logo Kompas.id
RisetMempertimbangkan Sistem Pemilu...
Iklan

Mempertimbangkan Sistem Pemilu Campuran

Salah satu dampak dari kelemahan sistem proporsional ialah sulitnya pemerintahan hasil pemilu untuk melakukan konsolidasi. Hal ini terjadi karena tidak ada partai politik yang menang secara mayoritas.

Oleh
Yohan Wahyu
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/EUpUhHujwmpVx4CHcTqxh45D8Mo=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F20201001_ENGLISH-PILKADA_B_web_1601565169.jpg
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Maskot Siro dan Siboy tampil saat Deklarasi Kampanye Damai di Hotel Singgasana, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (26/9/2020). Sistem pemilu proporsional yang begitu kuat membuatnya seakan-akan sebagai ”satu-satunya” sistem yang paling cocok di Indonesia.

Sistem pemilu paralel atau campuran bisa menjadi jalan untuk mengurangi kelemahan proporsional sekaligus mendapatkan insentif dari model distrik atau mayoritarian. Sayangnya, upaya revisi terhadap undang-undang pemilihan umum belum menyentuh soal sistem pemilu.

Sampai dengan Pemilu 2019, Indonesia masih menerapkan sistem proporsional. Sistem ini digunakan sejak 1955, pemilu era Orde Baru, sampai era reformasi, dengan berbagai perluasan dan perbaikan.

Editor:
A Tomy Trinugroho
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000