Pariwisata Banyuwangi (1): Festival sebagai Roh
Ratusan festival yang diselenggarakan di Kabupaten Banyuwangi telah menjadi penanda identitas budaya daerah sekaligus menggairahkan kunjungan para wisatawan.
Mengapa Banyuwangi tiba-tiba muncul sebagai wilayah dengan kekuatan pariwisata yang sangat menonjol?
”Festival!”
”Fokus!”
”Partisipasi masyarakat!”
”Kerja tim yang solid!”
”Kepemimpinan!”
Jawaban-jawaban singkat itu hanya sanggup merangkum sebagian saja dari penjelasan atas fenomena Banyuwangi dalam dunia kepariwisataan. Tetapi, bagaimanapun, itulah pilar-pilar yang mengemuka manakala kekuatan pariwisata Banyuwangi dibedah.
Festival menjadi salah satu strategi yang sangat efektif, sekaligus ”roh” yang menghidupkan ekosistem pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Lewat festival, semua komponen masyarakat bergerak meningkatkan kualitas hidup dan lingkungannya. Ini juga menjadi model paling elementer bagi pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Kepala Bidang Perindustrian Kabupaten Banyuwangi I Komang Dedi Budi Setyadi mengatakan, ”Semenjak ada festival, Banyuwangi mengalami perkembangan yang sangat signifikan, terutama semenjak lima tahun belakangan ini.”
Jumlah festival di Banyuwangi sebanyak 123 agenda. Artinya, setiap akhir pekan sudah pasti ada festival, ditambah lagi dengan yang diselenggarakan pada hari kerja. Sebanyak 99 event budaya Banyuwangi bertajuk ”Majestic Banyuwangi Festival” telah ditampilkan sepanjang tahun 2019. Ke-99 best festival itu terdiri dari 28 event sport, 17 event musik, 16 event kuliner dan inovasi, 30 event religi, dan 8 event digital dan milenial.
Semenjak ada festival, Banyuwangi mengalami perkembangan yang sangat signifikan, terutama semenjak lima tahun belakangan ini.
Beberapa agenda dan festival yang skalanya internasional diarahkan untuk mampu menyedot banyak wisatawan mancanegara, misalnya International Tour de Banyuwangi Ijen, Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi Ethno Carnival, dan Banyuwangi Int’l BMX.
Sejumlah festival tingkat nasional juga sedang menanjak ke kelas internasional, seperti Chocolate Glenmore Run, Festival Lembah Ijen, Mandiri Banyuwangi Half Marathon, Blue Fire Ijen Challenge, Banyuwangi Beach Jazz Festival, Savana Duathlon, Alas Purwo Geopark Green Run, dan Kebo-keboan Suku Osing.
Tiga festival Banyuwangi bahkan telah berturut-turut terpilih masuk dalam 100 Calendar of Event Wonderful Indonesia, yaitu Banyuwangi Ethno Carnival, International Tour de Banyuwangi Ijen, dan Festival Gandrung Sewu. Padahal, untuk bisa masuk ke dalam Calendar of Event, satu event harus bersaing dengan 200-an event lain se-Indonesia. Dengan pencapaian itu, Banyuwangi menjadi daerah penyumbang terbanyak Calendar of Event Wonderful Indonesia.
Pada Rabu (8/1/2020), Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga telah meluncurkan Banyuwangi Festival (B-fest) 2020. Seperti tahun-tahun sebelumnya, B-fest rutin digelar setiap tahun sejak 2012 oleh pemerintah daerah sebagai atraksi wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. B-fest 2020 akan berisi 123 atraksi wisata yang digelar sejak awal Januari hingga akhir Desember dengan beragam event, seperti seni budaya, pesona alam, sport tourism, dan potensi daerah.
Ada 30 event baru dalam B-fest 2020, mulai dari penambahan ajang sport tourism, acara fashion, musik, hingga festival kuliner yang semakin banyak. Pada tahun ini ada Muncar Food Festival, Bamboo Food Festival, dan Arabian Food Festival, Alaspurwo Food Festival, Cacalan Beach Food Festival, Marina Food Festival, Osing Food Festival, hingga Millenials Food Festival.
Pemerintah Banyuwangi juga telah membuat aplikasi yang bisa diunduh di Playstore bagi pengguna Android, berisi jadwal lengkap festival yang digelar di Bayuwangi. Aplikasi bernama Banyuwangi Festival tersebut sangat memudahkan wisatawan yang akan berkunjung ke Banyuwangi merancang jadwal kunjungannya.
Ke depan, masih akan cukup banyak agenda festival yang telah digagas dan akan dilaksanakan, di antaranya Plantation Fun Bike Festival, Sukamade Downhill Festival, Women Cycling, dan Safana Fun Bike.
Di luar festival yang sifatnya tingkat kabupaten, nasional, dan internasional, masih banyak agenda lain dalam cakupan yang lokal lebih kecil, yang bersifat uji coba, dan yang belum ditetapkan sebagai festival unggulan. Termasuk juga festival yang berada di luar ranah pariwisata, seperti festival jamban bersih.
Kolaborasi
Setiap festival bisa dikatakan merupakan kolaborasi yang bersifat simbiosis mutualisme antara pemerintah dan masyarakat, saling menguntungkan dan menghidupkan perekonomian masyarakat. Sebut saja, misalnya, pada momen festival batik, minimal 300 lembar batik terserap ke pasar. Pesanan batik sudah mulai mengalir sejak dua bulan sebelum festival dan berdampak pada kenaikan pembelian hingga tiga bulan setelah festival.
Banyuwangi memiliki 24 motif batik yang sudah dipatenkan. Setiap tahun pemerintah daerah merilis tema tertentu untuk festival batik. Tahun ini, misalnya, motif Blarak Sempal, taun lalu Gedekan. Ketika dirilis tema motif tertentu untuk tahun depan, mulai tahun ini para perajin batik sudah mulai memproduksi motif tersebut.
Selain lewat festival, pemerintah daerah juga mewajibkan aparat sipil negara dan anak-anak sekolah memakai batik pada hari-hari tertentu.
Calon konsumen juga sudah mulai mencari motif tersebut beberapa bulan sebelum festival diselenggarakan. Keberadaan festival batik ini pada akhirnya mendorong orang terpacu untuk memakai motif baru tiap tahun sehingga roda ekonomi batik terus berputar.
Selain lewat festival, pemerintah daerah juga mewajibkan aparat sipil negara dan anak-anak sekolah memakai batik pada hari-hari tertentu. Tiap hari Kamis dan Jumat, mereka diwajibkan memakai seragam batik, dan tiap hari Selasa diwajibkan memakai baju adat. Pada saat Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba), yakni Desember, bahkan mereka diwajibkan memakai seragam batik selama sebulan penuh tiap hari kerja.
Kebijakan itu seketika berpengaruh pada tumbuhnya perajin-perajin batik. Dari batik saja, putaran uang sudah cukup menggairahkan, belum lagi untuk barang-barang konsumsi lainnya, seperti suvenir, oleh-oleh, dan aneka jasa yang juga menggeliat seiring dengan banyaknya agenda pertunjukan atau festival.
Semua usaha yang dilakukan pemerintah daerah Banyuwangi di bidang pariwisata pada akhirnya menciptakan lingkungan bisnis yang sangat optimal. Dalam Daya Saing Pariwisata 2019 yang dilansir Litbang Kompas, pilar lingkungan bisnis meraih skor 5 (dari skala 1 sampai 5). Pilar tersebut merupakan bagian dari aspek fasilitas pendukung pariwisata. (Litbang Kompas)