Media Sosial, Tak Sekadar Jaringan Pertemanan
Media sosial terus berevolusi. Keberadaannya multifungsi, tak sekadar menjalin relasi, tetapi juga menghasilkan keuntungan ekonomi, khususnya bagi penggunanya.
Media sosial terus berevolusi dari sisi jenis dan fungsi. Seiring perkembangan zaman, penggunaan media sosial semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun. Kini, media sosial menjadi kebutuhan masyarakat untuk menjalin relasi, sarana komunikasi publik, baik lembaga maupun perusahaan, berbisnis, bahkan membangun citra diri pengguna.
Pada akhir tahun 90-an, penyebaran internet dan komputer menjadi sarana komunikasi baru sehingga memberi inspirasi untuk membangun wadah antarmanusia saling terhubung dan mengekspresikan diri.
Sejak pengiriman kata ”login”, internet yang awalnya menghubungkan beberapa kampus di AS, kelak berubah menjadi jaringan global. Dalam kurun waktu 45 tahun, internet berevolusi sehingga menghubungkan jutaan komputer dengan beragam jenis konten, mulai dari data, musik, gambar, hingga berkas (file) video beresolusi dan kecepatan tinggi.
Pertumbuhan pengguna internet 175,4 juta di Indonesia hingga Januari 2020. Pengguna bertambah 25 juta (17 persen) antara 2019 dan 2020. Sementara penetrasinya di Indonesia mencapai 64 persen pada Januari 2020.
Perubahan komunikasi konvensional menjadi modern dan serba digital menjadikan semakin pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan kian pesat setelah internet mulai dapat diakses melalui telepon seluler.
Menurut laporan Hootsuite (We are Social), setidaknya ada 338,2 juta koneksi seluler di Indonesia pada Januari 2020. Jumlah koneksi seluler di Indonesia meningkat 15 juta (4,6 persen) antara Januari 2019 dan Januari 2020. Jumlah koneksi seluler di Indonesia pada Januari 2020 sudah setara dengan 124 persen dari total populasi.
Salah satu dampak pemanfaatan teknologi internet dalam aktivitas komunikasi manusia saat ini adalah munculnya berbagai macam platform media sosial. Aktivitas media sosial di Indonesia bertumbuh pesat karena didukung semakin meluasnya internet.
Pengguna media sosial di Indonesia, menurut Hootsuite (We are Social), telah mencapai 160 juta pengguna media sosial di Indonesia pada Januari 2020. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia meningkat 12 juta (8,1 persen) antara April 2019 dan Januari 2020. Penetrasi media sosial di Indonesia sebesar 59 persen pada Januari 2020.
Media sosial awalnya hanya digunakan untuk memungkinkan pengguna berhubungan dengan orang lain lewat perangkat lunak yang dalam komunitas virtual terbatas. Namun, kini media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana komunitas virtual untuk berinteraksi semata, tetapi juga digunakan sebagai saluran dalam bekerja.
Terbukti, persentase pengguna internet yang menggunakan media sosial untuk keperluan bekerja di Indonesia, menurut Hootsuite (We are Social), sebesar 65 persen.
Perkembangan
Embrio medsos bermula pada 1978 saat sistem papan buletin atau bulletin board system (BBS) ditemukan oleh Ward Christensen dan Randy Suess yang merupakan pencinta dunia komputer.
Sistem papan ini memungkinkan pengguna untuk berhubungan dengan orang lain memakai surat elektronik ataupun mengunggah dan mengunduh melalui perangkat lunak yang tersedia saat itu yang menjadi awal komunitas virtual dalam lingkup terbatas. Kala itu konektivitas internet berlangsung menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem.
Perubahan terjadi pada 1995 ketika situs GeoCities muncul. GeoCities melayani web hosting, kegunaannya untuk melayani penyewaan penyimpanan data situs web agar dapat diakses dari mana pun. GeoCities adalah tonggak awal lahirnya situs web lainnya.
Pada 1995, muncul situs Classmates.com yang merupakan situs jejaring sosial terbatas pada lingkungan orang-orang tertentu saja. Dua tahun kemudian situs Sixdegree.com lahir. Situs ini dinilai sebagai kelahiran dari sistem jejaring sosial pertama karena lebih menawarkan sebuah situs jejaring sosial ketimbang Classmates.com. Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman, dan mengirim pesan.
Pada 1998, Google muncul sebagai mesin pencari utama di internet dan memunculkan tampilan indeks. Laju perkembangan jejaring sosial begitu evolutif. Tahun 1999 muncul situs yang dapat digunakan untuk membuat blog pribadi, yaitu blogger.
Situs ini memberi peluang kepada penggunanya untuk dapat membuat halaman situs sendiri sehingga pengguna blogger bisa memuat halaman blognya dengan berbagai informasi, seperti pengalaman pribadi dan ide, kritik, serta pendapatnya mengenai topik persoalan yang sedang hangat.
Kemudian 2001, Wikipedia, ensiklopedia daring, dan wiki terbesar di dunia muncul. Berikutnya pada 2002, muncul Friendster sebagai situs anak muda pertama yang semula disediakan untuk tempat pencarian jodoh.
Konektivitas dalam jaringan maya menjadi awal untuk kemudian dapat disusul dengan temu darat. Oleh karena itu, situs ini lebih diminati anak muda untuk saling berkenalan. Friendster mengalami booming dan kehadirannya begitu fenomenal.
Dalam waktu singkat bermunculan situs sosial interaktif lain menyusul Friendster. Sejak 2003, terus bermunculan berbagai media sosial dengan berbagai keunggulan, keunikan, karakteristik, dan segmentasi yang beragam. LinkedIn yang lahir pada 2003 bermanfaat untuk bertukar informasi mengenai pekerjaan atau mencari pekerjaan.
Tahun 2003 lahir pula MySpace. Kemudahan dalam penggunaan ditawarkan oleh MySpace sehingga situs jejaring sosial ini bisa dikatakan begitu mudah digunakan. Hingga akhir tahun 2005, Friendster dan MySpace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati.
Tahun 2004, muncul Flickr yang memberi ruang para penggunanya mengunggah foto dan video. Pada tahun-tahun selanjutnya muncul Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya.
Fungsi meluas
Munculnya beragam media sosial dengan jenis dan karakteristik tertentu tidak hanya menjadi wadah untuk saling terhubung antarindividu dan kelompok. Media sosial, baik berupa blog, microblogging, jejaring sosial, dan layanan berbagi media (media sharing) kemudian digunakan dengan berbagai fungsi yang kian luas oleh penggunanya dalam berbagai bentuk pekerjaan.
Blog yang cenderung merupakan jurnal pribadi di internet digunakan untuk berbagi catatan atau pandangan penggunanya tentang beragam hal. Penggunanya lazim disebut sebagai narablog (blogger). Blog kemudian berkembang sebagai saluran pemasaran untuk mengedukasi sasaran pasar tentang topik tertentu atau keunggulan produk atau jasa yang ditawarkan atau memperkuat SEO atau relasi brand dengan topik tertentu.
Penggunaan blog tidak hanya terbatas oleh pebisnis, tetapi juga dimanfaatkan oleh politisi untuk membangun citra diri dengan membagikan pemikiran, ide, dan profil diri.
Layanan jejaring sosial merupakan jenis layanan yang fokus pada terbangunnya jejaring di antara penggunanya untuk saling berbagi pesan, informasi, foto, atau video. Model relasi antar-pengguna yang lumrah berbentuk pertemanan dengan cara saling Add atau Connect, seperti Facebook dan Lindkedin.
Media sosial berupa layanan jejaring sosial tidak lagi sekadar untuk meluaskan pertemanan, tetapi sudah lazim digunakan untuk pemasaran produk yang berfungsi sebagai kanal konten (channel content) yang memuat berbagai bentuk informasi dari merek, mulai dari konten edukasi, penawaran promosi, informasi acara, hingga membuka topik diskusi dengan pengguna lain pada kanal ini. Jejaring sosial seperti Linkedin bahkan menjadi rujukan pencarian pekerjaan baru bagi penggunanya.
Sementara itu, layanan blog mikro (microblogging) memiliki ciri khas yang lebih ringkas. Meski memiliki kegunaan serupa dengan jejaring sosial, bentuk yang ringkas memengaruhi alur interaksi sehingga menjadi lebih cepat.
Salah satu contoh yang paling dikenal luas adalah Twitter. Twitter kini tidak hanya digunakan untuk berbagi informasi, tetapi juga dipergunakan sebagai saluran pengumpulan pendapat massa lewat penggunaan tagar.
Tagar-tagar yang menjadi topik tren (trending topic) dapat digunakan untuk menganalisis kecenderungan suara warganet soal isu-isu tertentu terkait kebijakan pemerintah, pendapat politisi, ahli, dan peristiwa yang sedang popular di masyarakat.
Pada kegiatan pemasaran, microblogging banyak dioptimalkan sebagai saluran untuk berinteraksi dengan cepat dengan audiens yang disasar hingga berbagi informasi ringkas yang penting diketahui konsumen atau pengguna lain di saluran terkait. Misalnya, dipergunakan untuk menangani keluhan atau pertanyaan konsumen atau pelanggan.
Layanan berbagi media (media sharing), seperti YouTube, Soundcloud, Instagram, dan Flikr, kian berkembang. Media sosial jenis ini memiliki fokus utama untuk berbagi konten media, seperti foto, audio, ataupun video.
Pebisnis banyak menggunakan media sosial jenis ini untuk berbagi konten-konten yang kuat secara visual, seperti foto produk, kegiatan brand, sampai konten seperti infografik atau video.
Youtube bahkan berhasil menjadi platform daring paling banyak dipergunakan saat ini. Youtube tidak hanya digunakan oleh para pencipta konten untuk berbagi ilmu, peristiwa, keterampilan, lagu, film, edukasi, dan lainnya, tetapi juga menjadi media sosial yang dipilih oleh saluran televisi untuk meraih audiens yang lebih besar lewat streaming acara-acara televisi. Tidak hanya itu, bahkan Youtube menjadi saluran yang dipilih warga dunia untuk mengikuti ibadah secara streaming saat pandemi Covid-19 mulai melanda.
Sementara Instagram kian dilirik oleh usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk mempromosikan dan menjual produk usahanya secara daring untuk mendukung penjualan produk di e-dagang (e-commerce).
Ada pula media sosial dengan jenis layanan kolaborasi, seperti Wikipedia yang memberi kesempatan penggunanya untuk berkolaborasi dalam memuat, menyunting, atau mengoreksi konten. Wikipedia juga kian banyak digunakan untuk membangun koneksi dengan para kontributor pada layanan ini untuk menyajikan data dan informasi yang tepat jika menyangkut brand terkait, khususnya jika konten yang tersaji spesifik mengenai brand tersebut.
Penggunaan media sosial dalam berbagai fungsi yang kian luas pada waktu bersamaan mendatangkan keuntungan bagi pemilik platform lewat pendapatan iklan.
Di sisi lain juga menguntungkan pengguna dalam berbagai peran, pekerjaan, dan bisnis yang dijalankan. Ini menjadi bukti media sosial dapat menjadi saluran yang bermanfaat, bahkan menghasilkan keuntungan secara ekonomi, asal digunakan secara bertanggung jawab. (LITBANG KOMPAS)