Yoga menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menemukan kedalaman spiritualitas. Artikulasi tersebut umumnya ditemukan pada masyarakat kelas menengah di wilayah urban.
Oleh
Arita Nugraheni
·5 menit baca
Yoga menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menemukan kedalaman spiritualitas. Artikulasi tersebut umumnya ditemukan pada masyarakat kelas menengah di wilayah urban. Yoga yang sejatinya merupakan laku yang diajarkan secara sukarela antara guru dan murid kini beralih menjadi bisnis yang menjanjikan.
Sejauh penelusuran pada artikel Kompas dalam dua dekade terakhir, spiritualitas mulai dibicarakan dalam ranah gaya hidup sejak tahun 2005. Kala itu, gerakan-gerakan spiritualitas marak di tengah masyarakat urban. Salah satu jenis laku spiritualitas yang paling banyak ditemukan adalah yoga.
Sosiolog Ignas Kleden kala itu punya dua argumen dalam melihat pelatihan spiritualitas. Pertama, praktik-praktik spiritualitas sebagai bagian dari teknik psikologi untuk membuat orang lebih bisa berkonsentrasi dan mengendalikan diri. Kedua, sebagai fenomena wajar kerinduan orang untuk mencari makna kehidupan.
Pencarian makna kehidupan lebih tampak eksplisit di kalangan masyarakat yang kebutuhan dasarnya relatif sudah terpenuhi dibandingkan di kalangan masyarakat yang tidak. Bagi masyarakat yang masih kekurangan makan, perhatian mereka lebih terserap untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari (Kompas, 20/2/2005).
Tren yoga mulai terasa di Ibu Kota saat krisis ekonomi 1997-1998. Saat pengobatan medis berkonsentrasi pada aspek fisik, yoga dianggap mampu menyentuh sisi mental manusia yang terguncang. Guru yoga di ”Rumah Yoga”, Yudhi Widdyantoro, dalam wawancara Kompas menyebut, sanggar yoga di Jakarta mulai menjamur sejak tahun 2004 (Kompas, 20/12/2008).
Dekade berganti, yoga masih menjadi kegemaran hingga kini. Di Jakarta, yoga ditawarkan dalam paket kelas di pusat kebugaran (gim), sanggar, dan studio khusus yoga. Pusat kebugaran waralaba internasional, seperti Gold’s Gym, menyediakan kelas yoga di dalam paket keanggotaannya.
Berdasarkan penelusuran penulis, cabang Gold’s Gym di Kalibata, Jakarta Selatan, menyediakan delapan sesi kelas yoga setiap minggu. Ada dua jenis kelas yang ditawarkan, yaitu hatha yoga untuk kelas intermediet dan gentle yoga bagi pemula.
Sementara itu, sanggar atau studio yoga juga dapat ditemukan di situs web Tripadvisor, misalnya Bikram Yoga dan Colour Yoga. Tidak hanya memanen pasar dewasa, kelas-kelas yoga juga dibuka untuk anak-anak. Selain di pusat kebugaran atau sanggar, kelas yoga juga diadakan di kantor sebagai kegiatan olah tubuh di sela-sela jam kerja.
Harga yang ditawarkan beragam, bergantung pada pengajar, fasilitas, durasi, dan lokasi latihan. Biaya bisa terentang dari Rp 15.000-Rp 200.000 per pertemuan. Di kantor Kompas Gramedia, peserta yoga membayar iuran Rp 15.000 per sesi. Sementara di Gold’s Gym, paket berlangganan fasilitas komplit dibanderol dengan harga Rp 500.000-Rp 700.000 per bulan.
Yoga umumnya dilakukan dalam ruangan atau taman terbuka dengan satu instruktur dan 5 hingga 10 peserta. Namun, seiring membanjirnya peminat, kelas yoga bisa diadakan dengan puluhan peserta. Di Jakarta, beberapa kelas yoga diadakan secara massal. Sebut saja komunitas Yoga Gembira yang setiap minggu pagi mengadakan kelas yoga di Taman Suropati.
Yoga di Bali
Selain di Ibu Kota, yoga adalah komoditas yang terlebih dahulu laris di Bali. Sesi latihan yoga disisipkan dalam paket berlibur oleh agen wisata, hotel, villa, atau resor yang biasa menyuguhkan tur alam dan budaya. Popularitas yoga mendapatkan momennya sejak gelaran Bali Spirit Festival (BSF) diadakan pada 28 April-3 Mei 2009. Festival ini digelar untuk merayakan spiritualitas lewat pelatihan yoga, tari, dan pentas musik yang dihadiri orang dari berbagai negara.
Menurut pengamatan Kompas, BSF menjadi media ekspresi kelas menengah atas yang ingin melepaskan diri sejenak dari impitan kehidupan kota yang mekanistis. Senada dengan pengamatan 11 tahun silam, BSF tahun ini juga akan diramaikan oleh segmen kelas yang sama yang memiliki hasrat untuk menemukan ketenangan spiritual.
BSF tahun ini akan diadakan selama seminggu pada 29 Maret hingga 5 April 2020. Biaya tiket untuk mengikuti seluruh rangkaian acara dibanderol 850 dollar AS atau lebih kurang Rp 12 juta. Jumlah tersebut di luar biaya akomodasi dan transportasi selama di lokasi festival.
Komodifikasi
Dalam artikel berjudul ”Desa Kosmopolit di Pedalaman” yang diterbitkan Kompas pada 10 Mei 2009, Ilham Khoiri menyebut, Bali, khususnya Ubud, sebagai pusat laku spiritual yang mendapatkan perhatian dunia. Guru-guru yoga dari mancanegara berdatangan seiring dibukanya berbagai kelas yoga. Ubud bahkan dijuluki sebagai ”supermarket spiritual”. Frase tersebut diartikan bahwa spiritualitas yang sejatinya dilakoni dengan penghayatan mendalam kini disederhanakan menjadi produk instan yang mudah diperjualbelikan.
Yoga yang kita kenal hari ini merupakan barang atau jasa yang diperjualbelikan. Yoga telah bertransformasi dari jalan spiritual dalam agama Hindu yang idealnya didapatkan melalui hubungan murni antara guru dan murid. Dalam penelitian ”Komodifikasi Yoga dalam Pariwisata Bali” yang dipublikasikan Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar pada 2019, komodifikasi yoga terjadi karena ada kesamaan keuntungan antara konsumen dan produsen.
Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa komodifikasi yoga dalam bentuk produk wisata terjadi karena ada kesepakatan antara produsen dan konsumen, dalam hal ini adalah penyedia jasa dan wisatawan asing. Namun, alih-alih untuk tujuan spiritualitas, konsumen menemukan kesesuaian antara produk yang ditawarkan dan kebutuhan mereka pada yoga untuk tujuan-tujuan fisik. Proses komodifikasi ini membentuk yoga sebagai bagian dari aktivitas untuk kesehatan. Penelitian ini membuktikan adanya proses pendangkalan yoga dari tujuan spiritual ke tujuan-tujuan yang lebih praktis.
Ignas Kleden menyebut komodifikasi ”spiritualitas" sebagai hal yang wajar dari sudut pandang postmodernisme. Dalam konteks yang lebih besar, komodifikasi yoga sendiri menjadi salah satu bagian dari munculnya kesadaran untuk menggali kesejatian manusia dalam arus gerakan yang disebut New Age. New Age bertujuan menemukan kedalaman dan ketenangan hati dengan ekspresi baru, seperti kultus, sekte, agama baru, gerakan kesehatan, dan pemikiran baru. Tradisi spiritual New Age bermuara pada terwujudnya satu agama universal. (Litbang Kompas)