”Mencium” Parfum Orang Indonesia
Orang mau berupaya keras untuk mendapatkan wewangian terbaik yang sesuai dengan bau alami tubuhnya. Produsen parfum lantas berlomba-lomba untuk menemukan wangi baru sekaligus bercita rasa ”mahal”.
Scents are surer than sounds or sights to make your heart-strings crack. (Rudyard Kipling)
Jajak pendapat terbaru Litbang Kompas menemukan bahwa mayoritas publik menggunakan parfum. Produk wewangian ini tidak hanya diaplikasikan ketika akan bertemu orang lain, tetapi juga untuk memberikan rasa senang kepada diri sendiri.
Temuan tersebut diolah dari pendapat 522 responden yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Parfum digunakan dalam intensitas rendah hingga tinggi. Kelompok terbesar adalah pengguna parfum dengan frekuensi paling rendah, yaitu menggunakan parfum hanya saat bertemu orang dalam acara penting (36,9 persen). Kelompok berikutnya, pengguna dengan intensitas lebih tinggi, yakni di setiap akan bertemu orang (17,7 persen) dan seturut suasana hati (5,7 persen).
Terdapat pula 14,6 persen responden yang menggunakan parfum untuk memberikan kenyamanan kepada diri sendiri. Kelompok ini mengaku menggunakan parfum hampir setiap saat. Pengguna parfum dengan intensitas yang tinggi ini kebanyakan kalangan muda (pelajar) dan ibu rumah tangga.
Aroma harum memberikan dampak positif bagi penggunanya. Tak ayal jika parfum digunakan dalam keseharian untuk menjaga suasana hati, hal itu sekaligus meningkatkan kepercayaan diri. Dalam ”Improvement of Nonverbal Behaviour in Japanese Female Perfume-Weares” di International Journal of Psychology (2004), penulis menemukan pemakaian parfum menghambat perilaku yang memproyeksikan kesan negatif. Orang yang diwawancara dalam kelompok pemakai parfum lebih percaya diri.
Aroma juga punya kekuatan menjejak ingatan lebih kuat daripada suara dan citra. Parfum pun menjadi penanda yang identik dengan diri seseorang. CJS Thompson dalam The Mystery and Lure of Perfume (1927) menyitir soal kekuatan aroma dalam membawa memori masa lalu, mengidentifikasi tempat, dan jelmaan jati diri. Maka, tak heran jika parfum menjadi satu identitas penting dalam mencitrakan diri.
Anggaran
Mengingat citra diri dapat dibangun lewat aroma, orang pun mau berusaha keras untuk mendapatkan wewangian terbaik yang sesuai dengan bau alami tubuhnya. Produsen parfum lantas berlomba-lomba menemukan wangi baru sekaligus bercita rasa ”mahal”.
Dalam hal ini, perempuan lebih tahu kekuatan yang dimiliki parfum. Hasil jajak pendapat menunjukkan perempuan cenderung memakai parfum lebih sering dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan juga tak ragu mengeluarkan biaya dan anggaran yang tinggi untuk produk wewangian.
Rentang harga parfum bisa sangat lebar antara belasan ribu dan puluhan juta rupiah. Mengutip ”The 10 Most Expensive Perfumes in The World” dalam majalah Town & Country pertengahan 2020, parfum termahal saat ini ialah Joy Baccarat Pure Parfum keluaran Jean Patou yang dibanderol 1.800 dollar AS atau kisaran Rp 25 juta.
Masyarakat Indonesia secara umum mengalokasikan dana seratusan ribu untuk membeli parfum setiap bulan. Sebanyak 55,7 persen menghabiskan kurang dari Rp 100.000 untuk membeli parfum. Kelompok ini terdiri dari responden perempuan dan laki-laki dengan proporsi yang hampir sama dan berasal dari latar pekerjaan yang beragam, dari pegawai hingga yang sedang mencari pekerjaan.
Baca juga: Wangi Bunga-bunga Aceh
Berikutnya adalah kelompok yang menghabiskan Rp 100.000-Rp 499.000, yaitu 15,3 persen. Dalam kelompok ini, proporsi perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan perbandingan 3:2. Sedikit mengejutkan, kelompok ini justru didominasi pelajar (44,3 persen), lebih besar daripada proporsi pengusaha dan karyawan.
Sementara itu, hanya segelintir responden yang menghabiskan lebih dari Rp 500.000 untuk membeli parfum. Hampir seluruhnya ialah perempuan yang berlatar belakang sebagai ibu rumah tangga. Penyuka parfum mahal ini tergolong pengguna yang intens dan menggunakan parfum setiap hari, baik untuk bertemu orang lain maupun diri sendiri.
Hasil polling itu tidak jauh berbeda dengan preferensi pembelian parfum di pasaran. Masyarakat cenderung memilih produk dengan harga murah untuk parfum meski tetap mempertimbangkan kualitas. Merujuk laman Female Daily, produk parfum berbagai bentuk (minyak, balsam, dan cair) yang populer ditinjau ratusan pengguna ialah produk dengan kisaran harga Rp 100.000, seperti berbagai varian The Body Shop seharga Rp 150.000 hingga Rp 500.000.
Memilih parfum di kisaran seratusan ribu juga dipilih Elly Prasetyo Wati (32). Ibu dua putri ini memiliki aktivitas yang beragam sehingga ia mengganti-ganti varian parfum sesuai dengan kegiatan yang diikutinya. ”Uang parfum dibelanjakan untuk dua atau tiga produk, jadi bisa ganti-ganti. Buat apa mahal-mahal juga, wanginya mudah berubah setelah dibuka,” ujarnya ketika dihubungi Kompas pada Jumat (13/11/2020).
Masyarakat cenderung memilih produk dengan harga murah untuk parfum meski tetap mempertimbangkan kualitas.
Pilihan ini lebih masuk akal dibandingkan dengan memilih parfum impor dengan harga jutaan rupiah. Parfum populer, seperti Bvlgari, Jo Malone, dan Marc Jacobs, dibanderol mendekati harga Rp 2 juta. Belum lagi parfum dengan presentasi yang lebih eksklusif dengan harga puluhan juta rupiah.
Murah menjadi kata kunci. Maka, tak mengherankan, toko-toko yang menjual parfum harga ekonomis dengan wangi yang mendekati asli parfum mahal tak pernah sepi. Toko-toko itu menyediakan parfum berjuluk ”bibit” alias beraroma superkuat dengan bau wangi mendekati parfum seharga ratusan dollar AS. Parfum itu dapat dibeli dengan kisaran harga Rp 25.000 per 10 mililiter.
Baca juga: Meracik Aroma Kenangan
Meski memberikan pengalaman yang menyenangkan, tidak semua orang tertarik menggunakan parfum. Terdapat 27 persen responden yang tak pernah membeli parfum. Kelompok ini terdiri dari 58,2 persen laki-laki dan 41,8 persen perempuan. Laki-laki cenderung tidak tertarik memakai parfum dibandingkan dengan perempuan.
Parfum juga makin tidak diminati kalangan tua. Ada kecenderungan semakin tua usia seseorang, semakin rendah frekuensi penggunaan parfum.
Kelompok usia tua juga memilih harga parfum yang murah. Menyitir Rudyard Kipling, aroma memang lebih kuat memengaruhi dibandingkan dengan suara atau pandangan, membuat detak jantung berdegup kencang. Jadi, parfum apakah yang sedang Anda pakai hari ini? (Litbang Kompas)