Target Pariwisata Masih Meleset
Sungguh disayangkan, belum semua target pariwisata tercapai seperti yang diinginkan. Angka kunjungan wisatawan mancanegara masih meleset jauh dari target 20 juta turis asing pada 2020.
Sektor pariwisata Indonesia sedang melesat sehingga berdampak positif bagi perekonomian nasional ataupun daerah. Kontribusi sektor jasa pariwisata kian melonjak dan bersaing dengan kontribusi sektor perekonomian unggulan lainnya.
Pada 2014-2018, sumbangan sektor wisata bagi Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata meningkat sekitar 7 persen per tahun. Data ini merujuk pada angka kontribusi sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum pada PDB yang merupakan representasi sektor pariwisata.
Laju pertumbuhan sektor jasa leisure ini merupakan salah satu yang terbesar di antara 21 sektor lapangan usaha di Indonesia. Besaran kenaikan ini tidak terpaut jauh dengan pertumbuhan sektor informasi dan telekomunikasi serta sektor transportasi dan pergudangan yang saat ini sedang memiliki tren pertumbuhan tinggi hingga kisaran di atas 7 persen. Kenaikan pertumbuhan nilai tambah produksi dan jasa wisata ini mengalahkan pertumbuhan sektor industri pengolahan, pertambangan, dan pertanian yang selama ini menjadi andalan perekonomian nasional.
Berkembangnya pariwisata nasional itu salah satunya karena hasrat berwisata penduduk Indonesia terus meningkat. Selain itu, juga didukung oleh bertambahnya angka kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Pada 2017, jumlah perjalanan wisata penduduk Indonesia di 34 provinsi mencapai 119 juta perjalanan.
Pada 2018, jumlah perjalanan wisata turis domestik meningkat lagi menjadi 141 juta perjalanan piknik. Hal ini menandakan terjadi lonjakan kegiatan berwisata penduduk Indonesia.
Dari 34 provinsi, setidaknya ada empat provinsi yang penduduknya melakukan perjalanan wisata terbanyak di Indonesia. Provinsi itu adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Keempat provinsi ini berkontribusi hampir 60 persen perjalanan wisata turis domestik di Indonesia.
Di saat bersamaan, lonjakan arus wisatawan Nusantara itu juga disertai dengan peningkatan kunjungan wisatawan dari luar negeri. Pada 2015-2018, kedatangan turis asing ke Indonesia tumbuh sekitar 19 persen atau 2 juta orang per tahun. Pada 2009, jumlah wisatawan mancanegara masih sekitar 9 juta orang, tetapi pada 2018 telah melonjak menjadi 15,8 juta orang.
Hal ini merupakan prestasi sektor pariwisata yang patut untuk dipertahankan dan ditingkatkan. Lonjakan turis asing ini mengindikasikan jika pariwisata Indonesia kian dikenal dan menjadi salah satu destinasi unggulan kunjungan wisata dunia. Selain itu, juga mengindikasikan kondisi Indonesia relatif aman dan nyaman bagi para pengunjung sehingga turis asing berkenan untuk datang.
Fenomena perjalanan wisatawan Nusantara dan kunjungan turis mancanegara tersebut menyebabkan belanja jasa, seperti makanan, kuliner, restoran, serta akomodasi penginapan dan hotel, meningkat. Pada 2014-2018, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor jasa pariwisata di semua provinsi di Indonesia ini rata-rata mencapai sekitar Rp 300 triliun per tahun. Angka ini meningkat sekitar 7 persen atau Rp 20 triliun per tahun sehingga pada 2018 kontribusinya hampir mendekati Rp 350 triliun.
Superprioritas
Terus meningkatnya arus wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, beserta kontribusinya bagi perekonomian itu ternyata belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pemerintah. Khusus untuk wisatawan Nusantara, targetnya sudah seperti yang diinginkan.
Bahkan, pada 2018, sasarannya sudah terlampaui. Dengan target 270 perjalanan penduduk berwisata, ternyata jumlah perjalanan penduduk tersebut mencapai lebih dari 300 juta. Perjalanan ini tentu saja akan berdampak terhadap sektor jasa pariwisata, seperti restoran, kuliner, rumah makan, serta akomodasi penginapan dan perhotelan.
Sayangnya, untuk arus kunjungan turis asing masih belum sesuai dengan target yang diinginkan. Kunjungan turis mancanegara pada 2018 masih di bawah 16 juta orang. Padahal, sejak 2016 pemerintah sudah mencanangkan program pengembangan 10 destinasi pariwisata ”Bali baru”.
Daerah wisata ”baru” ini diharapkan mampu mendekati Bali sehingga menjadi alternatif pilihan wisata yang mampu menarik datangnya wisatawan, khususnya turis asing, lebih banyak lagi. Ke-10 tempat wisata yang menjadi pengembangan ”Bali baru” itu tersebar di sejumlah tempat di Indonesia.
Bali baru tersebut adalah Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara; Tanjung Kelayang, Provinsi Bangka Belitung; kemudian Kepulauan Seribu, DKI Jakarta; Tanjung Lesung di Provinsi Banten; Borobudur, Provinsi Jawa Tengah; Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur; Pulau Komodo di NTT; Mandalika, NTB; Wakatobi di Sulawesi Tenggara; serta terakhir adalah Morotai, Maluku Utara.
Target utama pengembangan 10 New Bali itu adalah kunjungan wisatawan asing di Indonesia mencapai 20 juta orang pada 2020. Hanya saja, untuk mencapai target ini tentu tidaklah mudah karena hingga Oktober 2019 angka kunjungan turis asing ke Indonesia hanya sekitar 13,6 juta orang. Masih relatif sangat jauh dari target.
Meskipun demikian, pencapaian itu patut mendapat apresiasi karena pemerintah tampak berupaya seoptimal mungkin untuk mendongkrak pariwisata Indonesia. Sadar jika mengembangkan 10 New Bali bersamaan tidaklah mudah, pemerintah berfokus terlebih dahulu pada pengembangan sejumlah tempat wisata superprioritas pada akhir 2018.
Keempat daerah tersebut adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo yang diharapkan mampu mengakselerasi kunjungan turis asing. Pada pertengahan Juli 2019, pemerintah menetapkan calon KEK Likupang, Minahasa Utara, yang berlokasi di Sulawesi Utara sebagai salah satu destinasi superprioritas. Penetapan Likupang ini menambah daftar empat destinasi superprioritas yang sudah ada sebelumnya.
Uniknya, penambahan destinasi superprioritas Likupang ini bukan berasal dari kategori 10 New Bali lainnya, melainkan berasal dari kategori 5 destinasi pariwisata unggulan. Likupang sebelumnya menjadi satu kelompok dengan obyek wisata Tanjung Gunung, Bangka; Sungai Liat, Bangka; Sukabumi, Jawa Barat; dan Pangandaran, Jabar. Meskipun demikian, Likupang di Minahasa Utara ini dinilai oleh pemerintah memiliki banyak kelebihan sehingga relatif layak untuk dinaikkan statusnya menjadi destinasi superprioritas selevel dengan 10 New Bali.
Salah satu faktor yang mendorong Likupang naik ”level” adalah komitmen pemerintah daerahnya dalam melakukan percepatan untuk menjadi daerah wisata. Likupang siap menjadi calon KEK pariwisata dengan mempersiapkan lahan untuk kawasan tersebut yang menurut rencana seluas 800 hektar dan investasi Rp 7,1 triliun. Segala kesungguhan inilah yang mendorong Likupang akhirnya tampil untuk bersanding dalam pemasaran pariwisata superprioritas di Indonesia.
Karakteristik wisatawan
Terpilihnya lima destinasi superprioritas itu disebabkan oleh sejumlah faktor. Di antaranya adalah ketersediaan sarana akses transportasi yang andal di kelima destinasi itu. Terdapat banyak rute penerbangan dan memiliki akses transportasi darat yang mendukung.
Selain itu, juga tersedia sarana akomodasi seperti hotel dan restoran yang memadai, memiliki sejumlah atraksi budaya, serta beberapa obyek wisatanya memang sudah cukup dikenal para turis mancanegara. Terlebih lagi, wilayah di lima obyek wisata tersebut sudah memiliki lembaga pengelola kawasan. Baik itu berbentuk kawasan ekonomi khusus (KEK) maupun badan otorita pariwisata (BOP) yang sangat bermanfaat dalam fungsi manajemen dan koordinasi yang melibatkan banyak stakeholder.
Dengan berbagai kelebihan itu tak heran jika daerah superprioritas tersebut juga dikunjungi oleh wisatawan asing dalam jumlah relatif banyak. Meskipun belum sebanyak Pulau Bali, provinsi-provinsi yang menjadi daerah lokasi wisata superprioritas itu terlihat menonjol angka kunjungan turis asingnya di seantero Indonesia.
Provinsi Jawa Tengah-DI Yogyakarta yang terdapat Candi Borobudur memiliki jumlah kunjungan turis asing hingga kisaran satu juta orang pada 2018. Nusa Tenggara Barat (NTB) yang di dalamnya terdapat Mandalika juga sama, dikunjungi wisatawan mancanegara kisaran satu juta orang.
Provinsi Sumatera Utara yang memiliki Danau Toba memiliki angka kunjungan sekitar 200.000 orang. Disusul selanjutnya oleh Sulawesi Utara yang di daerahnya terdapat Likupang mendapat kunjungan turis kisaran 120.000 orang. Terkecil adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang di dalamnya terdapat Labuan Bajo dengan angka kunjungan masih kurang dari 100.000 orang.
Tingginya angka kunjungan turis asing di lima obyek wisata superprioritas ini mencirikan karakteristik tujuan para turis mancanegara di Indonesia. Selain Bali, berarti kelima daerah tersebut merupakan destinasi alternatif yang akan menjadi pilihan tujuan berwisata. Hal ini harus menjadi fokus perhatian pemerintah jika ingin meraih target 20 juta kunjungan wisatawan asing pada 2020 ini.
Sejak awal tahun ini, pemerintah harus lebih kreatif dan masif lagi dalam mengembangkan agenda program wisata di daerah prioritas tersebut. Selain itu, juga bekerja sama dengan berbagai pihak, baik domestik maupun internasional, untuk menarik wisatawan asing berkunjung ke destinasi superunggulan ini. Apalagi, kunjungan turis mancanegara ke Indonesia itu tak kenal waktu. Hampir setiap saat selalu ada.
Pada Januari-Desember, kunjungan turis asing ke Indonesia relatif stabil setiap bulannya. Pada 2018, setiap bulan kunjungan turis sekitar 1,3 juta orang. Perbedaan jumlah kunjungan antarbulan relatif kecil yang menandakan jika arus wisatawan asing ke Indonesia relatif konsisten setiap saat.
Hal ini berbeda dengan karakteristik wisatawan Nusantara yang cenderung bersifat musiman. Biasanya wisatawan domestik akan melonjak jumlahnya saat musim liburan sekolah, Lebaran, dan saat pergantian tahun karena liburan Natal dan Tahun Baru.
Misalnya, kunjungan wisatawan domestik ke wilayah Jawa Tengah yang umumnya melonjak pada bulan-bulan tertentu, seperti Januari, April, Juni-Juli, dan Desember. Pada bulan-bulan ini kunjungan wisatawan Nusantara naik hingga di atas 4 juta orang.
Perbedaan waktu arus kunjungan turis asing yang relatif konsisten dan wisatawan domestik yang cenderung musiman harus menjadi perhatian pemerintah. Terutama jika berupaya membidik pasar internasional maka pemerintah harus kreatif mengembangkan program kegiatan wisata dan destinasi-destinasi yang digemari wisatawan asing.
Banyaknya potensi obyek wisata dan budaya di sekitar destinasi wisata prioritas unggulan harus terus dikembangkan dan dikenalkan agar kegiatan wisata kian variatif dan membuat para turis berkesan. Kesan yang positif akan membuat turis bersangkutan kembali lagi suatu saat nanti. Setidaknya membawa cerita positif kepada keluarga, teman, atau koleganya sehingga menarik minat datangnya wisatawan asing lainnya ke Indonesia. (Litbang Kompas)