Pilkada Samarinda tahun ini akan diikuti tiga pasangan calon. Mereka harus mampu menuntaskan permasalahan kota, terutama bencana banjir dan menangani isu lingkungan.
Oleh
Yoesep Budianto
·4 menit baca
Pemilihan kepala daerah di Kota Samarinda mempertemukan tiga pasangan calon yang kuat dalam pengalaman di birokrasi dan politik. Tantangan setelah terpilih tidak sederhana, mulai dari pengendalian banjir hingga perencanaan kota sebagai wilayah penyangga ibu kota negara.
Memiliki wilayah yang dilalui sungai terbesar di Kalimantan, yaitu Sungai Mahakam, Samarinda memiliki keuntungan. Sungai tersebut merupakan tempat mencari nafkah bagi penduduk sekaligus sarana perdagangan. Samarinda juga menjadi penghubung ke daerah pedalaman Kalimantan Timur (Kaltim), terutama di kawasan hulu sungai.
Kondisi ini membuat Samarinda berkembang menjadi kota industri dan perdagangan karena terletak di tepi sungai yang strategis untuk pelayaran. Dalam lima tahun terakhir, tiga sektor, yaitu konstruksi, perdagangan, serta pertambangan dan penggalian, mendominasi aktivitas ekonomi. Ketiga sektor itu mencakup hampir 50 persen dari struktur perekonomian regional.
Geliat industri, perdagangan, dan pertambangan membuat perekonomian di ibu kota Provinsi Kaltim ini cukup positif dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga 2019, laju perekonomian Kota Samarinda naik ke angka 4,97 persen dari 3,06 persen pada 2016.
Pembangunan infrastruktur membuka peluang kemajuan yang lebih besar bagi Samarinda. Jalan Tol Balikpapan-Samarinda dan rencana pembangunan ibu kota baru di Penajam Paser Utara serta Kutai Kartanegara membuat Samarinda menjadi wilayah yang akan makin berkembang. Lokasi ibu kota baru tersebut sangat dekat dengan Samarinda.
Wilayah yang berkembang akan mengundang makin banyak orang datang ke Samarinda. Di wilayah Kaltim, Samarinda merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu 872.768 jiwa. Artinya, satu dari empat penduduk Kaltim bermukim di Samarinda.
Namun, jumlah penduduk tersebut belum diimbangi kesejahteraan warga. BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di Samarinda pada 2019 mencapai 39,8 ribu orang, terbanyak kedua di Provinsi Kaltim.
Tantangan lain yang dihadapi kota ini ialah banjir. Dari 10 kecamatan di Samarinda, hanya satu kecamatan yang bebas banjir, yaitu Kecamatan Sambutan. Berada di wilayah hilir sungai, Samarinda memiliki tingkat risiko banjir pada level tinggi.
Pada Juni 2019, banjir melanda tiga kecamatan, yaitu Samarinda Utara, Samarinda Ulu, dan Sungai Pinang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mencatat, sebanyak 36.475 jiwa terdampak. Banjir terulang pada Mei 2020 yang melanda lima kecamatan yang mengakibatkan 44.900 jiwa terdampak.
Lubang bekas tambang yang tidak tuntas direklamasi membuat banjir semakin parah dari tahun ke tahun. Berdasarkan catatan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), terdapat 349 lubang tambang di Samarinda. Jumlah tersebut merupakan lokasi bekas tambang terbanyak kedua di Kaltim setelah Kutai Kartanegara.
Pengendalian banjir serta peningkatan kualitas dan kesejahteraan warga menjadi dua tantangan yang dihadapi Kota Samarinda. Hal ini juga sudah terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2025 yang menyebutkan frekuensi dan dampak banjir makin meningkat. Karena itu, para pasangan calon (paslon) sudah memiliki tugas awal untuk menjawab permasalahan kota.
Peluang petahana
Pilkada tahun ini akan diikuti tiga paslon. Wali Kota petahana, Syaharie Jaang, tidak ikut berkompetisi karena sudah dua kali menjabat. Namun, Wakil Wali Kota Muhammad Barkati maju, berpasangan dengan Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Partai Amanat Nasional Kaltim Darlis Patallongi.
Barkati mencoba peruntungan seperti Syaharie Jaang yang sebelumnya menjabat wakil wali kota. Pasangan Barkati-Darlis didukung tiga partai politik, yaitu Demokrat, PAN, dan Golkar yang memiliki dukungan 14 kursi DPRD Kota Samarinda.
Barkati-Darlis menghadapi penantang yang memiliki dukungan kekuatan politik di parlemen. Paslon nomor urut dua, Andi Harun-Rusmadi, merupakan paslon dengan dukungan jumlah parpol paling gemuk, tujuh partai. Paslon ini menguasai sekitar 68 persen kursi DPRD, termasuk dukungan dari dua partai pemenang Pemilu Legislatif 2019, yaitu PDI-P dan Gerindra.
Selain kekuatan parpol, pasangan Andi Harun-Rusmadi juga memiliki pengalaman politik dan birokrasi. Andi Harun merupakan anggota DPRD Kaltim yang juga menjabat Ketua DPD Partai Gerindra Kaltim. Adapun Rusmadi pernah menjadi Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim.
Paslon nomor urut tiga, Zairin Zain-Sarwono, maju menggunakan jalur independen. Sebagaimana Rusmadi, Zairin Zain merupakan birokrat berpengalaman di Kaltim. Ia pernah menjabat Kepala Dinas Perhubungan Kaltim dan juga Kepala Bappeda Kaltim. Adapun Sarwono memiliki pengalaman sebagai anggota DPRD Kota Samarinda.
Salah satu syarat dari Komisi Pemilihan Umum Kota Samarinda untuk calon perseorangan ialah jumlah dukungan minimal 43.977 orang. Paslon nomor urut tiga telah mengumpulkan 51.652 suara untuk mendaftar.
Dari sisi koalisi parpol pendukung, dukungan yang berhasil memenangkan wali kota saat ini, Syaharie Jaang, pada Pilkada 2015, terpecah. Demokrat kembali mengusung petahana, sementara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Nasdem memilih paslon urutan dua.
Padahal, saat Pilkada 2015, partai-partai tersebut berhasil mengumpulkan suara hingga mencapai 75,4 persen untuk Syaharie Jaang. Merunut ke Pilkada 2010, dukungan politik tidak jauh berbeda. Partai politik yang berhasil menghantar Syaharie Jaang menang ialah Demokrat dan PKS.
Melihat pola pemilihan yang pernah terjadi, petahana Bakarti akan mendapat saingan berat dari Andi Harun-Rusmadi, terlebih Bakarti belum teruji di ajang pilkada. Keterpilihan Bakarti sebagai wakil wali kota karena pejabat sebelumnya meninggal dunia. Tanpa figur petahana, kekuatan jaringan dan parpol menjadi faktor kunci dalam persaingan pada pilkada kali ini.
Apa pun, tiga paslon wali kota Samarinda perlu bersiap menuntaskan permasalahan kota, terutama bencana banjir, pembangunan lingkungan, dan menyiapkan Kota Samarinda sebagai kota penyangga lokasi ibu kota negara padamasa mendatang. (LITBANG KOMPAS)