Tenaga medis menjadi pahlawan kemanusiaan di tengah pandemi saat ini. Mereka menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di situasi yang tidak mudah dengan potensi penularan Covid-19 yang masih menjadi ancaman.
Oleh
Susanti Agustina S
·6 menit baca
Memelihara nilai-nilai kepahlawanan dan patriotisme diyakini akan mampu menjadi modal sosial yang ampuh guna memperkuat solidaritas kebangsaan. Bagaimanapun, kuatnya kohesivitas sebagai bangsa akan berdampak positif bagi upaya perlawanan menghadapi pandemi Covid-19 yang hampir sembilan bulan terakhir ini dialami masyarakat di negeri ini.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Petugas penanganan sarana dan prasarana umum (PPSU) menyelesaikan mural terima kasih kepada tenaga medis di Jalan Bukit Duri Utara, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (4/9/2020).
Keyakinan ini tampak dari hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu yang merekam sebuah optimisme dari mayoritas responden (92,5 persen) bahwa dengan memelihara nilai-nilai kepahlawanan, bangsa ini akan mampu menghadapi masa pandemi yang tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga kehidupan sosial ekonomi masyarakat ini.
Upaya menjaga nilai-nilai kepahlawanan ini tepat saat bangsa ini memperingati Hari Pahlawan tahun ini. Perjuangan melawan dampak Covid-19 dinilai oleh sepertiga lebih responden sebagai nilai kepahlawanan yang paling relevan saat ini. Hal ini juga ditandai dengan kepedulian terhadap korban Covid-19, membela masyarakat yang terpinggirkan akibat pandemi, dan gotong royong sebagai nilai-nilai yang juga sangat patut dimiliki saat ini.
Bagaimanapun, masa pandemi ini publik melihat sosok pahlawan secara berbeda. Separuh bagian responden menyebut tenaga medis merupakan pahlawan saat pandemi. Kriteria ”pengorbanan” tenaga medis atau kesehatan menjadikannya layak disebut pahlawan di masa pandemi Covid-19.
Setidaknya 58,7 persen menyatakan, tenaga kesehatan dinilai sangat dominan perannya pada masa pandemi ini. Hal ini menjadi wajar jika melihat total tenaga medis atau kesehatan yang telah gugur dalam menjalankan tugasnya pada masa pandemi Covid-19. Total tenaga medis di Indonesia yang meninggal akibat Covid-19 hingga 4 November 2020 mencapai 161 dokter dan 92 perawat.
Amnesty International bahkan mencatat 7.000 tenaga medis meninggal akibat terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia hingga September 2020. Meksiko menjadi negara yang memiliki kasus tenaga medis meninggal tertinggi, yakni 1.320 orang. Disusul kemudian Amerika Serikat dengan 1.077 kasus, Inggris 649 kasus, Brasil 634 kasus, Rusia 631 kasus, dan India 573 kasus.
Sosok kepahlawanan tidak hanya dilihat dari tenaga medis yang berjuang di benteng terakhir pada rumah-rumah sakit. Namun, masyarakat umum yang peduli dengan upaya mengurangi penularan virus Covid-19 juga dipandang sebagai pahlawan.
Mereka adalah anggota masyarakat yang setia dan patuh dengan protokol kesehatan, yakni selalu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Mereka ini juga dipandang sebagai pahlawan kemanusiaan. Sebab, selain melindungi diri sendiri, mereka juga melindungi orang lain dari kemungkinan paparan virus Covid-19. Dengan mematuhi protokol tersebut, berarti masyarakat juga membantu para tenaga medis.
Apresiasi pemerintah
Selain di bidang kesehatan, di bidang ekonomi, publik cenderung mengapresiasi pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi. Hal ini ditunjukkan sepertiga lebih responden dalam jajak pendapat yang melihat langkah pemerintah dalam mengendalikan situasi ekonomi dinilai positif.
Kompas/Heru Sri Kumoro
Mural dukungan untuk tim medis dalam merawat pasien Covid-19 menghiasi dinding bangunan di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (26/9/2020).
Sejumlah langkah pemerintah, di antaranya perubahan postur APBN Tahun 2020 yang lebih banyak dialokasikan untuk mengatasi pandemi Covid-19 dan dampaknya ataupun insentif pajak serta beragam stimulus untuk mendorong aktivitas ekonomi dipandang menjadi langkah efektif untuk meredam gejolak ekonomi akibat pandemi. Salah satunya melalui subsidi dan penundaan pembayaraan cicilan pokok bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Bahkan, UMKM juga dipandang sebagai sosok pahlawan lain di tengah pandemi ini. Mereka merupakan tulang punggung perekonomian domestik. UMKM berperan besar dalam memulihkan kembali kondisi ekonomi. Salah satunya karena 61,7 persen dari PDB Indonesia disumbang aktivitas ekonomi UMKM.
Terlepas dari siapa yang layak dipandang sebagai pahlawan di era pandemi ini, sebagian besar responden cenderung lebih terbuka terlibat dalam penanganan pendemi ini. Separuh lebih dari mereka (62,8 persen) bersedia turut serta menjaga protokol kesehatan demi kebaikan bersama, bahkan ada yang bersedia ikut serta sebagai relawan dalam penanganan dan bantuan terhadap korban Covid-19.
Namun, untuk dapat menerapkannya di tengah situasi saat ini tentu tidak mudah. Sejumlah tantangan besar harus dihadapi ketika akan menerapkan nilai-nilai patriotisme dan solidaritas di masa pandemi.
Tantangan
Jajak pendapat merekam bahwa tantangan yang harus dihadapi di masa pandemi kian tidak mudah karena masing-masing warga harus menjaga kesehatannya dari Covid-19, ditambah kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk, serta ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir.
Kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga 5 November 2020 mencapai 425.796 kasus. Dari data ini, kasus sembuh mencapai 357.142 jiwa dan yang meninggal mencapai 14.348 jiwa.
Masih tingginya kasus positif membuat warga harus tetap waspada dan berhati-hati dalam menjaga kesehatannya dari virus Covid-19. Pergerakan pun masih harus dibatasi karena 70 persen wilayah masih berstatus zona oranye. Langkah paling rasional yang bisa dilakukan adalah turut menjaga protokol kesehatan demi kesehatan bersama.
Pandemi memaksa aktivitas dan interaksi beralih dari dunia nyata ke dunia maya hampir tanpa waktu transisi. Sebagian diuntungkan karena memang sudah sempat pindah ke dunia maya sebelum pandemi melanda. Namun, tidak dapat dimungkiri terjadi kesenjangan berdasarkan kelas pendapatan dan wilayah. Akibatnya, sebagian warga tertinggal meraih peluang ekonomi, pendidikan, dan akses informasi.
Meski aktivitas ekonomi sudah mulai tubuh dibandingkan kuartal sebelumnya, kondisi ekonomi belum pulih karena PDB kuartal III masih minus 3,49 persen. Kondisi ini tak terhindarkan karena pembatasan sosial yang masih harus dilakukan di sejumlah wilayah. Kondisi ekonomi yang memburuk jelas menjadi tantangan berat bagi warga untuk menerapkan nilai-nilai kepahlawanan di tengah pandemi.
Apalagi, kehadiran vaksin sebagai salah satu harapan akan ujung dari pandemi ini masih dalam penantian. Kecemasan akan akhir pandemi yang belum diketahui waktunya membuat setiap pihak lebih memilih menahan diri dan cenderung menjaga keamanan kondisinya masing-masing.
Pada akhirnya, upaya membangun solidaritas memang tak mudah. Untuk itu, memperkuat perasaan senasib, sepenanggungan, dan kekeluargaan di kalangan masyarakat harus tetap diasah dan dibangun dalam upaya mempertahankan kehidupan bersama sebagai satu bangsa.
Berbagai inisiatif, mulai dari mengumpulkan dana untuk membeli alat pelindung diri bagi tenaga medis hingga sekadar membagikan makanan kepada mereka yang mengalami kesulitan ekonomi karena penghasilan berkurang, ataupun gerakan membeli produk teman menjadi langkah nyata yang sesungguhnya telah hadir sejak awal masa pandemi ini. Inisiatif ini tidak boleh luntur karena tantangan yang kian berat. Justru inisiatif ini harus terus dilakukan mengingat pandemi belum berakhir.
Optimisme
Di tengah kondisi ketidakpastian inilah semangat optimistis tetap harus dirawat. Keyakinan bahwa pandemi ini akan dilalaui secara bersama-sama sebagai satu solidaritas anak bangsa akan memperkuat imunitas sosial kita.
Di tengah kegelisahan menghadapi virus Covid-19, semangat untuk saling membantu dan mau berkorban untuk mereka yang terdampak dinilai lebih banyak dilakukan berdasarkan inisiatif masing-masing pribadi dan komunitas dibandingkan dorongan dari pemerintah.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Videotron yang menayangkan ucapan terima kasih kepada tenaga medis di sebuah hotel bertingkat di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (4/10/2020).
Sebagian besar responden (74,2 persen) meyakini bahwa masyarakat kita mampu merawat nilai-nilai kepahlawanan yang sangat berguna di tengah pandemi ini. Bagaimanapun nilai-nilai kepahlawanan harus menjadi pedoman untuk selalu diimplementasikan di dalam kehidupan keseharian agar dapat memperkokoh kesatuan bangsa.
Terlebih untuk keluar dari tantangan pandemi Covid-19 ini. Semangat kepahlawanan dapat dijadikan motivasi untuk selalu bangkit dan terus berkreativitas. Patriotisme dan perjuangan melawan pandemi harus menjadi kesadaran bersama sebagai anak bangsa. Modal sosial ini akan penting untuk menguatkan imunitas kebangsaan kita. (LITBANG KOMPAS)