Teka-teki Silang Belumlah Hilang
Tradisi permainan dan asah otak melalui Teka-Teki Silang atau TTS di surat kabar terus bertahan dalam bentuk cetak dan digital. Harian "Kompas" turut hadir sebagai surat kabar yang menjaga tradisi ini.
Barangkali, salah satu konten yang konsisten hingga hari ini dalam surat kabar ialah kolom teka-teki silang. Harian Kompas menjadi salah satu surat kabar di dunia yang mempertahankan konsistensi ini tiap minggunya, bahkan diterbitkan dalam bentuk buku.
Suatu hari pada 1985, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Maman S Mahayana, menemui HB Jassin ke ruang kerjanya di Pusat Dokumentasi HB Jassin, Taman Ismail Marzuki. Saat itu, ia melihat HB Jassin sangat berkonsentrasi pada surat kabar yang dibacanya. Tanpa menoleh, ia mempersilakan Maman untuk duduk.
Setelah ia selesai, HB Jassin mendatangi Maman dan duduk berhadapan dengannya. ”Yang dibaca tadi, artikel siapa, Pak?” tanya Maman karena penasaran. ”Oh, bukan. Tadi saya sedang mengisi TTS Kompas,” balas HB Jassin.
Bagi HB Jassin mengisi TTS bukan semacam keisengan. Ia menyediakan waktu khusus untuk mengisi TTS. Menurut dia, ada semacam saluran yang sehat, bergizi, dan menyenangkan. Begitulah kesan sastrawan besar Indonesia mengenai TTS yang menjadi kegemarannya.
Kisah di atas menjadi pengantar sebelum memasuki rimba teka-teki dalam deretan kolom mendatar dan menurun di edisi TTS Pilihan KOMPAS 14. Dalam edisi ini, terdapat 70 TTS yang memberikan 70 hingga 100 pertanyaan tiap bagannya. Ditambah, ada satu sisipan bonus TTS Jumbo yang berisi 190 pertanyaan, menunggu dituntaskan pembaca.
TTS Pilihan KOMPAS 14 ini merupakan salah satu di antara 23 buku kumpulan TTS yang disarikan dari harian Kompas. Dalam edisi ini, TTS yang dihimpun merupakan karya dari Mochammad Sabar, Soepono AS, dan Dwiweko Soeprijono. Bagi para penggemar setia TTS Kompas, nama mereka bertiga tentunya sudah tidak asing lagi.
Pertanyaan-pertanyaan dengan ciri khas atau rumus klasik TTS masih dapat ditemukan dalam edisi ini. Misalnya, pertanyaan 51 di TTS nomor 50, mendatar empat kotak: Cepat (Sansekerta). Di nomor yang sama, tetapi menurun sembilan kotak: Negara di Amerika Selatan. Jika pertanyaan yang mendatar dapat dijawab terlebih dahulu, jawaban untuk pertanyaan menurun akan lebih mudah ditemukan.
Seperti di tiap edisi buku TTS yang diterbitkan, pembaca tidak perlu khawatir bila menemui jalan buntu saat mencoba memecahkan pertanyaan yang disodorkan. Di bagian belakang buku, terdapat kunci jawaban untuk tiap soal, termasuk untuk sisipan bonus TTS Jumbo. Tentu saja, seorang penggemar pemecah teka-teki sejati akan mengintip bagian kunci jawaban ini sebagai pilihan terakhir baginya.
Perjalananan
Lahir pada masa perang yang sulit, TTS menjadi obat pelipur lara masyarakat kala itu. Tepatnya pada 21 Desember 1913, hadir sebuah teka-teki yang disusun dalam kotak-kotak mendatar dan menurun yang dimuat koran New York World. Pada masa Perang Dunia I itulah Arthur Wynne, seorang jurnalis, membuat TTS pertama untuk mengisi salah satu kolom yang kemudian bernama ”FUN’s Word-Cross Puzzle”.
Beberapa minggu kemudian, nama tersebut diubah menjadi ”cross-word” yang di Indonesia dikenal sebagai TTS. Bentuk TTS yang pertama itu pun berbeda dari TTS yang kini dikenal luas. TTS itu berbentuk ketupat yang bolong di tengah dan tanpa satu pun kotak hitam.
Kehadiran disambut antusias oleh para pembaca dan melahirkan suatu hobi permainan baru. Pada 1924, Richard Simon dan M Lincoln Schuster, pemilik percetakan di New York, menerbitkan buku TTS dengan hadiah sebatang pensil di dalamnya. Hasilnya, edisi pertama buku TTS itu laku sebanyak 3.600 kopi.
Tak cukup sampai di situ, TTS nyatanya juga dimanfaatkan dalam strategi pada masa Perang Dunia II. TTS sempat digunakan sebagai tes perekrutan agen rahasia Inggris. Melalui TTS, dapat terkumpul para agen rahasia terbaik yang sukses memecahkan sandi militer Jerman dan menyelamatkan jutaan jiwa penduduk sipil.
Dalam masa-masa kejayaan TTS inilah koran-koran besar mulai memuat TTS dalam salah satu rubrik mereka. Dapat dikatakan, perkembangan TTS banyak disumbangkan oleh pembuat TTS asal Inggris daripada di Amerika yang menjadi basis pertama para penggemar TTS.
Salah satu buktinya, aturan khas TTS yang menyajikan kesinambungan antara jawaban mendatar dan menurun disumbangkan oleh AF Ritchie dan DS Macnutt. Bahkan, aturan TTS yang berlaku hingga saat ini pun dikenal sebagai ”British-stlye”.
Jika melihat portal berita daring internasional, hingga hari ini setidaknya The New York Times dan The Guardian masih menawarkan TTS dalam laman mereka kepada pelanggan setia.
Bahkan, jika diamati lagi, dalam kedua portal berita daring tersebut, dimuat pula artikel-artikel yang membahas pertanyaan atau jawaban seputar TTS di edisi sebelumnya. Artikel-artikel tersebut dikemas dalam bentuk trivia yang dapat menambah wawasan pembaca.
Barangkali, salah satu konten yang konsisten hingga hari ini dalam surat kabar ialah kolom teka-teki silang.
Tentu saja, bagi masyarakat yang kini sudah dimanjakan oleh beragam hiburan dan gim, TTS lamat-lamat kehilangan popularitasnya. Meski begitu, harian Kompas tetap konsisten menyuguhkan TTS di tiap edisi hari Minggu, beserta dengan sayembara dan pengumuman pemenang di minggu sebelumnya.
Pertama kali Kompas memuat TTS pada halaman 6 edisi Rabu, 17 Juli 1968. Di bagian akhir TTS terdapat ”Kupon TTS Kompas No 1” yang dapat dipotong pembaca yang ingin mengikuti sayembara TTS Kompas. Bentuknya kala itu berupa huruf ”X” yang diisi kotak-kotak hitam dan putih dan terdapat 31 pertanyaan.
Setelah kehadiran pertama pada pertengahan Juli 1968, Kompas memuat TTS tiap dua minggu sekali ditambah edisi di hari Minggu dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya. Begitu pula tiap kali edisi Hari Ulang Tahun Kompas, terdapat kolom TTS Jumbo dengan hadiah menarik bagi peserta sayembara.
Harian Kompas memiliki tradisi membuat TTS khusus tematik, mengikuti berbagai perayaan dan peringatan hari besar. Momentum seperti itu kerap menghadirkan TTS berbentuk unik yang menyodorkan lebih dari 200 pertanyaan. Di dalamnya, tentu terdapat sayembara yang dapat diikuti pembaca dengan berbagai hadiah menarik.
Hingga kini, selain memuat TTS dalam koran hari Minggu, Kompas juga menerbitkan TTS dalam bentuk aplikasi yang dapat diunduh melalui Play Store dan App Store. Aplikasi Kompas TTS pertama kali hadir pada 2012, berupa aplikasi TTS untuk telepon Blackberry. Kemudian, sempat bekerja sama dengan Nokia Indonesia untuk mengembangkan TTS di sistem operasi Windows Phone kala itu.
Berbeda dengan TTS Kompas Minggu yang menyodorkan TTS kelas berat berukuran 21 x 21 kotak jawaban, aplikasi Kompas TTS dirancang menjadi TTS berukuran 15 x 15 kotak jawaban. Ukuran itu dianggap paling nyaman dimainkan di layar telepon seluler ataupun tablet yang tak selebar kertas koran (Kompas, 22/2/2015). Dalam pantauan terakhir, soal-soal dalam aplikasi Kompas TTS selalu diperbarui tiap hari.
Bertahannya TTS, baik dalam bentuk cetak maupun digital, hingga saat ini tentu memiliki makna tersendiri. Artinya, TTS masih dipandang memiliki nilai penting sebagai suplemen dalam surat kabar. Bisa jadi, TTS turut ambil bagian dalam tradisi permainan dan surat kabar internasional. Di sinilah Kompas hadir sebagai surat kabar yang menjaga tradisi ini.
Eksis
Permainan TTS tidak hanya dinikmati sebagai hobi, melainkan juga sebagai kompetisi. Di tingkat internasional, sejak 1978, dimulai turnamen TTS tingkat dunia bernama American Crossword Puzzle Tournament yang diselenggarakan di Stamford, Amerika Serikat, tiap tahun. Untuk tahun ini kejuaraan tersebut terpaksa ditunda akibat pandemi dan, menurut rencana, akan diadakan pada 11-13 September 2020.
Layaknya sebuah hobi, TTS juga dapat menggerakkan terbentuknya perkumpulan atau komunitas tersendiri berdasarkan kegemaran yang sama. Di Indonesia, salah satu komunitas pencinta TTS yang cukup dikenal ialah Paguyuban Penggemar Teka-teki Silang Sulit (Pagar Langit) yang masih eksis di forum-forum media sosial mereka.
Paguyuban yang terbentuk sejak 15 Januari 2006 di Semarang ini sebagian besar anggotanya merupakan pelanggan setia Kompas dan kerap mencoba peruntungan ikut sayembara TTS.
Ada kisah unik mengenai salah satu penggemar TTS Kompas yang sempat terjangkit Covid-19 dan diisolasi di Ruang Isolasi RS Abdul Moeloek pada pertengahan Maret 2020. Selama menjalani perawatan, Amin Sutadi (64) kerap mengisi TTS Kompas yang dikirimkan oleh istri Gubernur Lampung, Riana Sari.
Baca juga: 55 Tahun Kompas, Kawan dalam Perubahan
Baginya, mengisi TTS dapat menjaga dirinya tetap gembira dan dengan begitu menguatkan imunitas dalam tubuhnya. Akhirnya, Sutadi dapat pulih dan pada awal April sudah dapat kembali ke rumah.
TTS menjadi permainan yang hingga saat ini belumlah punah. Kini, pada usianya yang menginjak ke-55 tahun, harian Kompas turut merawat budaya permainan ini dalam kolom TTS di edisi koran Minggu. Begitu pula dengan Penerbit Buku Kompas yang konsisten menerbitkan buku-buku berisi kumpulan TTS Kompas. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?