Peta Perdagangan Sesudah China Terdampak Covid-19
Wabah Covid-19 akan mengakibatkan China kehilangan Jepang sebagai mitra dagang terbesarnya. ”Negeri Sakura” itu memutuskan mengalihkan sebagian manufakturnya ke Asia Tenggara.
Wabah Covid-19 akan mengakibatkan China kehilangan Jepang sebagai mitra dagang terbesarnya. ”Negeri Sakura” itu memutuskan mengalihkan sebagian manufakturnya ke Asia Tenggara. Kondisi ini akan mengubah peta perdagangan global, termasuk di ASEAN dan Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Jepang memutuskan pengalihan korporasi multinasional mereka keluar dari China. Jepang menggelontorkan stimulus ekonomi senilai lebih kurang 2 miliar dollar AS bagi perusahaan yang mengalihkan produksi dari China kembali ke Jepang dan 0,2 miliar dollar AS untuk perusahaan yang mengalihkan produksi ke negara lain.
Salah satu sasaran tujuan investasi Jepang adalah Asia Tenggara. Pemerintah Jepang sebelumnya telah menimbang pentingnya mengurangi ketergantungan kepada China sebagai basis manufaktur dengan mengalihkan sebagian produk barang ke kawasan Asia Tenggara (Kontan, 13/4/2020). Keputusan Jepang itu berdampak penting terhadap perdagangan internasional.
Kondisi ini akan mengubah peta perdagangan global, termasuk di ASEAN dan Indonesia.
Dalam rantai pasokan global, Jepang adalah salah satu negara pemegang posisi kunci perdagangan internasional. Data Harvard’s Growth Lab yang dipublikasikan World Economic Forum pada 2 Desember 2019 menggambarkan pentingnya posisi Jepang dalam kancah perdagangan global. Universitas Harvard menyusun Economic Complexity Index (ECI) pada perdagangan di 133 negara.
Peringkat ECI menggambarkan kompleksitas sebuah negara berdasarkan keanekaragaman barang yang diekspor. Peringkat teratas merujuk pada pemeringkatan ECI tersebut ditempati Jepang. Negara ini tercatat paling unggul dalam hal ekspor berteknologi tinggi di berbagai lini industri. Jepang juga tercatat konsisten berada di urutan teratas peringkat ECI sejak indeks tersebut dipublikasikan Universitas Harvard tahun 1997.
Baca juga: Tantangan Maskapai Dunia Hadapi Pandemi Covid-19
Posisi China
Masih merujuk pada ECI, China juga tercatat sebagai salah satu negara besar dalam kancah perdagangan global. Peringkat ECI menempatkan China dalam 20 besar dunia, tepatnya di peringkat ke-19. Sementara data World Integrated Trade Solution (WITS) Bank Dunia 2018 menunjukkan, China juga mitra dagang terpenting bagi Jepang.
Tujuan ekspor Jepang terbesar adalah China. Impor Jepang paling banyak juga berasal dari China. Sebaliknya bagi China, Jepang urutan ketiga untuk negara tujuan ekspor. Sementara posisi impor produk dari Jepang yang masuk ke China berada di peringkat kedua.
China menjadi rantai pasokan penting perdagangan Jepang dalam sejumlah komoditas berteknologi tinggi. Komoditas tersebut, antara lain, suku cadang mobil, komponen elektronik, dan produk telepon seluler. Sebagai gambaran, data WITS Bank Dunia mencatat nilai ekspor dari China ke Jepang sebesar 144,05 miliar dollar AS pada tahun 2018.
Sementara itu, pada tahun yang sama, impor China dari Jepang 173,61 miliar dollar AS. Total perdagangan dari dua negara raksasa ekonomi ini saja sebesar 317,66 miliar dollar AS, setara 86 persen total perdagangan Indonesia.
Baca juga: Mesin Pabrik di China Kembali Menderu
Kondisi ASEAN
Jepang juga memiliki keterkaitan perdagangan yang kuat di kawasan Asia Tenggara. Dalam konteks kawasan negara- negara yang terhimpun dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), ada lima dari 10 negara yang memiliki rantai perdagangan kuat dengan Jepang.
Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Indonesia adalah 20 besar mitra dagang utama Jepang. Lebih terinci, data WITS tahun 2018 menunjukkan, Thailand, Singapura, dan Vietnam berada di peringkat 10 besar dilihat dari besarnya nilai ekspor ketiga negara tersebut ke Jepang. Dalam konteks yang sama, Indonesia dan Malaysia masuk di peringkat 15 besar. Adapun Thailand dan Indonesia juga masuk dalam peringkat tujuan 10 besar negara yang mengimpor produk dari Jepang.
Sementara itu, Vietnam dan Malaysia masuk dalam peringkat 15 besar dan Singapura masuk dalam peringkat 20 besar negara yang juga mengimpor produk-produk Jepang. Total nilai ekspor kelima negara ASEAN tersebut ke Jepang tahun 2018 tercatat 101,85 miliar dollar AS. Pada tahun yang sama, nilai impor kelima negara ASEAN dari Jepang tercatat 96,4 miliar dollar AS.
Baca juga: Ekonomi China Menggeliat
Besaran ekspor dan impor kelima negara ASEAN ini menjadi penting bagi Jepang jika disandingkan dengan kinerja perdagangan antara Jepang dan China. Nilai ekspor kelima negara ASEAN tercatat 71 persen dari total ekspor China ke Jepang senilai 144,05 miliar dollar AS. Sementara besaran impor kelima negara ASEAN mencapai 55 persen dari total impor China dari Jepang senilai 173,61 miliar dollar AS.
Faktor Covid-19
Namun, lima negara ASEAN tersebut menangkap peluang perdagangan dengan Jepang bergantung pula pada keberhasilan setiap negara menanggulangi wabah Covid-19. Dalam konteks tersebut, Vietnam yang mencatat angka kasus positif Covid-19 hanya 268 orang dengan nol kasus kematian boleh jadi berpeluang paling besar, disusul Malaysia yang berhasil menunjukkan angka kesembuhan tertinggi Covid-19 di ASEAN.
Sementara itu, Singapura, Thailand, dan Indonesia kini masih harus berupaya lebih keras mengatasi wabah Covid-19. Merujuk data Johns Hopkins, 22 April 2020, terdapat 9.125 kasus positif Covid-19 di Singapura. Hingga 21 April 2020, Singapura masih mencatat angka 569 imported cases (kasus dari luar) Covid-19 setelah terjadi peningkatan mendadak penyakit tersebut di kalangan pekerja migran.
Baca juga: Menyelamatkan Ekonomi yang Lumpuh karena Covid-19
Pada Sabtu lalu, Singapura melaporkan 942 kasus baru Covid-19, terbilang sangat tinggi untuk negara yang hanya seluas 700 kilometer persegi dengan total penduduk 5,7 juta jiwa. Upaya Thailand mengatasi wabah Covid-19 juga terbilang lama. Thailand tercatat sebagai negara pertama yang melaporkan kasus Covid-19 di luar China, yaitu tanggal 13 Januari 2020.
Sampai 22 April 2020, atau tiga bulan sesudahnya, Thailand masih menghadapi penambahan kasus baru Covid-19 walaupun tidak ada kenaikan korban jiwa. Hingga 22 April 2020, total ada 2.826 kasus positif dengan 49 kematian akibat Covid-19 di Thailand.
Indonesia hingga kini berada dalam kondisi yang lebih sulit dari Thailand. Sejauh ini Indonesia masih menghadapi penambahan kasus baru dengan angka kematian akibat Covid-19 yang terus meningkat. Sampai dengan 22 April 2020, Indonesia mencatat 7.135 kasus positif dan 616 kematian akibat Covid-19.
Indonesia sebenarnya tetap berpeluang mendongkrak perekonomian walau tidak bermitra langsung dengan Jepang. Posisi perdagangan Indonesia dengan Vietnam dan Malaysia sebagai negara yang relatif sukses menangani wabah Covid-19 sejauh ini masih tercatat baik.
Adapun Indonesia hingga kini berada dalam kondisi yang lebih sulit dari Thailand.
Sepanjang tahun 2015-2019, total perdagangan Indonesia dengan Vietnam rata-rata tumbuh 11,3 persen per tahun. Adapun total perdagangan Indonesia dengan Malaysia juga tumbuh rata-rata 1,68 persen sepanjang periode yang sama. Sangat disayangkan jika peluang tersebut tidak diimbangi keseriusan Indonesia memerangi wabah Covid-19.
Bagaimanapun kesuksesan menangani wabah menjadi salah satu kunci untuk masuk dalam peta perdagangan dengan Jepang sebagai salah satu negara maju, baik secara langsung maupun tidak langsung. (LITBANG KOMPAS)