
Apalagi, nilai transaksi yang terus meningkat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Dari hasil analisis Litbang Kompas, penyelenggaraan Harbolnas setidaknya dapat dibagi dalam tiga fase.
Fase pertama adalah pada penyelenggaran tahun 2012-2013. Fase ini merupakan fase awal untuk mendorong publik berbelanja secara daring. Pada dua tahun pertama, Harbolnas belum banyak dibicarakan, tetapi menunjukkan potensi untuk berkembang. Peserta Harbolnas yang semula tujuh situs bertambah menjadi 22 situs pada tahun 2013.
Pada fase kedua, Harbolnas mulai mendapatkan tempat di hati publik. Pada tahun 2014, Harbolnas diliput di berbagai media dan ramai dibicarakan di jagat media sosial. Di Twitter, misalnya, aplikasi Topsi mencatat ada 3.315 kali kicauan dengan tagar ”Hari Belanja Nasional” sepanjang 18 jam pada 12 Desember 2014 .
Arsip Kompas pada tanggal yang sama juga melaporkan, jumlah pengunjung situs Bilna.com naik tujuh kali lipat saat Harbolnas dibandingkan pada hari biasa. Sementara situs Zalora mencatat kenaikan jumlah pengunjung 3-4 kali lipat. Pada tahun ini, peserta Harbolnas mencapai 78 situs belanja.
Pada fase ketiga, Harbolnas sudah mematangkan diri sebagai kegiatan tahunan yang mendongkrak keuntungan pebisnis daring. Pada tahun 2015, Harbolnas digelar lebih lama, yakni selama tiga hari pada tanggal 10 hingga 12. Peserta Harbolnas naik dua kali lipat menjadi 142 situs belanja dan mencatatkan transaksi belanja sebesar Rp 2,1 triliun. Hingga tahun itu, Idea belum menaungi penyelenggaraan Harbolnas.
Keberhasilan Harbolnas menggaet pasar Indonesia tak lepas dari tren masyarakat yang juga makin melirik belanja daring. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada 2015 menunjukkan adanya peningkatan antusiasme responden berbelanja via situs daring.
Pada Maret 2015, sebanyak 55 persen responden menyatakan pernah berbelaja daring. Jumlah tersebut naik jika dibandingkan dengan hasil jajak pendapat pada September 2012. Saat itu, baru 33,5 persen responden yang pernah berbelanja daring.
Tidak hanya ada peningkatan aktivitas belanja daring, publik akademis pun mulai menyoroti Harbolnas sebagai fenomena sosial. Merujuk pada laman Google Cendekia, naskah akademis berbasis fenomena Harbolnas mulai banyak ditemukan sejak tahun 2015. Misalnya saja studi terkait motivasi belanja, keamanan transaksi, hingga untung rugi berbelanja ketika Harbolnas.
Lima tahun terakhir
Dalam lima tahun terakhir, jumlah situs belanja yang menjadi peserta Harbolnas meningkat tipis. Namun, transaksi terus mengalami peningkatan yang signifikan. Artinya, transaksi di tiap e-dagang meningkat di tengah peserta yang stabil.
Pada tahun 2016, Harbolnas yang diadakan pada tanggal 12-14 Desember diikuti oleh 211 peserta dan membukukan transaksi senilai Rp 3,3 triliun. Sementara pada 2017, jumlah peserta hanya naik tipis menjadi 254 peserta, tetapi transaksi tercatat mencapai Rp 4,7 triliun.
Dengan potensi tersebut, tak ayal jika pada 2018 ada sekitar 300 e-dagang yang mengikuti program 12.12 ini. Harbolnas pun menjadi momen yang dirayakan setiap kalangan. Penyelenggara acara mengusung tema ”Belanja untuk Bangsa” dan mengedepankan produk-produk lokal.
Ajang belanja kali ini digelar dua hari pada tanggal 11 dan 12 Desember dan berhasil membukukan transaksi sebesar Rp 6,8 triliun. Penyedia jasa riset Nielsen menyebut, 46 persen transaksi berasal dari penjualan produk lokal.
Terakhir, Harbolnas 2019 matang sebagai sebuah kegiatan yang mendorong ekonomi nasional. Tak urung, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memberikan sambutan saat peluncuran Harbolnas pada 9 Desember 2019. Pada tahun ini, Harbolnas diikuti oleh 235 situs dagang dan membukukan transaksi senilai Rp 9,1 triliun atau naik 33,8 persen daripada tahun sebelumnya.
Berdasarkan riset Iprice, perusahaan teknologi penyedia layanan perbandingan harga barang di platform e-dagang, rata-rata nilai keranjang belanja konsumen Indonesia saat promosi Harbolnas pada 12 Desember 2019 sebesar Rp 349.000. Nilai belanja ini naik 8,4 persen dibandingkan dengan Harbolnas 2018 yang sebesar Rp 322.000 (Kompas, 23/12/2019).
Pada tahun ini, situasi pandemi membuat belanja daring jauh lebih masuk akal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jajak pendapat terbaru Litbang Kompas menempatkan kegiatan belanja atau berjualan daring dalam jajaran kegiatan yang paling sering dilakukan saat berada di rumah.
Jajak pendapat yang dilakukan pada Mei 2020 menemukan bahwa 16,6 persen responden paling sering melakukan kegiatan belanja atau berjualan daring selama masa pembatasan sosial berskala besar.
Harbolnas juga berkomitmen untuk memberikan ruang pada produk lokal demi tumbuhnya ekonomi lokal. Promosi produk lokal yang sempat dikampanyekan pada tahun 2018 kembali dikedepankan. Laman Idea menyebut mengkhususkan Harbolnas pada tanggal 11 sebagai panggung produk lokal. Target 51 persen transaksi dari pembelian produk lokal pun dipasang.
Akhirnya, kegiatan Harbolnas menjadi momen keceriaan di tengah remang pandemi. Konsumsi rumah tangga yang menopang perekonomian Indonesia diharapkan kembali hidup di tengah masyarakat yang mengerem pengeluaran. (LITBANG KOMPAS)