Masyarakat cukup dewasa menghadapi Covid-19, bahkan siap mencegah virus korona baru, penyebab penyakit itu. Ini mesti diimbangi keseriusan pemerintah dalam memberikan informasi dan fasilitas antisipasi wabah tersebut.
Oleh
Dedy Afrianto
·4 menit baca
Masyarakat tampak semakin memahami upaya mencegah penyebaran wabah Covid-19 akibat virus korona baru. Namun, pemerintah perlu menggencarkan sosialisasi agar tidak menimbulkan kepanikan yang tak perlu.
Sikap publik menyikapi wabah Covid-19 terekam dalam hasil jajak pendapat Litbang Kompas, 2-3 Maret 2020. Selain aktif mengikuti informasi tentang virus korona baru, publik juga terekam berupaya mencegah penularan, dan antisipasi jika muncul kasus orang terpapar virus itu.
Sebagian besar responden menyatakan, gejala klinis penyakit Covid-19 adalah batuk, demam, gangguan pernafasan, dan sakit tenggorokan. Pengetahuan ini diungkapkan oleh 80,5 persen responden dari berbagai latar belakang pendidikan maupun usia. Relatif tingginya tingkat pengetahuan tentang gejala dari wabah ini mencerminkan publik aktif mencari informasi yang akurat tentang wabah ini.
Keyakinan publik terkait kesiapan masyarakat untuk mengantisipasi penularan wabah Covid-19 sejalan dengan upaya pencegahan. Dalam sepekan terakhir, sebagian besar responden (87,1 persen) telah menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker, hingga menghindari kontak langsung dengan seseorang yang mengalami gejala klinis Covid-19.
Upaya preventif publik sesuai dengan imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan. Dalam menjaga kebersihan tangan, misalnya, WHO mengimbau untuk mencuci tangan dengan sabun atau membersihkannya dengan cairan antiseptik berbasis alkohol. Ini untuk membersihkan tangan setelah menyentuh berbagai benda. WHO juga mengimbau agar masyarakat menjaga jarak minimal satu meter dengan orang-orang yang batuk atau bersin untuk mencegah penularan.
Kesiapan publik menghadapi wabah Covid-19 juga terlihat dari besarnya animo masyarakat untuk memeriksakan kesehatan. Sebanyak 9 dari 10 responden mengaku bersedia memeriksakan kesehatan secara dini jika mengalami gejala klinis Covid-19.
Sebanyak 86 persen responden akan membawa teman atau kerabat berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, jika menunjukkan gejala klinis Covid-19. Ini menandakan pengetahuan publik tentang Covid-19 berbanding lurus dengan keyakinan atas kesiapan dalam mencegah penyebarannya.
Publik kian memahami tahap awal upaya pencegahan penularan wabah Covid-19, terutama mereka yang bermukim di perkotaan.
Besarnya antusiasme masyarakat untuk memeriksakan kesehatan tentu harus diimbangi kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Dari puskesmas hingga rumah sakit di daerah perlu bersiap untuk mengantisipasi lonjakan masyarakat yang ingin memeriksakan kesehatannya.
Terhadap wabah Covid-19, publik menyatakan kekhawatirannya. Tiga dari empat responden mengaku khawatiran kemungkinan terpapar virus ini.
Sosialisasi perlu
Kesiapan menghadapi wabah Covid-19 patut memanfaatkan modal sosial bangsa Indonesia. Semangat gotong royong untuk menjaga kebersihan lingkungan hingga solidaritas sosial, diyakini akan tumbuh dan mampu dijadikan modal pada masa sulit ini.
Sosialisasi terkait penyakit, penularan, hingga pengobatan Covid-19 perlu digiatkan pemerintah hingga tingkat daerah. Sebab, belum semua masyarakat menerima sosialisasi langsung.
Sebanyak 4 dari 10 responden mengaku belum menerima sosialisasi apa pun terkait Covid-19 dalam satu bulan terakhir. Responden yang sama sekali belum menerima sosialisasi ini tersebar pada sejumlah wilayah seperti Medan, Palembang, DKI Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar, hingga Jayapura.
Sosialisasi langsung tetap dibutuhkan agar tidak menimbulkan kepanikan. Upaya ini juga perlu agar masyarakat semakin siap mencegah penularan Covid-19 yang disebabkan virus korona baru.
Jika mengacu pada hasil jajak pendapat, masih terdapat 9,1 persen responden yang tidak melakukan apa pun untuk mencegah penularan Covid-19. Lebih dari separuh responden belum menerima sosialisasi apa pun terkait wabah ini.
Selain itu, juga terdapat 7,4 persen responden yang tidak bersedia memeriksakan kesehatan secara mandiri untuk mendeteksi penularan Covid-19. Meski kecil, ini jadi catatan untuk meminimalisir penularan wabah Covid-19 pada berbagai daerah.
Selama ini, upaya sosialisasi memang telah dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Melalui media sosial, berbagai imbauan telah dirilis agar masyarakat paham bagaimana mencegah penularan wabah Covid-19.
Beberapa informasi hoaks (kabar bohong) seperti penularan wabah Covid-19 melalui tatapan mata, telepon genggam, hingga pakaian, telah dijelaskan oleh Kementerian Kesehatan melalui akun media sosial. Terbaru, juga terdapat informasi menyesatkan tentang kota-kota yang menjadi zona kuning terkait penularan wabah Covid-19. Informasi ini juga segera direspons oleh Kementerian Sosial melalui akun media sosialnya.
Pada satu sisi, upaya ini efektif. Sebanyak 46,9 persen responden mengetahui informasi terkait wabah Covid-19 dari media sosial. Namun, di sisi lain, sosialisasi secara langsung tetap perlu dilakukan, terutama bagi masyarakat yang tidak aktif menggunakan media sosial.
Bagaimanapun, upaya preventif merupakan langkah penting yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mencegah penularan penyakit Covid-19. Modal sosial berupa tingginya semangat masyarakat untuk melakukan tindakan preventif perlu dibarengi gerak cepat pemerintah dalam memberikan informasi secara lengkap terkait wabah Covid-19 kepada masyarakat.