Konsep transportasi di ibu kota negara baru di wilayah Kaltim merupakan konsep yang ideal untuk pengembangan transportasi perkotaan. Proses implementasinya menjadi tantangan di tengah keterbatasan.
Oleh
M Puteri Rosalina
·5 menit baca
Sistem transportasi di ibu kota negara (IKN) yang baru disiapkan menjadi transportasi yang terintegrasi dan berkelanjutan. Terintegrasi antarmoda transportasi yang menghubungkan antara IKN dan wilayah sekitarnya, serta transportasi ramah lingkungan. Namun, konsep ideal itu masih membutuhkan langkah panjang.
Balitbang Kementerian Perhubungan mengusulkan konsep transportasi di IKN berupa transportasi ramah lingkungan. Bentuknya, dengan memprioritaskan angkutan umum, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dan menggalakkan kendaraan ramah lingkungan, seperti sepeda dan kendaraan listrik.
Guna menunjang itu, konsep perkotaan yang dikembangkan adalah compact city yang akan meminimalkan perjalanan. Konsep compact city, menurut penelitian ”Penanganan Masalah Permukiman Perkotaan Melalui Penerapan Konsep Kota Kompak dan Transit Oriented Development” (tim UGM), yaitu lahan-lahan di perkotaan akan dimanfaatkan seefisien mungkin menjadi permukiman berkepadatan tinggi dengan berbagai macam fungsi perkotaan.
Misalnya, pusat permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, yang dilengkapi dengan sekolah serta fasilitas kesehatan. Konsep tersebut akan mengurangi mobilitas di dalam satu kota dan mendorong orang berjalan kaki serta bersepeda dalam satu pusat kegiatan. Kementerian Perhubungan menargetkan 80 persen orang di kawasan IKN akan berjalan kaki 10 menit menuju transportasi umum.
Kota dirancang berbentuk radial dengan kawasan inti pusat pemerintahan IKN. Ring kedua tak lain kawasan IKN dan ring ketiga (terluar), yakni kawasan perluasan ibu kota negara. Antarring radial terhubung dengan jalur kereta ringan (LRT), bus listrik ataupun autonomous rail transit (ART). Di IKN, jarak sejauh 20 kilometer diharapkan bisa ditempuh maksimal dalam 30 menit.
Selain transportasi darat, pengangkutan orang dan barang juga diharapkan menggunakan transportasi sungai, dengan memanfaatkan tiga dermaga yang ada. Transportasi sungai menghubungkan wilayah IKN yang berdekatan dengan Teluk Balikpapan dan wilayah Balikpapan.
Konsep tersebut, menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dalam ”Dialog Indonesia Merajut Konektivitas Negara” akhir Februari 2020, akan menjadi contoh bagi kota-kota lain. Banyak hal yang bisa diadopsi dari wilayah IKN jika nantinya konsep yang ideal dan futuristik itu terwujud.
Kini, akses transportasi menuju calon wilayah IKN dari Balikpapan, Kaltim, bisa melalui dua jalur, yakni darat dan laut. Tim Kompas, November 2019, menyusuri langsung jalur darat sepanjang 79 kilometer ini selama dua jam. Jalur darat menuju Kecamatan Sepaku, selalu akan melalui simpang Semboja-Sepaku di Km 38, selanjutnya melewati kawasan Tahura Bukit Soeharto dan kawasan eks transmigrasi di Kecamatan Sepaku.
Kondisi jalan dari simpang Km 38 menuju Sepaku jauh dari mulus. Kecepatan kendaraan pun hanya bisa berkisar 40 km/jam sepanjang 19 kilometer. Setelah memasuki kawasan eks transmigrasi Kecamatan Sepaku, jalan mulai berbeton selebar sekitar 7 meter. Sampai di pusat Kecamatan Sepaku pun belum semuanya jalan dibeton dan kondisi tetap jalan aspal berlubang.
Itu baru gambaran kecil kondisi jalan dari Balikpapan menuju Sepaku. Bagaimana dengan kondisi jalan di Kecamatan Sepaku yang nantinya menjadi wilayah IKN? Data BPS 2019 mencatat, dari 200,5 kilometer jalan di Sepaku, hanya 89,6 kilometer (45 persen) dalam kondisi baik. Sisanya dalam kondisi sedang, rusak ringan dan rusak berat. Jalan yang diaspal di Kecamatan Sepaku pun hanya 31 persen. Sisanya berupa jalan kerikil dan tanah.
Kondisi ini menjadi tantangan awal saat nantinya akan membuat jalan dengan konsep radial (memutar menuju inti pemerintahan di Kecamatan Sepaku). Kondisi jalan di kecamatan lain pun tidak semua baik. Seperti di Kecamatan Penajam sebagai ibu kota kabupaten, hanya 38 persen dalam kondisi baik. Juga dengan dua kecamatan lain, seperti Waru dan Babulu, yang cuma 19,3 persen dan 40,2 persen dalam kondisi baik.
Transportasi darat
Setelah akses jalan, yang perlu dipikirkan adalah tantangan mengadakan moda transportasi publik. Selama ini di Penajam Paser Utara hanya ada angkutan umum berupa angkot dalam jumlah minim. Itu pun terbanyak di Kecamatan Waru (53 unit). Adapun di Kecamatan Sepaku hanya 19 unit, plus tambahan 1 bus umum. Bus ini, menurut keterangan warga Sepaku, hanya melayani rute Sepaku-Balikpapan dengan frekuensi satu kali sehari.
Moda transportasi yang digunakan warga Sepaku adalah kendaraan pribadi berupa mobil atau sepeda motor. Bahkan, sebelum jalan akses Semboja-Sepaku dibuat, warga naik perahu klotok dari dermaga-dermaga kecil di tiap desa. Waktu perjalanan yang ditempuh dari Sepaku-Balikpapan mencapai 6 jam.
Sementara itu, dari paparan Kemenhub mengenai ”Smart and Eco Friendly Transportation System”, pada 2019-2020 akan ada pergerakan dari tenaga ahli dan tenaga terampil sejumlah 60.000 orang, plus pergerakan ikutannya sekitar 300.000 orang.
Pergerakan pada tahap pertama tersebut berarti belum bisa difasilitasi dengan moda transportasi. Bagaimana layanan moda transportasi selama 2019-2022? Bisa jadi, jasa sewa mobil ataupun angkutan daring yang lebih berperan. Ini harus diantisipasi mengingat ke depannya, transportasi di IKN akan banyak menggunakan angkutan umum dan kendaraan ramah lingkungan.
Rencana menggunakan angkutan massal berbasis rel seperti MRT dan LRT pun ideal. Namun, bagaimana dengan rencana pembangunan jalur kereta di Kalimantan yang sampai sekarang masih tertunda. Pembangunan tidak dilanjutkan karena harga batubara belum stabil, padahal salah satu tujuan pembangunan jalur kereta yaitu untuk mengangkut batubara.
Transportasi air
Angkutan air dipilih sebagai alternatif selain transportasi darat pada tahap awal. Jika memanfaatkan jalur perairan kombinasi dengan jalan raya memakan waktu sekitar 1,5 jam. Perjalanan bisa menggunakan speedboat atau kapal klotok. Alternatif lainnya adalah feri dengan waktu tempuh 2-3 jam.
Namun, itu pun baru sampai ke wilayah Kecamatan Penajam. Perjalanan harus disambung kembali menggunakan mobil sewa ataupun ojek. Jarak dua kecamatan tersebut sekitar 50 kilometer yang bisa ditempuh sekitar satu jam. Pemanfaatan transportasi air ini pun harus dikaji lebih dalam sebagai angkutan penumpang.
Djoko Setijawarno dalam diskusi mengenai transportasi di ibu kota baru yang diselenggarakan Instran, Desember 2019, menyarankan agar transportasi air bisa dimanfaatkan untuk mengangkut kebutuhan logistik bahan bangunan dan lain-lain semasa pembangunan fisik ibu kota negara.
Konsep transportasi di ibu kota negara baru di wilayah Kaltim merupakan konsep yang ideal untuk pengembangan transportasi perkotaan. Proses implementasinya menjadi tantangan di tengah keterbatasan sistem transportasi di wilayah tersebut saat ini. (LITBANG KOMPAS)