Perdagangan Sosial, Berkah Teknologi pada Masa Pandemi
Medsos telah berkembang untuk melakukan aktivitas ekonomi digital. Kegiatan ini dikenal dengan istilah social commerce atau perdagangan sosial, yaitu perdagangan secara daring melalui medsos.
Pandemi Covid-19 mendorong peningkatan penggunaan media sosial. Pemanfaatan media sosial sebagai pengganti komunikasi tatap muka ini juga semakin merambah ke aktivitas ekonomi.
Menurut catatan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat drastis sepanjang dua dekade terakhir.
Hasil survei APJII tahun 1998 menunjukkan, internet baru bisa diakses oleh setengah juta penduduk Indonesia. Angka itu meningkat dari tahun ke tahun. Hingga satu dekade berselang, pengguna internet Indonesia tumbuh menjadi 25 juta orang.
Kini, jumlah pengguna tersebut jauh lebih besar. Survei terbaru APJII menunjukkan, pengguna internet di Indonesia pada kuartal II-2020 mencapai 196,7 juta orang.
Jumlah tersebut bertambah 27,8 juta orang, naik 15 persen, dari 171,1 juta pengguna pada tahun 2018. Pengguna internet yang terus bertambah setidaknya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni lompatan teknologi komunikasi dan terjadinya pandemi yang membatasi mobilitas sosial.
Dalam laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) disebutkan, hingga Desember 2018 terdapat 4.111 titik lokasi akses internet yang tersebar di 34 provinsi. Pemerataan akses internet tersebut terjadi seiring rampungnya proyek Palapa Ring yang dilakukan pemerintah. Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi nasional berupa pembangunan jaringan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer.
Media sosial
Pandemi menjadikan kebutuhan akan internet semakin besar. Internet merupakan kebutuhan pokok ketika komunikasi tatap muka beralih menjadi daring yang sangat bergantung pada peran internet.
Orang pun semakin terbiasa menjalin hubungan dan komunikasi melalui media internet. Hal tersebut tecermin pula dalam laporan hasil survei internet APJII di masa pandemi, yakni 51,5 persen responden menyatakan, alasan utama menggunakan internet ialah untuk mengakses media sosial (medsos). Media yang digunakan, antara lain, Facebook, Instagram, Twitter, dan Linkedin.
Tujuan utama kedua ialah berkomunikasi melalui pengiriman pesan. Media yang sering digunakan, berdasarkan survei tersebut, ialah Whatsapp, yang tak lain juga untuk berjejaring sosial.
Pada awalnya, medsos hanya digunakan oleh pengguna untuk berkomunikasi. Namun, kini medsos beradaptasi dengan perkembangan zaman di berbagai aspek.
Medsos telah berkembang untuk melakukan aktivitas ekonomi digital. Kegiatan ini dikenal dengan istilah social commerce atau perdagangan sosial, yaitu perdagangan secara daring melalui medsos. Social commerce memanfaatkan medsos sebagai sarana promosi atau jual beli.
Di Indonesia, pemanfaatan medsos untuk aktivitas perdagangan cukup tinggi. Riset dari Paypal Inc bertajuk ”Beyond Networking: Social Commerce as a Driver of Digital Payment” menunjukkan, penjualan melalui medsos di Indonesia mencapai 80 persen. Pencapaian tersebut bahkan lebih tinggi daripada negara Asia lainnya, seperti Singapura (63 persen), Hong Kong (75 persen), dan India (79 persen).
Medsos yang banyak dipilih untuk perdagangan sosial di Indonesia ialah Facebook, sebanyak 92 persen. Facebook menawarkan fitur berbagi gambar maupun video yang bisa digunakan sebagai media promosi.
Selain itu, terdapat fitur yang dapat terhubung ke halaman ”toko” penyedia barang dan jasa. Pengguna dapat masuk ke halaman toko atau kontak personal penyedia barang dan jasa ketika mengeklik tautan situs yang diunggah di Facebook.
Baca juga: Warung Maya Kian Menggoda
Whatsapp menjadi media kedua tertinggi yang diminati untuk perdagangan sosial, sebesar 76 persen. Media yang fungsi utamanya untuk komunikasi itu kini dilengkapi dengan fitur berbagi cerita melalui status yang dapat dilihat oleh jejaring sosial pemilik akun.
Dengan fitur tersebut, pengguna bukan hanya dapat berbagi kisah, melainkan juga bisa mempromosikan barang atau jasa melalui foto maupun video. Instagram pun diminati oleh 72 persen responden Paypal untuk mempromosikan produk.
Kecanggihan fitur interaktif untuk mengunggah foto, video, status, serta fitur lainnya menjadi daya tarik Instagram. Media yang juga diminati ialah Facebook Messenger yang digunakan 49 persen responden.
Salah satu keunggulan dari perdagangan sosial yang merupakan bagian dari perdagangan secara digital (e-commerce) ini ialah hemat biaya. Keperluan dana untuk sewa toko atau rumah toko sebagai tempat menjual produk dapat dikesampingkan.
Bahkan, metode ini lebih efektif daripada memiliki toko secara fisik. Dengan memanfaatkan medsos, tidak ada batasan waktu untuk membuka ”etalase” dan dapat dilihat kapan saja oleh jejaring di medsos. Pasar pun menjadi sangat terbuka dengan jangkauan yang lebih luas, tak terbatas pada wilayah penjual berada.
Efek domino
Dengan memanfaatkan medsos, ekonomi turut berputar seiring tangguhnya sektor informasi dan komunikasi (infokom). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sejak pandemi terjadi, infokom menjadi salah satu sektor yang konsisten tumbuh positif saat lebih dari separuh lapangan usaha lain mengalami kontraksi.
Pada triwulan III 2020, sektor infokom tumbuh 10,61 persen, terbesar kedua setelah Jasa Kesehatan. Pada triwulan sebelumnya, infokom menunjukkan pertumbuhan 10,83 persen, tertinggi di antara semua sektor.
Kinerja dua triwulan terakhir menunjukkan pertumbuhan tertinggi sektor tersebut selama tiga tahun belakangan. Bahkan, laju pertumbuhan sektor infokom konsisten lebih tinggi daripada laju pertumbuhan PDB. Pertumbuhan terendahnya dalam dua dekade terakhir terjadi pada triwulan II 2018, yakni 5,11 persen, setidaknya sama dengan laju PDB.
Baca juga: Kini Waktu yang Tepat bagi Peritel Adopsi Teknologi Digital
Perusahaan e-commerce Sirclo melaporkan bahwa pengguna medsos Indonesia meningkat dari 79 juta di tahun 2016, menjadi 160 juta pada Januari 2020. Tahun 2017, perdagangan sosial di Indonesia menyumbang 40 persen pada pasar perdagangan digital. Dengan fakta ini, Sirclo memprediksi nilai perdagangan sosial akan mencapai 25 miliar dollar AS tahun ini, setara dengan Rp 354,25 triliun.
Fitur interaktif yang kian beragam dari setiap medsos dan besarnya kebutuhan masyarakat mengakses medsos berpeluang besar mendorong kegiatan ekonomi secara digital. Sektor industri, perdagangan, transportasi, dan pergudangan idealnya ikut terangkat, alih-alih hanya berdampak ke sektor infokom.
(LITBANG KOMPAS)