Kebakaran Hutan di Dua Paru-paru Dunia
Sepanjang 2019, kebakaran besar melanda dua paru-paru dunia, hutan di Brasil dan Indonesia.
Kebakaran hutan dan lahan di Brasil dan Indonesia sepanjang 2019 menjadi salah satu bencana yang disorot dunia karena luasan lahan yang terbakar. Kebakaran hutan itu menggemakan kembali penanganan masalah deforestasi di dua negeri penjaga paru-paru dunia tersebut.
Pada Agustus 2019, seluas 30.901 hektar hutan Amazon hangus terbakar. Lahan yang terbakar lebih luas tiga kali dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2019, bencana ini menjadi rekor terhebat setelah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2010.
Institut Nasional untuk Riset Antariksa (INPE) Brasil menyebutkan, berdasarkan data satelit, jumlah titik api teridentifikasi hutan Amazon yang berada wilayah mereka mencapai 41.000 lokasi. Angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 22.000 (Kompas, 28 Agustus 2019).
Indonesia juga menjadi sorotan dunia atas kasus yang sama. Tahun ini seolah-olah mengulang kembali tahun krisis kebakaran pada 1998 dan 2015. Sampai dengan 12 Desember 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, 942.484 hektar hutan Indonesia terbakar. Kebakaran hutan ini menjadi yang terparah sejak 2015.
Bank Dunia dalam Laporan Ekonomi Indonesia 2019 menyebutkan, kerugian akibat karhutla tahun ini mencapai 5,2 miliar dollar AS atau Rp 72,91 triliun. Jumlah tersebut ditaksir mencapai 0,5 persen produk domestik bruto (PDB) tahun ini.
Paling luas
Brasil dan Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan hutan terluas di dunia berdasarkan laporan Global Forest Assesment 2015. Brasil menempati peringkat ke-2, di bawah posisi Rusia. Luas hutannya mencapai 493,59 juta hektar. Luasan hutan di Brasil mencapai 58 persen dari total luas negaranya.
Adapun Indonesia memiliki hutan seluas 91,01 juta hektar. Luas tersebut sekitar 50 persen dari total luas daratan negara. Indonesia menempati peringkat ke-8 negara dengan hutan terluas.
Dua negara ini sama-sama terkenal dengan sebutan paru-paru dunia. Keduanya memiliki jenis hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati. Sebagian hutan diperuntukkan menjaga kekayaan flora dan fauna. Peruntukannya terbagi menjadi hutan konservasi dan hutan dalam area terlindung.
Brasil menyediakan hutan konservasi untuk keanekaragaman hayati seluas 46,97 juta hektar atau 9,52 persen hutannya. Sementara Indonesia memiliki hutan konservasi seluas 21,23 juta hektar atau 23,32 dari luas hutannya.
Area hutan juga dilindungi dengan kebijakan perlindungan hutan di setiap negara. Hasilnya, Brasil memiliki hutan dalam area terlindung seluas 206,23 juta hektar atau 42 persen luas hutannya. Sementara Indonesia memiliki 32,21 juta hektar, 35 persen dari luas hutannya.
Hutan hilang
Namun, kini, Brasil dan Indonesia terkenal dengan deforestasinya. Dari 10 negara dengan hutan terluas, hanya tiga negara yang termasuk 10 negara dengan kehilangan hutan terbesar. Ketiga negara itu adalah Brasil, Indonesia, dan Republik Kongo. Namun, yang terparah adalah Brasil dan Indonesia.
Brasil menempati peringkat pertama negara dengan deforestasi paling luas. Pada periode 2010-2015, hutan di Brasil berkurang 984.000 hektar. Luasannya mencapai 0,2 persen total luasan hutan Brasil pada 2010.
Sementara Indonesia menempati peringkat kedua negara dengan kehilangan hutan paling besar. Luas hutan yang hilang mencapai 641.000 hektar. Meskipun masih lebih rendah dibandingkan dengan Brasil, hutan yang hilang itu mencapai 0,7 persen total luas hutan pada 2010. Ini artinya, kehilangan hutan di Indonesia lebih parah daripada Brasil.
Hal tersebut akan semakin tampak apabila kita membandingkan perubahan luas hutan dari tahun ke tahun. Tren perubahan hutan dilihat dari persentase luasan hutan terhadap daratan dari tahun 1990 sampai 2016. Tren tersebut dibagi menjadi beberapa periode dengan jangka waktu lima tahun untuk setiap periode.
Brasil dan Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan hutan terluas di dunia.
Hasilnya, jika dibandingkan dengan 10 negara yang memiliki hutan terluas, Indonesia menjadi negara dengan perubahan luasan hutan terbesar. Sayangnya, perubahan yang dimaksud adalah menurunnya luasan hutan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Penurunan luas hutan terbesar terjadi pada periode 1992-1996 sampai 1997-2001. Luas hutan pada 1997-2001 menurun 8,34 persen dibandingkan dengan periode 1992-1996. Luasan hutan masih berkurang sampai 2016. Penurunan luas hutan pada periode 2002-2006 sampai 2012-2016 mencapai 3,03 persen.
Brasil juga mengalami tren menurun terhadap perubahan luas hutan sampai 2016. Namun, perubahannya tidak semasif Indonesia. Penurunan luas hutan paling besar terjadi antara periode 1997-2001 dan 2002-2006. Penurunan luas hutan masa itu mencapai 2,64 persen, tidak sebesar perubahan luas hutan Indonesia.
Kebakaran hutan
Perubahan luas hutan salah satunya disebabkan oleh kebakaran hutan. Indonesia pernah mengalami karhutla hebat pada 1998. Saat itu, karhutla Indonesia menjadi yang terparah di dunia karena menghanguskan 9,75 juta hektar lahan hutan. Tak heran jika pada periode itu perubahan luas hutannya paling tinggi.
Pada 2015, kejadian kebakaran hebat berulang. Luasan lahan yang terbakar mencapai 2,61 juta hektar. Tahun ini setidaknya 942.484 hektar hutan Indonesia terbakar.
Karhutla adalah sebagian kecil dari permasalahan pengelolaan hutan Indonesia. Permasalahan utamanya terletak pada pengelolaan hutan dengan pencegahan deforestasi dan rehabilitasi hutan.
Pada aspek rehabilitasi hutan, Indonesia masih tertinggal. Jika dibandingkan dengan 10 negara yang memiliki hutan terluas, Indonesia masih jauh dari pencapaian negara lain. China, India, Rusia, dan Amerika Serikat berhasil melakukan rehabilitasi hutan sehingga luasnya bertambah.
China yang paling berhasil menerapkan penanaman hutan kembali. Sejak tahun 1990 hingga 2006, hutan China bertambah luas. Penambahan luasan hutan tertinggi terjadi pada periode 1997-2001 sampai 2002-2006. Dalam dua periode tersebut, luas hutan China meningkat 8,12 persen.
Tak berhenti sampai 2015, Pemerintah China mengeluarkan rencana proyek reforestasi tahun lalu. Penanaman 6,66 juta hektar hutan baru menjadi target pada 2018. Kebijakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan tutupan hutan dari 21,7 persen menjadi 23 persen dalam satu dekade.
Keberhasilan China dapat menjadi inspirasi untuk mengembalikan hutan di Brasil dan Indonesia. Deforestasi hutan yang terus terjadi harus diimbangi dengan reboisasi hutan. Tren karhutla sebagai penyebab utama deforestasi meningkat dua tahun terakhir.
Jika dibiarkan, keanekaragaman hayati hutan Indonesia dan Brasil dapat terancam hilang. Karena itu, selain pencegahan kebakaran hutan dan lahan sebagai penyebab utama deforestasi, upaya rehabilitasi hutan dan lahan kritis perlu digerakkan. (LITBANG KOMPAS)