Denpasar, Jantung Pariwisata Bali
Sektor pariwisata di kota ini terbukti efektif memacu peningkatan pendapatan, pekerjaan, dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dari sisi perekonomian daerah, kontribusi sektor pariwisata mencapai 24 persen.
Sungai Badung, atau biasa disebut Tukad Badung, yang membelah Kota Denpasar, Bali, tampak bersih dan rapi. Di tepi kiri dan kanan sungai dibuatkan taman dan lintasan lari atau jogging track untuk aktivitas warga. Lampu warna-warni pun menerangi tukad itu di kala malam mengundang orang-orang untuk menikmati suasana di sekitar sungai. Tukad Badung kini menjadi salah satu destinasi wisata baru di ibu kota ”Pulau Dewata”.
Destinasi wisata alam dan budaya adalah salah satu dari empat aspek utama penopang industri pariwisata berkelanjutan. Tiga aspek lainnya adalah sarana pendukung, tata kelola, dan infrastruktur.
Keempat aspek itu bersinergi memesatkan industri yang memadukan hobi, kesenangan, hiburan, dan kepentingan di Denpasar. Tak heran, daya saing pariwisata kota tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Kota yang dikenal sebagai ”jantung” pariwisata Bali ini meraih skor tertinggi dalam pengukuran Daya Saing Pariwisata (DSP) 2019. Mengacu pada Forum Ekonomi Dunia (WEF), DSP merupakan alat ukur yang memetakan daya saing bidang pariwisata suatu daerah.
WEF menilai peringkat daya saing pariwisata suatu negara berdasarkan aspek sarana pendukung, tata kelola, infrastruktur, serta wisata alam dan budaya, sementara DSP mengukur kelebihan dan kekurangan daerah berdasarkan empat aspek pembangunan pariwisata tersebut.
Penghitungan DSP 2019 yang dilakukan Litbang Kompas menempatkan Kota Denpasar sebagai peraih skor tertinggi, yakni 3,92 pada aspek keseluruhan dalam skala 1-5, dengan 5 sebagai skor tertinggi. Kota ini unggul dalam aspek sarana pendukung dengan skor 4,49 yang memosisikan Denpasar di peringkat teratas dibandingkan dengan 508 daerah lain.
Pada aspek infrastruktur, Denpasar menduduki peringkat kedua tertinggi setelah Surabaya. Sementara untuk aspek tata kelola, Denpasar berada di peringkat kelima.
Posisi Bali sebagai destinasi wisata favorit, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, sangat berpengaruh pada pencapaian Denpasar sebagai daerah dengan daya saing wisata tertinggi. Sebagai ibu kota provinsi dengan posisi strategis, Kota Denpasar menjadi titik awal persebaran wisatawan di Pulau Dewata.
Mereka yang berkunjung ke pulau ini hampir pasti singgah di kota tersebut karena berada di tengah. Kondisi ini menjadikan sektor pariwisatanya berkembang sangat pesat dan menjadi leading sector bagi perekonomian kota.
Sarana pendukung
Dalam pengukuran DSP, aspek sarana pendukung, seperti izin usaha, kesehatan, sumber daya manusia, dan infrastruktur teknologi informasi di kota ini terlihat menonjol dibandingkan dengan daerah lain. Aspek ini berperan penting dalam membangun pariwisata berkelanjutan.
Dalam hal izin usaha, misalnya, Denpasar sudah menerapkan proses perizinan satu pintu melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu sejak tahun 2015. Pelaku usaha yang mengurus izin usaha di bidang pariwisata, seperti jasa perjalanan wisata dan penyediaan akomodasi, bisa dengan mudah mengantongi izin usaha kurang dari 14 hari. Bahkan, pelaku usaha tak perlu mengeluarkan uang alias gratis dalam proses perizinan itu.
Selain kemudahan perizinan, Denpasar dikenal sebagai pusat pendidikan tenaga kerja pariwisata nasional. Puluhan perguruan tinggi yang memiliki program pariwisata tersebar di kota ini, antara lain Akademi Pariwisata Denpasar, Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional, dan Universitas Udayana.
Fakultas Pariwisata di Universitas Udayana, contohnya, membuka program studi tentang pariwisata, destinasi pariwisata, dan industri perjalanan wisata. Sekitar 2.000 mahasiswa dari sejumlah daerah di Bali dan luar Pulau Bali belajar tentang kepariwisataan.
Tidak heran, ketersediaan sumber daya manusia di sektor pariwisata begitu melimpah dan bisa mendukung perkembangan industri pariwisata, tak hanya bagi Pulau Bali, tetapi juga pariwisata nasional.
Kota Denpasar menjadi titik awal persebaran wisatawan di Pulau Dewata.
Di samping izin usaha, sarana pendukung lain yang juga relatif unggul adalah jaringan infrastruktur teknologi informasi. Salah satu yang tampak adalah cakupan base transceiver station (BTS) yang ada di hampir seluruh Denpasar memudahkan orang mengakses jaringan internet di setiap sudut kota.
Kemudahan ini menjadi nilai lebih bagi Pemerintah Kota Denpasar dalam mengembangkan pelayanan kepada warga masyarakat berbasis teknologi, salah satunya terkait penerapan konsep smart city atau kota cerdas.
Setiap bulan, Pemkot Denpasar menggelontorkan anggaran tak kurang dari Rp 1 miliar untuk membiayai langganan bandwidth internet. Hasilnya, jaringan internet di sejumlah banjar dan ruang publik di kota ini bisa diakses gratis oleh masyarakat, termasuk wisatawan. Pemerintah daerah setempat juga menghadirkan lokasi yang bisa dimanfaatkan oleh publik, seperti Smart Digital Lounge untuk pelajar.
Menurut catatan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar, sebanyak 35 banjar dan delapan titik tempat umum dipasang Wi-Fi gratis. Kedelapan titik tersebut meliputi Art Center, Museum Bali, Bajra Sandi, Puputan Badung (dua titik), Sanur, Blanjong, dan Taman Kota Lumintang.
Konsep kota cerdas yang didukung jaringan infrastruktur teknologi dimanfaatkan pula oleh Pemkot Denpasar dengan menyediakan berbagai laman guna melayani kepentingan umum. Sejumlah laman seperti Denpasar Trading, Pengaduan Rakyat Online, dan Denpasar Sightseeing dapat menjadi kanal komunikasi dan informasi yang memudahkan masyarakat. Tak ketinggalan, laman utama www.denpasarkota.go.id dapat menjadi rujukan masyarakat secara umum.
Dukungan sektor perbankan turut andil dalam meningkatkan daya saing sektor pariwisata Kota Denpasar. Dengan luas 128,78 kilometer persegi atau hanya 2,18 persen dari luas Pulau Bali, kontribusi sektor ini cukup fantastis. Terdapat 275 kantor bank nasional ataupun asing serta lebih dari 1.000 anjungan tunai mandiri (ATM) yang tersebar di empat kecamatan. Hal ini sangat memudahkan masyarakat dan terutama wisatawan untuk melakukan transaksi keuangan.
Sarana pendukung yang tak kalah penting bagi kenyamanan berwisata adalah sarana kesehatan. Denpasar sudah memiliki fasilitas kesehatan memadai, bahkan lengkap bagi wisatawan yang mengalami gangguan kesehatan, seperti Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah dan RSU Daerah (RSUD) Bali Mandara. RSUD Bali Mandara, misalnya, tahun lalu melayani tak kurang dari 40.000 pasien, dengan 2.400 orang di antaranya wisatawan asing.
Infrastruktur
Selain sarana pendukung, aspek infrastruktur turut punya andil besar dalam daya saing pariwisata Kota Denpasar. Pada aspek ini, Denpasar meraih skor 4,61 dan menduduki peringkat kedua terbaik setelah Kota Surabaya.
Infrastruktur yang paling dominan menyokong pariwisata adalah keberadaan Bandara Ngurah Rai yang hanya berjarak 15 kilometer dari Kota Denpasar. Bandara tersibuk ketiga di Indonesia itu setiap bulan melayani tak kurang dari 2 juta penumpang atau per hari rata-rata melayani 65.000 penumpang.
Separuh di antara penumpang pesawat tersebut berasal dari penerbangan internasional. Yang juga tak kalah penting adalah keberadaan Pelabuhan Benoa yang menjadi tempat bersandar kapal pesiar. Pelabuhan yang dikelola PT Pelindo III itu bisa menjadi tempat bersandar bagi kapal pesiar dengan panjang 200 meter yang umumnya dipenuhi wisatawan asing.
Tiap tahun tak kurang dari 70 kapal pesiar atau cruise merapat di pelabuhan tersebut. Jumlah penumpang kapal pesiar yang singgah ke Denpasar tahun lalu mencapai 67.885 orang. Tahun ini, hingga November 2019 tercatat mencapai 64.311 wisatawan asing.
Jaringan jalan yang merupakan infrastruktur utama penyokong mobilitas antardaerah pun terbilang komplet. Mulai dari jalan arteri hingga jalan tol menjadi penghubung antarlokasi di dalam kota serta antara Denpasar dan daerah di sekitarnya. Total panjang jalan di kota ini mencapai 486 kilometer dengan kondisi 92 persen telah beraspal dan mulus.
Selain bandara dan pelabuhan, keberadaan biro perjalanan wisata di kota ini tak kalah penting peranannya dalam pariwisata. Tercatat sebanyak 176 biro perjalanan wisata berkantor pusat di kota ini. Mereka setiap tahun melayani jutaan turis asing dan juga domestik yang berwisata di Bali. Biro perjalanan umumnya menyiapkan paket wisata, pemandu wisata, fasilitas sewa mobil, hingga mengurus tiket dan dokumen perjalanan.
Tata kelola
Kota dengan slogan ”The Heart of Bali” ini tak sekadar menjadi pusat pemerintahan, perekonomian, dan pendidikan. Denpasar juga menjadi pusat kajian sejarah, seni, dan budaya. Tata kelola pariwisata pun menjadi penting dan berkelindan dengan tata kelola pariwisata nasional. Keberhasilan tata kelola Denpasar menuai skor yang cukup tinggi, yakni 3,96.
Dalam aspek tersebut, Denpasar menduduki peringkat tertinggi kelima atau beda tipis di bawah Kabupaten Banyuwangi di posisi keempat. Di atas keduanya ada Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, dan Kota Semarang. Prestasi ini tak lepas dari sejumlah kebijakan Pemkot Denpasar yang memberikan dampak langsung bagi pembangunan pariwisata.
Beberapa kebijakan tentang kepariwisataan antara lain Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepariwisataan Budaya, Surat Keputusan (SK) Wali Kota Tahun 2015 tentang Penetapan Denpasar sebagai Heritage City dan SK Wali Kota Tahun 2015 yang menetapkan Desa Wisata di Kota Denpasar.
Tak hanya di tataran hukum, Pemkot Denpasar juga mendukung keberlangsungan pariwisata dengan alokasi anggaran yang relatif besar. Setiap tahun, tak kurang dari Rp 4 miliar dianggarkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk promosi pariwisata kota ini.
Dinas Pariwisata Kota Denpasar pun mulai mendorong dan mengembangkan wisata meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). Di kota ini terdapat 21 hotel yang memiliki fasilitas untuk konferensi atau pertemuan. Salah satunya Grand Bali Beach di Sanur yang memiliki 12 ruang pertemuan berkapasitas hingga 1.000 orang.
Sektor pariwisata di kota ini terbukti efektif memacu peningkatan pendapatan, pekerjaan, dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dari sisi perekonomian daerah, kontribusi sektor pariwisata berupa penyediaan akomodasi mencapai 24 persen atau tertinggi dibandingkan dengan sektor lain.
Di sisi pendapatan daerah, sektor pariwisata menyumbang tak kurang dari Rp 300 miliar per tahun atau berkontribusi sepertiga dari total Pendapatan Asli Daerah Kota Denpasar. (DWI ERIANTO/SUSY SARTIKA R/LITBANG KOMPAS)