Saat Robotika Kian Membantu Manusia
Di tengah pandemi, ketika kontak fisik antarmanusia dikurangi, peran robot kian penting. Teknologi robotika yang telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir terasa semakin dibutuhkan.
Selama pandemi Covid-19, penerapan protokol jaga jarak fisik dan larangan berkerumun dilakukan. Dalam situasi ini, teknologi robotika yang dikembangkan selama beberapa dekade terakhir terbukti semakin dibutuhkan untuk membantu pekerjaan manusia.
Penerapan teknologi robotika terjadi dalam prosesi wisuda ke-159 Universitas Diponegoro (Undip) pada 27 Juli 2020. Prosesi wisudawan diwakili tiga robot peraga menyerupai manusia dengan jubah wisuda dan toga. Gedung Prof Soedarto, Kampus Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, yang seharusnya dihadiri 2.561 wisudawan tampak sepi.
Robot-robot diletakkan di atas kotak dilengkapi roda berisi mesin penggerak berdaya baterai aki kering. Ketiganya dapat bergerak maju mundur, berputar, dan dikendalikan operator dari jarak hingga 15 meter. Pada prosesi itu, Rektor Undip Yos Johan Utama menyerahkan ijazah, memindahkan tali toga, dan bersalaman dengan robot yang terhubung dengan wisudawan di layar kepala robot.
Wisuda dengan metode daring ini sudah kali kedua diselenggarakan Undip. Model wisuda serupa dilakukan akhir bulan lalu bersama wisuda Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jateng.
Penggunaan robot peraga merupakan ide cemerlang di tengah pandemi Covid-19. Tanpa kehadiran wisudawan di ruang gedung, prosesi wisuda tetap dapat terlaksana.
Untuk menjaga keselamatan profesi rentan, seperti pekerja rumah sakit, kemajuan teknologi pun unjuk gigi. Amy, Temi, Raisa, Rosita, Nayakalara, Nyong Robot, Violeta, dan AUMR adalah deretan nama robot Indonesia yang dioperasikan di rumah sakit selama pandemi. Robot-robot ini mengerjakan sejumlah tugas perawat. Robot Amy di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Jakarta, misalnya, mengantar makanan, obat, dan kelengkapan pasien hingga ke ruang isolasi.
Meski demikian, tak semua profesi dapat memanfaatkan robot. Mereka antara lain petugas medis, petugas kebersihan, ojek daring, dan kurir barang.
Kecerdasan buatan
Teknologi robot, terutama jenis robot pelayan, semakin marak karena didorong perkembangan layanan telekomunikasi 5G dan kecerdasan buatan (AI). Melalui dua hal itu, robot dengan berbagai spesifikasi dibuat oleh banyak produsen. Google Home, yang diperkenalkan tahun 2018, mampu mengontrol ribuan lampu, kamera, pengeras suara, dan perangkat lainnya.
Google Home merupakan satu dari banyak robot rumah tangga yang mendominasi pasar robot pelayan. Federasi Robot Internasional (IFR) mencatat, sepanjang 2016 hingga 2019, diperkirakan robot jenis pelayan terjual hingga 30,8 juta unit dengan 96 persen di antaranya merupakan robot penyedot debu dan pembersih lantai.
Google Home merupakan satu dari banyak robot rumah tangga yang mendominasi pasar robot pelayan.
Setelah itu, ada robot penghibur yang terjual 11 juta unit dengan 70 persen merupakan robot mainan dan hobi. Urutan terakhir ialah robot untuk penyandang disabilitas dan lansia, yang terjual sekitar 40.000 unit.
Dari tahun 2016 hingga 2018, negara persentase penggunaan robot tertinggi didominasi oleh Singapura, Korea Selatan, Jerman, Jepang, dan Swedia. Robot-robot ini paling banyak ditemukan di industri otomotif dengan 123.000 unit terpasang pada 2017. Kemudian, disusul industri elektronik 113.000 unit, logam 48.000 unit, serta produk plastik dan kimia 23.000 unit.
Maraknya robot industri ini tidak lepas dari tingginya kebutuhan produksi di dunia industri modern. Robot industri dapat menyelesaikan pekerjaan manusia yang berulang, membutuhkan ketepatan dan konsentrasi tinggi, serta pekerjaan yang berhubungan dengan daerah berbahaya. Kualitas dan kuantitas hasil produksi pun dapat dijaga dan mengurangi kecelakaan kerja.
”Robota”
Fungsi robot diawali ketika bangsa Mesir kuno membangun jam bertenaga air pada 5.000 SM. Bangsa China dan Yunani lalu membuat mainan bertenaga air dan uap. Meski fungsinya telah ada sejak lama, istilah robot baru populer pada awal abad ke-20.
Menurut buku Robot Reliability and Safety (BS Dhillon, 1991), kata robot diperkenalkan penulis fiksi ilmiah asal Ceko, Karl Capek. Tepatnya ketika skrip drama buatannya berjudul Rossums Universal Robots dimainkan di London, Inggris, tahun 1921. Robot berasal dari bahasa Ceko, yaitu ’robota’, yang berarti pekerja atau kuli.
Naskah itu mengisahkan mesin menyerupai rupa manusia yang dapat bekerja tanpa lelah. Namun, mesin ini memberontak dan menguasai manusia.
Kata robot semakin populer menggantikan istilah automation atau otomatisasi. Adapun arti robot itu adalah alat mekanik yang dapat diprogram sehingga mampu melakukan tugas tertentu baik secara otomatis maupun tidak.
Pada 1942, muncul semacam ”hukum” yang mengatur perkembangan teknologi robot, yang dibuat oleh penulis serial cerita pendek tentang robot, Isaac Asimov. Pertama, robot tidak boleh melukai seseorang. Kedua, robot harus selalu mematuhi perintah manusia. Ketiga, robot harus melindungi keberadaannya sendiri.
Mengacu pada hukum itu, robot dibuat dalam berbagai bentuk dan fungsi. Dalam Desain Pemodelan Kinematik dan Dinamik Humanoid Robot (Beni Anggoro, 2013), dituliskan berbagai klasifikasi robot. Satu di antaranya klasifikasi berdasarkan kegunaannya yang dibagi menjadi dua, yaitu robot industri dan robot pelayan.
Robot industri digunakan untuk otomatisasi produksi, seperti proses pengelasan, perakitan, dan pengepakan barang. Adapun robot pelayan bertugas membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya mulai dari robot pembawa peralatan makan kotor di restoran, robot pembantu rumah tangga, hingga robot perawat di rumah sakit.
Dampak otomatisasi
Kehadiran robot kerap kali ditakutkan menjadi ancaman bagi pekerja industri. Namun, tidak 100 persen pekerjaan manusia dapat dikerjakan oleh robot, sebagaimana laporan PricewaterhouseCoopers (PwC) tahun 2018 berjudul ”Will Robot Really Steal Our Jobs?”.
PwC membagi analisis dalam tiga bagian. Pertama, gelombang algoritma. Pada era ini, terjadi otomatisasi tugas komputasi sederhana dan analisis terstruktur. Pengaruhnya menyentuh pekerjaan yang berhubungan dengan data, seperti layanan keuangan, analis data, dan komunikasi.
Robot industri digunakan untuk otomatisasi produksi, seperti proses pengelasan, perakitan, dan pengepakan barang.
Setelah itu, ada gelombang kedua, yaitu gelombang augmentasi yang akan terjadi sampai akhir 2020-an. Di era ini, terjadi interaksi dinamis teknologi untuk mendukung perkantoran dalam mengambil keputusan. Selain itu, juga mulai berkembang robot semiterkontrol, contohnya robot yang bertugas memindahkan dan menyusun barang-barang di area pergudangan.
Ketiga, gelombang otonom yang dimulai pada pertengahan era 2030-an. Di masa ini, muncul otomatisasi robot yang semakin terampil. Mereka juga mampu menyelesaikan masalah di dunia nyata yang dinamis melalui tindakan yang responsif. Semakin banyak pekerjaan yang memanfaatkan teknologi ini, antara lain transportasi (50-55 persen), manufaktur (45-50 persen), dan konstruksi (35-40 persen).
Disrupsi pekerjaan di tengah kehadiran teknologi robot sudah berada di depan mata, terutama ketika muncul pandemi yang membuat diterapkan pembatasan aktivitas manusia. Di sisi lain, produk dari berbagai sektor industri harus tetap dihasilkan.
Bagaimanapun, teknologi robot tak akan pernah menggantikan kemampuan manusia selagi keterampilan sumber daya manusia terus ditingkatkan.
(Litbang Kompas)