Ceruk Pasar Portal Berbayar di Tengah Pandemi
Bisnis koran semakin fokus menatap model pembayaran pembaca daring, baik itu berlangganan, keanggotaan, maupun donasi. Model bisnis ini merupakan bagian dari cara bertahan hidup.
Publik menaruh kepercayaan tinggi pada liputan Covid-19 oleh perusahaan media. Kepercayaan ini juga membuka minat publik membayar berita daring.
Munculnya kepercayaan publik pada liputan media terkait Covid-19 terlihat dari hasil penelitian Reuters Institute Digital News Report 2020 di 40 negara yang tersebar di benua Eropa, Amerika, Asia, Australia, dan Afrika. Riset menemukan, pada April 2020 sebanyak 6 dari 10 responden yang disurvei menaruh kepercayaan kepada berita yang dihasilkan organisasi berita.
Tingkat kepercayaan publik ini didasarkan pada manfaat yang diterima masyarakat. Media arus utama dinilai telah menyajikan informasi akurat dalam membantu masyarakat memahami pandemi. Selain itu, publik juga menilai media berita juga memperjelas apa yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi risiko penularan dan dampak pandemi.
Di tengah perkembangan teknologi informasi dan media sosial, informasi seputar wabah korona mudah menyebar di tengah masyarakat. Pandemi Covid-19 tidak hanya menyebarkan virus korona ke seluruh dunia, tetapi juga menularkan infodemik berupa berita palsu.
Luapan informasi seputar wabah korona membuat warga kesulitan mendapatkan informasi dan berita yang benar. Pada akhirnya, masyarakat lantas memilih informasi bermutu yang ditawarkan organisasi media yang menjalankan prinsip-prinsip etika jurnalistik.
Kepercayaan masyarakat pada informasi yang dikelola media arus utama membuat proporsi penggunaan organisasi media sebagai sumber berita, menjadi yang teratas di mata publik. Publik menggunakan sumber informasi mengenai korona dari organisasi pemberitaan, setelah informasi dari dokter, organisasi kesehatan tingkat nasional, dan organisasi kesehatan global.
Referensi sumber berita yang digunakan publik tersebut di atas rujukan informasi masyarakat kepada pemerintah, politisi, dan media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Bahkan, di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Spanyol, Argentina, dan Korea Selatan, sumber informasi dari organisasi media dipilih masyarakat, di atas pemerintah dan organisasi kepakaran.
Selain menjadi referensi sumber berita, sisi lain munculnya kepercayaan masyarakat pada organisasi media adalah minat masyarakat mencari berita berkualitas. Riset yang dilakukan Reuters Institute Digital News Report 2020 juga menangkap fenomena peningkatan dalam pembayaran untuk berita daring di sejumlah negara.
Publik menggunakan sumber informasi mengenai korona dari organisasi pemberitaan, setelah informasi dari dokter, organisasi kesehatan tingkat nasional, dan organisasi kesehatan global.
Hingga April 2020, pelanggan berita berbayar di AS sebesar 20 persen. Jumlah ini naik 4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Demikian pula di Norwegia yang memiliki pelanggan berita daring berbayar 42 persen. Persentase pelanggan berbayar ini juga mengalami kenaikan 8 persen dibandingkan dengan pada 2019.
Data dari American Press Institute juga memperlihatkan eksistensi koran dengan ekspansi langganan digital. Dari tahun 2009 hingga 2014, terdapat tren peningkatan dan pembalikan langganan media digital di AS.
American Press Institute meneliti 98 koran di AS. Dari lima koran pada 2009, mereka yang menerapkan langganan digital di AS berkembang pesat hingga 77 koran pada 2014. Sebaliknya, dari 93 koran tanpa langganan digital, jumlah itu turun menjadi hanya 21 koran pada 2014.
Dari sisi model langganan, terdapat tiga model paywall yang digunakan beberapa koran di AS pada 2015. Dari 98 koran yang diteliti American Press Institute, 62 koran menerapkan model metered/soft paywall, 12 koran menerapkan freemium, 3 koran menerapkan model hardpaywall, sedangkan 21 sisanya tidak memerlukan langganan untuk mengakses konten digital mereka.
Ceruk pasar
Tumbuhnya minat masyarakat untuk berlangganan berita daring menjadi oase akibat penurunan pendapatan bisnis media. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan aktivitas ekonomi melambat karena kebijakan karantina wilayah dan penutupan pusatpusat bisnis.
Bisnis koran semakin fokus menatap model pembayaran pembaca daring, baik itu berlangganan, keanggotaan, maupun donasi. Model bisnis ini merupakan cara media cetak demi bertahan hidup.
Hasil penelitian Reuters Institute Digital News Report 2020 juga menunjukkan tren serupa. Sepanjang 2014 hingga 2020, terjadi peningkatan pelanggan media berbayar di sembilan negara, yaitu AS, Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Jerman, Denmark, Jepang, dan Finlandia.
Jika pada 2014 terdapat 10 persen pelanggan berbayar di sembilan negara tersebut, jumlahnya meningkat menjadi 14 persen pada April 2020. Proporsi terbesar pelanggan media digital dalam suatu negara dimiliki Norwegia, Swedia, dan AS dengan proporsi di angka di atas 20 persen.
Di Indonesia, minat berlangganan berita daring terekam dari jajak pendapat Kompas pada 16-22 Mei 2020 kepada 1.007 responden di 17 kota besar. Hasilnya, 5,3 persen responden mengungkapkan telah berlangganan berita daring setelah pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.
Jika dibandingkan dengan perilaku lain, seperti memasang jaringan baru internet, berlangganan televisi berbayar, membeli telepon pintar baru, atau berlangganan aplikasi film berbayar, proporsi publik yang berlangganan berita daring memang masih minim.
Demikian pula jika disandingkan dengan sejumlah negara-negara di Asia, pasar digital berbayar di Indonesia masih lebih sedikit ketimbang Jepang (8 persen), Singapura (14 persen), Malaysia (17 persen), dan Filipina (19 persen). Namun, di sisi lain, minat publik mengakses langganan berita ini menjadi gambaran peluang pasar berita daring berbayar di Indonesia.
Menangkap peluang
Koran The New York Times dan The Atlantic mengalami peningkatan besar dalam langganan digital. Sementara The Guardian juga melaporkan peningkatan jumlah kontributor donasi. Saat pandemi terjadi, penerbit-penerbit koran telah menekankan nilai jurnalisme yang tepercaya dan akurat melalui serangkaian kampanye pengiriman pesan bertema virus korona virus.
Strategi ini berhasil meningkatkan langganan atau sumbangan. Strategi ini dilakukan karena saat ini perusahaan media dituntut untuk membangun koneksi langsung dengan konsumen melalui surat elektronik, notifikasi, dan podcast.
Penelusuran Reuters Institute juga mencermati di seluruh negara, sebanyak satu dari enam orang mengakses berita setiap pekan melalui surat elektronik. Mayoritas dari mereka (60 persen responden), mengakses berita berita umum atau politik, yang dikirim melalui surat elektronik di pagi hari. Peluang ini ditangkap koran-koran dengan memperluas berbagai format, seperti menawarkan pop up e-mail\' pada subyek seperti coronavirus dan pemilihan presiden 2020.
Sebanyak satu dari enam orang mengakses berita setiap pekan melalui surat elektronik.
Surat elektronik telah terbukti efektif dalam menarik pelanggan baru potensial dan mendorong pelanggan lama untuk mengakses berita lebih sering. Di AS, satu dari lima responden survei Reuters Institute mengakses surat elektronik berita setiap minggu dan hampir setengahnya mengungkapkan sebagai cara utama mereka mengakses berita.
Melihat pola baca tersebut, koran The New York Times sekarang menawarkan hampir 70 surat elektronik per hari dengan jadwal teratur, terutama di pagi hari untuk menjangkau 17 juta pelanggannya. The New York Times bahkan mendedikasikan jurnalis senior sebagai ”editor e-mail” yang memilih berita-berita bermutu yang akan didistribusikan kepada pelanggan setiap hari.
Selain melalui surat elektronik, loper berita digital ini juga mendistribusikan beragam notifikasi seluler kepada kaum muda. Hal ini dengan mempertimbangkan bahwa surat elektronik cenderung terpopuler di kalangan kelompok usia lebih tua, sementara notifikasi seluler lebih populer di kalangan kaum muda dan terus berkembang di banyak negara.
Inovasi terus dibutuhkan koran untuk berkembang di kala pandemi. Bukan tanpa alasan, koran mulai melirik pasar digital. Selain pangsa pasar pelanggan berita daring berbayar, terdapat peluang mendapatkan belanja iklan di bisnis media digital.
(LITBANG KOMPAS)