Mewaspadai Fenomena ”Long Covid”
Sembuh dari penyakit Covid-19 belum tentu membuat kondisi pasien kembali prima. Penelitian menunjukkan orang yang telah sembuh dari Covid-19 cenderung untuk sulit kembali hidup normal hingga beberapa bulan kemudian.

Paramedis memindahkan pasien yang terinfeksi Covid-19 dari ambulans ke Pusat Rumah Sakit Universitas "Mother Teresa", di Tirana, Albania, 30 Oktober 2020.
Hasil tes usap negatif belum bisa menjamin kondisi pasien Covid-19 pulih sepenuhnya. Gejala infeksi berkepanjangan atau long Covid dialami banyak pasien hingga dua bulan setelah dinyatakan sembuh. Hilangnya indra penciuman, sesak napas, kelelahan, dan sulit berkonsentrasi merupakan gejala umum long Covid yang patut diwaspadai.
Sembuh dari Covid-19 belum tentu membuat kondisi pasien kembali prima. Beberapa penelitian yang dilakukan di Inggris, Perancis, China, dan Austria mengungkapkan bahwa orang yang berhasil sembuh dari Covid-19 memiliki kecenderungan sulit kembali hidup normal hingga beberapa bulan kemudian.
Penelitian di Inggris melaporkan dua pertiga responden mengalami keluhan kelelahan berlebihan hingga dua bulan setelah perawatan. Adapun 42,6 persen mengaku sering mengalami kesulitan bernapas atau sesak.
Keluhan lainnya, seperti gangguan psikologis, juga dialami setidaknya 23,5 persen responden. Bahkan, beberapa di antaranya membutuhkan perawatan kesehatan mental.

Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) merawat pasien Covid-19 di unit perawatan intensif di Rumah Sakit Universitas Tulln, Wina, Austria, Jumat (27/11/2020).
Gejala Covid-19 lainnya yang terus dirasakan pasien setelah dinyatakan sembuh juga diungkap sebuah penelitian di Perancis. Lebih dari separuh responden mengaku sering kehilangan fungsi indra penciuman dan pengecap. Penelitian di China menyebutkan sepertiga pasien masih mengeluhkan gangguan organ pencernaan.
Ragam keluhan pasca-perawatan makin banyak ditemukan oleh The British Infection Association. Sebuah penelitian pada Juni-Juli 2020 terhadap 279 pasien Covid-19 mengungkapkan sedikitnya enam keluhan yang paling banyak dirasakan, seperti kelelahan berlebih, sesak napas, insomnia, gangguan konsentrasi, dan rambut rontok.
Dari berbagai macam penelitian ini, keluhan paling banyak dirasakan ialah kelelahan berlebih dan sesak napas. Rata-rata pasien yang mengeluhkannya lebih dari 40 persen. Artinya, dibutuhkan waktu lebih lama hingga seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 untuk benar-benar kembali normal.
Gejala infeksi berkelanjutan atau long Covid tergantung dari berat dan ringannya infeksi yang dialami seseorang. Pada beberapa kasus, semakin berat gejala infeksi, kian lama efek yang dirasakan oleh pasien tersebut.

Proses identifikasi gejala ini harus dilakukan dari berbagai perspektif atau sudut pandang klinis, seperti membaginya menjadi dua kelompok berdasarkan kemungkinan gejala sisa serius dan kondisi klinis tak spesifik yang meliputi kelelahan dan sesak napas.
Pemulihan pasca-perawatan belum secara spesifik mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan penting. Beberapa hal yang kemungkinan memengaruhi ialah respons antibodi yang lemah, infeksi ulang, reaksi inflamasi dan reaksi imun, serta penurunan stamina dan faktor stabilitas mental pasien.
Efek jangka panjang
Penanganan kasus long Covid menjadi penting saat muncul ketidakmampuan pasien untuk kembali hidup normal dan ancaman kerusakan organ tubuh. Dilansir dari The Guardian, sebuah penelitian menunjukkan tanda-tanda kerusakan banyak organ tubuh setelah empat bulan pascainfeksi. Selain kelelahan dan sesak napas, keluhan yang muncul ialah nyeri persendian serta kabut otak.
Proses pemantauan dilakukan melalui kombinasi pemindaian MRI, tes darah, pengukuran fisik, dan kuesioner secara daring. Hasil awal menunjukkan setidaknya 70 persen pasien mengalami gangguan pada satu atau lebih organ, seperti jantung, paru-paru, hati, dan pankreas.
Dalam beberapa kasus, potensi kerusakan organ tubuh memiliki korelasi dengan gejala yang diderita pasien. Gangguan jantung dan paru-paru muncul seiring dengan keluhan sesak napas. Gangguan hati dan pankreas dikaitkan dengan keluhan gejala gastrointestinal.

Orangtua menemani anak-anak masuk sekolah pada hari pertama tahun ajaran baru, di sebuah sekolah dasar di Baghdad, Irak, Minggu (29/11/2020). Sekolah-sekolah di Irak memulai tahun ajaran baru setelah berminggu-minggu tertunda akibat pandemi Covid-19. Anak-anak akan menghadiri kelas tatap muka seminggu sekali, sedangkan pembelajaran selebihnya dilakukan secara daring.
Temuan kerusakan organ tubuh akan berimplikasi pada perawatan panjang pasien pascainfeksi Covid-19. Dibutuhkan kolaborasi erat antarspesialis tenaga medis karena banyak organ tubuh yang terdampak, termasuk perubahan jaringan bagian otak.
Penanganan pasien Covid-19 kini masih fokus hingga hasil tes usap negatif dan dinyatakan sembuh. Padahal, gejala long Covid membutuhkan proses yang jauh lebih panjang. Sejumlah peneliti dari Universitas Oxford, West Hertfordshire Hospitals NHS Trust, dan Central London Community Healthcare memberikan panduan penanganan kasus long Covid.
Langkah pertama yang harus dilakukan ialah penilaian kondisi klinis pasien meliputi data perjalanan infeksi, mulai dari awal kemunculan gejala dan gejala yang masih dirasakan. Tingkat keparahan gejala juga dibedakan menjadi ringan dan berat.
Beberapa parameter yang dijadikan ukuran penentu kondisi seseorang ialah suhu harian, detak jantung, tekanan darah, pemeriksaan organ pernapasan, dan saturasi oksigen. Apabila terdeteksi gangguan, harus ditindaklanjut dengan pemeriksaan sinar-X, tes urine, tes darah lengkap, hingga cek fungsi otak.

Seorang warga menjalani pengambilan sampel untuk keperluan tes usap di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Surabaya, Jawa Timur, 3 November 2020.
Baca juga: Cerita Para Penyintas Covid-19
Setelah proses pemeriksaan medis, informasi yang harus digali ialah keparahan penyakit komorbid dan masalah-masalah sosial dan juga finansial pasien. Hal ini berguna untuk menentukan jenis pengobatan lanjutan dan potensi gangguan psikis.
Proses terakhir ialah penentuan status pasien yang mengalami long Covid, apakah membutuhkan penanganan medis atau cukup penanganan secara mandiri. Tiga hal utama yang harus diperhatikan untuk penanganan medis ialah kondisi sistem pernapasan, kardiologi, dan neurologi. Adapun penanganan mandiri berupa pengukuran kesehatan dasar meliputi tekanan darah, saturasi oksigen, dan detak jantung.
Pasien long Covid juga perlu memperbaiki pola hidup. Ada lima poin utama yang harus diperhatikan, yaitu atur pola makan atau diet, durasi istirahat harus cukup, menghentikan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dikurangi, dan tak mengonsumsi kafein terlalu banyak.
Karakteristik virologi
Fenomena long Covid muncul sebagai respons tubuh terhadap keberadaan virus baru dan tingkat infeksi yang menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh manusia. Tingkat patogenesis infeksi virus korona terhadap manusia muncul dalam skala gejala ringan hingga berat, bahkan kematian. Kondisi tersebut muncul karena mekanisme infeksi yang langsung mengikat sel-sel di organ pernapasan manusia, menyebabkan pneumonia hingga penurunan saturasi oksigen.
Virus SARS-CoV-2 mengikat sel-sel di dinding saluran pernapasan manusia melalui reseptor ACE2. Saat itu, virus bereplikasi dan bermigrasi ke saluran bawah hingga masuk alveolus di paru-paru. Replikasi yang cepat di paru-paru memicu respons imun yang kuat. Pada beberapa kasus, muncul badai sitokin yang memperparah kondisi pasien.

Pasien tanpa gejala Covid-19 memasuki bus sekolah yang akan mengantarnya menuju Wisma Atlet Kemayoran dari Puskesmas Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara, Sabtu (28/11/2020).
Baca juga: Covid-19 Merusak Ginjal
Badai sitokin merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh manusia. Respons ini menyebabkan paru-paru mengalami peradangan parah dan fungsinya menurun. Di satu titik, sitokin menyebabkan gangguan pernapasan akut dan gagal napas sehingga dianggap sebagai penyebab utama kematian pasien Covid-19.
Gejala infeksi berkelanjutan atau long Covid mulai muncul saat banyak pasien mengeluhkan kondisi tubuh yang masih memiliki gejala infeksi Covid-19. Banyak penelitian yang mengungkap bahwa kelelahan berlebih dan sesak napas merupakan gejala yang paling sering muncul pascainfeksi.
Dalam jangka panjang, kondisi tubuh yang terus-menerus mengalami gejala infeksi akan menurunkan fungsi organ tubuh manusia, seperti jantung, hati, lambung, atau pankreas. Melihat dampak yang ditimbulkan hingga jangka panjang, pilihan untuk mencegah infeksi Covid-19 mutlak dilakukan setiap orang.
Lebih baik memakai masker, selalu mencuci tangan, dan menjaga jarak atau menjauhi kerumunan agar tak tertular virus korona.
(LITBANG KOMPAS)