Mainan tak harus mahal dan tidak perlu dalam jumlah banyak. Dengan memahami konsep dan fungsi dasar mainan, orangtua dapat lebih bijak dalam membelikan mainan.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·5 menit baca
Pada masa pandemi, produk mainan anak dunia justru tetap populer dan bertumbuh. Aktivitas anggota keluarga yang banyak dilakukan di rumah membuat kebutuhan mainan tetap tinggi. Namun, orangtua harus lebih cerdas menyediakan jenis mainan yang dibutuhkan anak.
Mainan anak merupakan salah satu produk di tingkat global yang penjualannya masih menunjukkan tren peningkatan pada masa pandemi. Walaupun sempat tertekan pada Januari-Maret akibat kebijakan karantina wilayah, penjualan mainan di 13 pasar utama dunia tetap menunjukkan kenaikan.
Perusahaan riset pasar NPD Group mencatat penjualan mainan naik 4 persen pada kuartal I-2020, terutama di Australia, Jerman, Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Meksiko. Permintaan produk mainan di AS bahkan tetap menunjukkan tren positif hingga kuartal III-2020.
Data memperlihatkan, penjualan mainan di AS pada semester I-2020 banyak dilakukan melalui kanal daring. Bagi pebisnis ritel, masih ada pilihan jalan keluar untuk memanfaatkan tingginya animo masyarakat berbelanja daring selama pandemi.
Sepanjang Januari-September 2020, penjualan mainan di AS mencapai 13,7 miliar dollar AS. Tiga jenis mainan yang menjadi favorit ialah mainan luar ruang dan olahraga, permainan dan teka-teki, serta rancang bangunan. Dari sisi produk mainan, yang banyak dicari pembeli meliputi L.O.L. Surprises!, Barbie, Star Wars, Marvel Universe, Pokemon, Disney Frozen, Nerf, Hot Wheels, Little Tikes, dan PAW Patrol.
Peluang menggelar diskon pada tahun ini terutama dilakukan di kanal-kanal digital. Di tengah kondisi pandemi, peritel berupaya membangun omnichannel guna memasarkan produknya. Omnichannel menghubungkan antara persediaan barang di toko luring dan menjualnya melalui kanal daring.
Kondisi pandemi membuat orangtua makin selektif membeli mainan anak. Strategi yang sering dilakukan ialah membeli mainan saat ada potongan harga atau diskon. Di Tanah Air, potongan harga ditawarkan dalam ajang seperti Big Bang Jakarta. Pada acara tersebut, salah satu produk diskon yang diunggulkan memang produk mainan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa harga mainan anak, terutama untuk usia anak balita, dirasa tinggi bagi sebagian kalangan. Melihat katalog produk salah satu toko penyedia mainan anak balita, harga mainan aktivitas pengenalan bentuk, warna, cahaya, dan suara berlabel harga lebih dari Rp 3 juta.
Padahal, mainan tak harus mahal dan tidak perlu dalam jumlah banyak. Dengan memahami konsep dan fungsi dasar mainan, orangtua dapat lebih bijak dalam membelikan mainan. Bahkan, mainan dapat dibuat sendiri di rumah dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh.
Fungsi dasar
Mainan identik dengan dunia anak. Melihat sejarahnya, mainan sudah menjadi bagian dari dunia anak sejak zaman awal manusia. Hal ini dibuktikan dari temuan mainan purbakala di Eropa barat. Arkeolog menemukan artefak mainan dari Zaman Es berupa ukiran gambar hewan berbentuk cakram yang terbuat dari tulang atau gading.
Pada era digital sekarang, mainan berkembang dengan mengadopsi material terkini dan komponen elektronik canggih. Namun, terlepas dari transformasi bentuknya, mainan memiliki empat fungsi dasar yang sama.
Pertama, fungsi edukasi dengan konsep pengajaran berhitung, mengenal warna, serta bentuk. Kemudian, fungsi mengenal peran, seperti bermain alat memasak, perkakas tukang, dan alat medis.
Fungsi ketiga ialah melatih tindakan dan pengambilan keputusan. Contohnya, permainan susun balok, membuat bentuk dari lilin mainan, dan menyusun puzzle. Fungsi terakhir ialah merangsang motorik anak, antara lain dengan mendorong dan menarik mainan.
Karena itu, jenis dan fungsi mainan perlu diketahui oleh orangtua sehingga dapat memahami mainan yang tepat bagi buah hati.
Pasar menawarkan banyak ragam mainan. Kadang-kadang hal ini menyulitkan orangtua dalam proses memilih. Asosiasi Profesi Terapi Amerika (AOTA) menyatakan, mainan dan kegiatan bermain dapat menumbuhkan rasa penasaran, kreativitas, serta imajinasi. Mainan juga dapat mendukung perkembangan anak dari aspek fisik, mental, serta keterampilan sosial.
Hal inilah yang mendasari AOTA mengajak masyarakat untuk lebih cermat menyediakan mainan bagi anak mereka. Lantas, berapa jumlah mainan yang dikatakan cukup untuk menemani tumbuh kembang anak?
Batas cukup
Sebuah riset berjudul The Influence of the number of toys in the environment on toddler play (2017) dilakukan untuk meneliti batas cukup itu. Dengan melibatkan partisipan anak berusia antara 18 bulan dan 30 bulan, Carly Dauch dan koleganya dari Universitas Toledo, Amerika Serikat, meneliti ”batas cukup” jumlah mainan bagi anak.
Percobaan dilakukan dengan mengajak anak bermain dengan jumlah mainan dan durasi yang ditentukan sebagai variabel tetap. Si anak diajak bermain selama 15 menit pada dua kesempatan. Pada kesempatan pertama, disediakan empat jenis mainan. Kemudian, pada kesempatan kedua, jumlah mainan ditambah menjadi 16 buah.
Hasil dari riset ini menunjukkan ketika anak bermain dengan empat mainan, didapati kualitas bermain yang lebih unggul. Ketika anak memainkan empat benda, rata-rata durasi yang dihabiskan pada tiap obyek sekitar 2 menit. Adapun ketika disodori 16 mainan, waktu yang dihabiskan untuk bermain hanya 1 menit pada tiap mainan.
Hal ini mengindikasikan bahwa durasi anak dalam mengeksplorasi mainan akan lebih panjang jika jumlah mainan sedikit. Semakin lama anak memainkan obyek, anak akan semakin mengenal benda yang dipegangnya.
Artinya, semakin beragam aktivitas anak dengan satu benda, kualitas bermain dinilai tinggi. Kualitas ini tidak didapatkan ketika disediakan lebih banyak mainan. Anak justru sibuk berpindah ke setiap mainan yang ada.
Jumlah mainan yang terlalu banyak justru menyebabkan anak teralihkan perhatiannya dan tidak dapat berkonsentrasi. Salah satu manfaat membatasi mainan dalam suatu waktu ialah mengasah ketekunan serta konsentrasi anak pada satu obyek.
Pembatasan ragam mainan juga perlu memperhatikan faktor kebosanan anak. Orangtua dapat menerapkan rotasi mainan secara berkala, tetapi tetap dengan jumlah tidak lebih dari 10 di tiap kesempatan. Manfaat lain yang muncul dengan menerapkan batasan mainan ialah membuat anak lebih bahagia ketika bermain.