Film Terbaik Oscar Makin Melek Isu Sosial
Sepanjang sepuluh tahun terakhir, film-film yang dipilih sebagai film terbaik Oscar makin banyak yang bertema isu sosial. Setidaknya ada tujuh film yang mengetengahkan isu sosial di antara sepuluh film terbaik Oscar.

Sutradara dan produser Steve McQueen merayakan kemenangan setelah menerima Oscar untuk film terbaiknya, 12 Years a Slave, bersama aktris Lupita Nyong’o pada Academy Awards Ke-86 di Hollywood, California, 2 Maret 2014.
Sepanjang sepuluh tahun terakhir, film-film yang dipilih sebagai film terbaik Oscar makin banyak yang bertema isu sosial. Setidaknya terdapat tujuh film yang mengetengahkan isu sosial di antara sepuluh film terbaik Oscar pada dekade ini.
Pada dekade ini, Oscar semakin melek isu sosial. Dalam sepuluh tahun terakhir, tujuh dari sepuluh film pemenang Oscar merupakan film yang mengetengahkan isu sosial. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan film-film yang menang pada dekade 2000-an. Pada rentang tahun 2001 hingga 2010, hanya ada tiga film yang menyorot persoalan sosial. Ketiganya adalah Crash, Slumdog Millionaire, dan The Hurt Locker.
Crash menang Oscar pada 2006 yang menampilkan ketegangan rasial dan sosial di Los Angeles, Amerika Serikat. Sementara Slumdog Millionaire menang Oscar pada 2008 dengan mengangkat isu kemiskinan di India. Lalu, The Hurt Locker menang pada 2010 dengan sajian drama perang dari perspektif orang-orang yang menyaksikan pertempuran secara langsung di Irak.
Sementara itu, pada rentang 2011 hingga 2020, makin banyak film bertema isu sosial yang menang kategori film terbaik. Ada tujuh film bertema sosial yang digarap apik. Tiga di antaranya bahkan spesifik menyorot sejarah dan komunitas warga kulit hitam.
Secara berturut, sepuluh pemenang film terbaik Oscar selama 2011 hingga 2020 adalah The King’s Speech, The Artist, Argo, 12 Years a Slave, Birdman, Spotlight, Moonlight, The Shape of Water, Green Book, dan Parasite.

Parasite memenangi kategori film terbaik pada Oscar ke-92. Parasite menang di antara nomine lainnya, yaitu Ford v Ferrari yang disutradarai oleh James Mangold, The Irishman (Martin Scorsese), Jojo Rabbit (Taika Waititi), Joker (Todd Phillips), Little Women (Greta Gerwig), Marriage Story (Noah Baumbach), 1917 (Sam Mendes), dan Once Upon a Time in Hollywood (Quentin Tarantino).
Tahun ini, Oscar digelar di Dolby Theatre Hollywood & Highland Center, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (9/2/2020) malam waktu setempat. Oscar secara resmi disiarkan langsung melalui stasiun televisi ABC dan juga bisa diakses melalui abc.com, aplikasi ABC, maupun Youtube. Terdapat 24 kategori nominasi yang terlebih dahulu diumumkan pada 13 Januari 2020.
Parasite menjadi sejarah dalam jagat Oscar karena menjadi film produksi Asia pertama yang memenangi kategori film terbaik. Parasite juga memenangi tiga nominasi lain, yaitu sutradara terbaik, film internasional terbaik, dan skenario asli terbaik.
Menurut pemberitaan The Guardian, Parasite juga telah memenangi penghargaan lain, seperti film berbahasa asing terbaik di The British Academy of Film and Television Arts (BAFTA), Golden Globes, dan sejumlah penghargaan kritikus untuk film tersebut.
Parasite sekaligus menambah barisan film pemenang yang mengangkat masalah-masalah sosial.
Parasite merupakan film bergenre drama komedi tentang sebuah keluarga dari kelas bawah yang bekerja pada keluarga kaya di Seoul, Korea Selatan. Interaksi di antara kedua keluarga ini menjadi drama yang dapat memanggungkan perbedaan kelas sosial dengan cara yang lucu, penuh intrik, dan berakhir tidak terduga.
Melihat sembilan tahun ke belakang, Parasite menjadi salah satu film yang makin memberi warna pada pemenang-pemenang Oscar dekade ini. Parasite sekaligus menambah barisan film pemenang yang mengangkat masalah-masalah sosial.
Sebelum Parasite muncul, terdapat Birdman, Spotlight, dan The Shape of Water yang mengartikulasikan persoalan kehidupan dengan cara yang sinematik. Spotlight, misalnya, menghadirkan persoalan masyarakat yang memiliki hubungan traumatik dengan institusi berpengaruh, yaitu gereja. Eksplorasi permasalahan dihadirkan dari sisi investigasi wartawan-wartawan yang gigih mengulik fakta.

Reaksi sutradara Bong Joon-ho saat menerima penghargaan film terbaik untuk film Parasite dalam ajang Oscar, Sabtu (9/2/2020) di Dolby Theatre, Los Angeles.
Film kulit hitam
Sementara itu, tiga film dengan penokohan sentral warga kulit hitam sebagai warga kelas dua di Amerika berhasil digarap apik dan mendapatkan panggung di Oscar. Film pertama pemenang Oscar di dekade ini yang punya pesan kuat tentang kondisi sosial adalah film terbaik Oscar pada 2014, yaitu 12 Years a Slave karya Steve McQueen.
Film 12 Years a Slave mengalahkan nomine lainnya, yaitu American Hustle, Captain Phillips, Dallas Buyers Club, Gravity, Her, Nebraska, Philomena, dan The Wolf of Wall Street. Film ini dibintangi oleh Chiwetel Ejiofor sebagai tokoh utama, Michael Fassbender, Lupita Nyong’o, dan Brad Pitt.
Film ini mengisahkan cerita nyata yang dialami Solomon Northup, seorang warga Amerika-Afrika bebas yang pada 1841 diculik di jalanan Washington untuk dijual sebagai budak. Dia kemudian menjalani hidup sebagai budak di Amerika bagian selatan hingga akhirnya kembali mendapatkan kebebasan 12 tahun kemudian. Sang sutradara tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan film ini. Steve McQueen sekaligus sutradara berkulit hitam pertama yang memenangi Oscar.
Panggung bagi sineas berkulit hitam dan narasi tentang komunitas kulit hitam mulai dihadirkan di Oscar. Di waktu yang hampir berdekatan, kepedulian terhadap komunitas kulit hitam juga tampak dari gelombang protes terhadap kekerasan pada warga kulit hitam. Pada 2013, gelombang protes besar di Amerika yang disebut dengan Black Lives Matter (BLM) menjadi bentuk empati pada warga kulit hitam yang mendapatkan perlakuan diskriminatif oleh polisi.

Gerakan yang dimulai sejak Juli 2013 ini dimulai melalui media massa hingga aksi turun ke jalan. Kini, gerakan ini lebih terorganisasi dan mulai mendunia dengan misi untuk membangun kekuatan lokal untuk mengintervensi kekerasan yang dilakukan pada komunitas kulit hitam, baik oleh negara maupun warga masyarakat. Setelah munculnya gerakan ini, isu kekerasan oleh polisi pada warga kulit hitam tidak bisa lagi diabaikan.
Dengan tema yang sama, film yang mengangkat hubungan antar-ras juga tampak pada film pemenang film terbaik Oscar 2017. Film karya Barry Jenkins II berjudul Moonlight ini mengalahkan Arrival, Fences, Hacksaw Ridge, Hell or High Water, Hidden Figures, La La Land, Lion, dan Manchester by The Sea.
Film ini berpusat pada anak kulit hitam bernama Chiron yang diabaikan oleh ibunya yang pencandu narkoba. Ia mendapatkan perlindungan dari bos pengedar narkoba bernama Juan dan diasuh oleh istri Juan. Ia dirundung oleh teman sekelasnya karena keadaan tersebut dan hanya berteman dengan bocah lelaki bernama Kevin. Film in menyajikan tiga babak kehidupan Chiron dari masa kanak, remaja, dan dewasa.
Parasite sekaligus menambah barisan film pemenang yang mengangkat masalah-masalah sosial.
Kritikus film Richard Brody dalam The Unbearable Intimacy of Moonlight yang dipublikasikan The New Yorker pada 28 Oktober 2016 memuji film karya Jenkins ini. Brody menyebut, Jenkins memfilmkan persoalan rasisme, homofobia, penelantaran pemerintah, dan kemiskinan bukan sebagai masalah yang harus dihadapi, tetapi sebagai kristalisasi pengalaman individu.
Ia menyebut Jenkins mampu memunculkan kesadaran individu dan penempaan identitas yang kompleks dan beragam. Intensitas pengalaman emosional muncul dari kefasihan pengamatan yang mikroskopis dalam mengisi film.

Para pemain dan kru film Parasite naik ke atas panggung Academy Awards 2020 untuk menerima Piala Oscar untuk kategori Film Terbaik, Minggu (9/2/2020) waktu California, AS.
Sementara itu, kritikus Peter Bradshaw lebih menyoal soal maskulinitas yang dieksplorasi dalam film ini. Dalam Moonlight review-a visually ravishing portrait of masculinity yang diterbitkan The Guardian pada 16 Februari 2017, Bradshaw mendefinisikan Moonlight sebagai film tentang luka dan krisis seputar maskulinitas yang terjadi pada laki-laki dengan berbagai jenis orientasi seksual. Perbedaannya hanya ditentukan oleh posisi ras dan kelas.
Tidak berhenti di situ, film berlatar serupa juga menjadi pemenang Oscar pada 2019. Film tersebut adalah Green Book karya Peter Farrelly yang mengalahkan Black Panther, BlacKkKlasman, Bohemian Rhapsody, The Favourite, Roma, A Star is Born, dan Vice.
Green Book menceritakan tentang perjalanan pianis Jazz Afro-Amerika, Don Shirley Jr, dengan sopir kulit putihnya, Tony Lip. Film ini memberikan gambaran tentang diskriminasi yang diterima warga kulit hitam di Amerika tahun 1960-an. Green book sendiri merujuk pada buku panduan bepergian bagi orang Afro-Amerika yang berisi berbagai larangan dan anjuran di setiap kota yang perlu diperhatikan agar perjalanan terbebas dari halangan.
Akhirnya, film dapat membantu kita dalam memahami situasi sosial saat ini atau masa lampau dengan cara yang sinematik. Film-film yang menjadi pemenang Oscar patut menjadi film kanon yang ditonton berulang demi pengetahuan dan tentu saja hiburan. (LITBANG KOMPAS)