”Dalan Anyar” Didi Kempot
Didi Kempot telah memasuki jalan baru dengan kematiannya. Akan tetapi, lewat kematiannya, terbuka pula jalan baru bagi perkembangan industri kreatif di Indonesia.
Satu tahun terakhir, musisi Didi Kempot menjadi fenomena baru karena viral sebagai idola baru lintas generasi dan lintas budaya, bahkan merambah segmen anak muda.
Didi, yang sebelumnya lebih dikenal di kalangan pengguna bahasa Jawa, semakin dikenal publik lintas budaya. Lagu-lagunya yang berbahasa Jawa dan kental dengan nuansa patah hati menjadi akrab di telinga masyarakat umum.
Berbagai segmen masyarakat mulai mendengarkan lagu-lagunya, entah melalui siaran radio, streaming di internet, hingga mengunduh lewat media digital. Di jagat maya, ketertarikan publik terhadap sosok sang musisi juga dapat dipantau lewat Google Trends.
Melalui Google Trends dapat dilihat minat masyarakat dalam mencari informasi tentang Didi Kempot. Berbagai isu terkait dengan Didi Kempot dianalisis dalam rentang waktu 12 bulan terakhir, yakni sejak Mei 2019 hingga Mei 2020.
Pengambilan data dilakukan pada 5 Mei 2020 bertepatan dengan wafatnya sang musisi. Teknik pencarian dilakukan memasukkan kata kunci ”Didi Kempot”. Data Google Trends mencatat, terdapat dua puncak detak pencarian ”Didi Kempot” dalam 12 bulan terakhir. Puncak detak pencarian terjadi pada 29 September 2019 dan 13 Desember 2019.
Dua momen tersebut bersamaan dengan konser yang digelar Didi Kempot. Pada 29 September 2019 digelar konser di Jakarta. Sementara pada 13 Desember 2019 Didi Kempot tampil menyanyi di Surabaya.
Mencari konser
Tren pencarian informasi Didi Kempot juga terekam masif pada periode Juli 2019, Agustus 2019, September 2019, Desember 2019, dan Maret 2020.
Pada 14 Juli 2019, tren pencarian informasi Didi Kempot naik seiring viralnya video wawancara Didi Kempot bersama Gofar Hilman dalam acara Ngobrol Bareng Musisi. Tren pencarian informasi berikutnya bersamaan dengan digelarnya konser Didi Kempot ”The Godfather of Broken Hearth” di Pantai Langoon Ancol pada 10 Agustus 2019.
Konser merupakan momen yang ditunggu-tunggu publik, terutama penggemarnya. Saat ada konser, saat itu juga publik mencari informasi di mesin pencari Google.
Aksi-aksi panggung Didi Kempot, terutama dengan mengajak para penggemar untuk bernyanyi bersama, membentuk kesan ”ambyar” di hati penggemarnya. Ditambah kekuatan lirik lagunya yang juga ”ambyar”, minat publik untuk memburu informasi seputar konsernya semakin meningkat.
Fenomena tersebut diperlihatkan dari tiga titik meningkatnya pencarian Didi Kempot. Semuanya tentang konser dan dendang lagu sang seniman.
Masing-masing adalah ”Konangan Concert” di Live Space SCBD, Jakarta Selatan, pada 20 September 2019 dan showcase ”The Lord of Loro Ati” di The Pallas SCBD, Jakarta Selatan, pada 6 Desember 2019.
Popularitas pencarian Didi Kempot yang terakhir terkait dengan publikasi rencana Konser 30 Tahun Berkarya Didi Kempot ”Ambyar Tak Jogeti” di GBK, Jakarta pada 10 Maret 2020.
Musik digital
Sekalipun sudah berpulang, popularitas Didi Kempot masih terus berlanjut. Hal ini dapat dilihat dari ketertarikan masyarakat dalam menikmati dan mengunduh lagu-lagunya di media sosial, seperti Youtube dan Spotify. Dari akun Youtube Didi Kempot Official Channel yang diakses pada 5 Mei 2020, sejumlah lagu menjadi favorit masyarakat.
Sejak 2016, akun Didi Kempot Official Channel di YouTube banyak menampilkan beberapa lagu hits seperti ”Banyu Langit”, ”Pamer Bojo”, dan ”Suket Teki”. Hingga tiga tahun berikutnya, muncul lagu-lagu yang tidak kalah populer seperti ”Cidro”, ”Tatu”, dan ”Ambyar”.
Jauh sebelum tahun 2016, sebenarnya sudah muncul beberapa lagu yang kondang di tengah masyarakat, seperti ”Layang Kangen”, ”Stasiun Balapan”, ”Sewu Kutho”, dan ”Sekonyong-konyong Koder”.
Lagu paling banyak diakses melalui Youtube adalah ”Banyu Langit”. Lagu yang dirilis tahun 2016 dan diunggah di Youtube pada 2017 tersebut itonton 43,95 juta pengunjung per 5 Mei 2020. Lagu-lagu lain yang digemari adalah ”Tatu” dan ”Cidro”.
Videoklip ”Tatu” ditonton oleh 24,2 juta penikmat musik di Youtube selama empat bulan sejak diunggah pada 29 Januari 2020 . Videoklip ”Cidro” ditonton oleh 20,9 juta viewer per 5 Mei 2020 dalam 10 bulan. Ada pula videoklip ”Pamer Bojo” yang mulai diunggah pada 2018. Lagu tersebut juga masuk deretan lagu terpopuler di Youtube dengan penonton sebanyak 18,91 juta kali.
Bukan hanya di Youtube, lagu ”Pamer Bojo” tersebut juga populer di Spotify. Bahkan, lagu itu paling banyak didengarkan, yaitu oleh 7,12 juta pendengar. Demikian pula dengan lagu ”Banyu Langit” dan ”Cidro”. Selain ketiga lagu tersebut, pendengar Spotify juga banyak mengakses lagu ”Suket Teki” dan ”Layang Kangen”.
Viral
Tidak semua lagu yang banyak diakses di Youtube dan Spotify adalah karya baru. Beberapa tembang merupakan karya lama, seperti lagu ”Cidro”. Lagu tersebut merupakan garapan awal Didi Kempot yang dibuat pada 1989. Selain ”Cidro”, album perdananya juga berisi lagu ”We Cen Yu” alias Kowe Pancen Ayu dan ”Moblong-moblong”.
Berawal dari rekaman, Didi Kempot kemudian dikenal luas masyarakat. Di awal munculnya, Didi Kempot lebih dahulu kondang di luar negeri. Arsip harian Kompas mengungkap jejak pemberitaan perdana tentang Didi Kempot pada 10 Agustus 1999. Sang penyanyi keroncong pop tersebut sangat populer bagi warga etnis Jawa di Suriname dan Belanda.
Kepopulerannya disebutkan menyamai posisi Waldjinah, Mus Mulyadi, dan penyanyi Jawa lain yang pernah melawat ke sana. Setiap album yang diproduksi selalu mendapat sambutan hangat. Demikian pula dengan setiap penampilannya.
Lagu paling banyak diakses melalui Youtube adalah ’Banyu Langit’.
Salah satu lagu ciptaan Didi Kempot, ”Angin Paramaribo”, menjadi semacam lagu nasional di Suriname. Popularitasnya membuat Presiden Suriname Weyden Bosch pada 1996 menganugerahi Didi Kempot medali emas.
Penghargaan lain diterimanya sebagai Penyanyi Jawa Teladan dari masyarakat Jawa di Amsterdam, Belanda, pada 1997. Di dalam negeri, Didi Kempot baru dikenal luas seputar tahun 2000 dengan lagunya yang berjudul ”Stasiun Balapan”.
Lagu-lagunya kian digandrungi masyarakat terutama anak muda setelah viral video saat ia tampil di Taman Balekambang, Solo, Juni 2019. Satu bulan berselang dari penampilan di Balekambang, viral video Didi Kempot saat manggung di acara Ngobam atau Ngobrol Bareng Musisi di kanal Youtube Gofar Hilman, Juli 2019.
Meninggalnya Didi Kempot pada 5 Mei 2020 membuat sosoknya menjadi perbincangan warganet. Kata kunci ”Didi Kempot” dan #SobatAmbyarBerduka menjadi topik trending di Twitter Indonesia.
Ekonomi kreatif
Popularitas seorang musisi dapat dilihat dari minimal dua hal, ramainya konser dan banyaknya akses terhadap lagu-lagunya di media digital. Berpulangnya Didi Kempot membuat konser yang selalu dicari penggemarnya menjadi tidak ada lagi. Namun, perkembangan teknologi dan digital membuat kreativitas Didi Kempot dan kenangan akan konsernya tetap dapat dinikmati.
Karya-karyanya masih terus dapat dinikmati publik melalui media digital seperti Youtube dan Spotify. Sebagai bagian dari ekosistem ekonomi kreatif, karya musik Didi Kempot masih bernilai tinggi.
Tiga hari setelah meninggalnya Didi Kempot, viewer lagu ”Banyu Langit” di Youtube terus bertambah. Pada 8 Mei 2020, lagu ini telah ditonton oleh 44,85 juta pengunjung. Demikian pula dengan lagu ”Cidro” dan ”Pamer Bojo”.
Nilai tinggi lagu-lagu tersebut bukan hanya dari penambahan unduhan. Karya-karya Didi Kempot juga dapat dinyanyikan oleh orang lain. Popularitasnya juga tidak kalah dengan penyanyi aslinya. Seperti saat dinyanyikan Jodilee Warwick, lagu ”Banyu Langit” mampu menarik 4,38 juta penonton di YouTube.
Sebagaimana ”Banyu Langit”, lagu ”Pamer Bojo” juga mampu menyedot perhatian penonton Youtube saat dinyanyikan penyanyi lain. Saat dinyanyikan oleh Tiara di ajang pencarian talenta berbakat Indonesia Idol 2020, lagu ini telah ditonton 26,6 juta kali di akun Youtube Indonesian Idol.
Karya-karya kreatif dari musisi-musisi seperti Didi Kempot menjadi kontribusi nyata bagi perkembangan industri musik Tanah Air. Dalam ekosistem teknologi digital, kreativitas musik Didi Kempot menemukan jalan baru atau dalan anyar.
Teknologi digital membuat karya-karya kreatifnya terus dapat menghibur masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu, musiknya dapat menjadi inspirasi penyanyi-penyanyi muda untuk berkarya menciptakan lagu-lagu baru.
Media sosial dapat dimanfaatkan oleh ”pengamen-pengamen digital” untuk memperkenalkan karya musiknya. Setiap bulan, ada lebih dari 2 miliar orang menggunakan Youtube di seluruh dunia. Tentu saja ini merupakan potensi meraup penonton.
Sebagaimana kolaborasi Didi Kempot dengan Gofar Hilman di media sosial, kerja sama dengan berbagai pihak di kanal digital dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan karya-karya musik seniman-seniman muda.
Harapannya dapat muncul musisi-musisi lain seperti Didi Kempot dengan banyak karya lagu yang mendapat sambutan hangat di masyarakat. Kehadiran seniman-seniman tersebut menjadi tanda kemajuan musik Indonesia.
Baca juga : Taylor Swift dan Lahirnya Kembali Industri Musik Dunia
Sedikit banyak, karya-karya musik juga dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi negara. Kontribusi musik terhadap produk domestik bruto (PDB) masih perlu dikembangkan. Dari total PDB ekonomi kreatif pada tahun 2017 yang senilai Rp 989 triliun, subsektor musik menyumbang Rp 4,89 triliun atau sebesar 0,49 persen dari PDB ekonomi kreatif.
Karya-karya Didi Kempot dapat menjadi inspirasi jalan baru bagi musisi-musisi lain untuk terus kreatif menghibur masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi bagi negaranya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?