Hindari Mati Gaya di Meja Kerja
Rutinitas kerja memang membosankan. Apalagi ditambah perjalanan pulang ke rumah yang macet atau tiap melihat isi dompet yang tiris. Semangat kerja bisa drop seketika. Segera atasi rutinitas yang membosankan ini, mulai dari bercengkerama pada jam istirahat, mengambil cuti, hingga rekreasi bersama. Meski cuma sejenak, cara ini ampuh untuk membangkitkan kembali energi untuk bekerja.
Hasil jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas kepada pekerja kantoran menunjukkan, dua dari tiga responden pernah merasa bosan selama bekerja di kantor. Rasa bosan memang lumrah menghampiri pekerja kantoran karena harus melakoni satu pekerjaan secara rutin dalam waktu yang lama.
Rutinitas seperti ini sudah menjadi tuntutan pekerjaan sehingga sulit menghindar. Kondisi inilah yang membuat pekerja kantoran sering diserang rasa bosan sehingga bisa mati gaya di meja kerja.
Jika waktu bisa diputar kembali untuk mengenang masa lalu, saat awal-awal bekerja pasti terasa menyenangkan. Antusiasme terpancar saat menjelaskan mengenai pekerjaan atau ketika berangkat ke tempat kerja. Sayangnya, rasa itu kian memudar seiring berjalannya waktu.
Perlahan-lahan rasa bosan mulai datang menghampiri seiring penambahan jam terbang rutinitas kerja yang harus dilakoni, mulai dari perjalanan ke kantor, mengikuti jadwal kerja, prosedur kerja, hingga mekanisme kerja selama jam kerja.
Rasa bosan memang menyebalkan, tetapi berperan penting dalam hidup dan karier. Seorang profesor filsafat dan peneliti di Universitas Louisville, Andreas Elpidorou, dikutip dari laman Forbes, menyatakan, perasaan bosan menjadi penanda akan sesuatu yang kita inginkan dan lakukan sehingga bisa menjadi motivasi. Tanpa kebosanan, seseorang akan terjebak pada situasi yang tidak memuaskan dan melewatkan pengalaman yang bermanfaat.
Rasa bosan ternyata lebih banyak menimpa generasi milenial. Survei ”How Millennials Want to Work and Live” yang dilakukan Gallup terhadap kaum milenial di Amerika Serikat menyebutkan, lebih dari separuh generasi ini tidak terlalu menaruh perhatian pada pekerjaannya. Bahkan, 16 persen kaum milenial mengaku melepaskan diri secara aktif dari pekerjaan yang digeluti.
Mereka lebih tertarik bekerja pada organisasi yang memiliki misi dan tujuan karena bagi mereka pekerjaan harus memiliki makna. Generasi unik ini telah meninggalkan nilai-nilai tradisional yang selama ini ada sehingga menganggap bahwa mereka lebih dari sekadar pekerjaan yang menempel pada dirinya.
Pemicu bosan
Hasil jajak pendapat ini juga menunjukkan, lebih dari separuh responden menyatakan, rutinitas pekerjaan menjadi penyebab jenuh di kantor. Kebosanan kerap muncul sebagai respons terhadap pekerjaan yang stagnan atau bisa juga karena sistem di perusahaan yang tidak kondusif bagi pengembangan karier karyawan. Jika situasi seperti ini terus terjadi, bisa dipastikan para pekerja kantoran akan frustrasi.
Faktor lain yang turut memicu rasa bosan di kantor adalah kelelahan. Meski terpaut jauh dengan rutinitas, kelelahan ternyata berpotensi juga memunculkan rasa bosan. Sebanyak 16,5 persen responden pekerja kantoran mengakui bahwa kelelahan kerap membuat mereka bosan bekerja di kantor.
Perasaan lelah ini muncul bisa karena jarak dari rumah ke kantor yang jauh dan macet selama perjalanan. Hal di luar pekerjaan ini mampu memengaruhi suasana hati seseorang sehingga menjadi jenuh di kantor.
Menjadi komuter, seseorang yang pergi ke kota tempat bekerja dan pulang ke kota tempat tinggal setiap hari memang melelahkan. Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) melakukan penelitian sebagaimana dikutip dari laman The Guardian bahwa komuter lebih cenderung resah dan tidak puas terhadap kesehariannya daripada nonkomuter meski mereka digaji lebih banyak. Perasaan ini lebih banyak dialami komuter yang menempuh waktu perjalanan 61-90 menit.
Komuter yang menggunakan transportasi publik bahkan merasakan hal yang lebih buruk daripada mereka yang pergi bekerja menggunakan kendaraan pribadi. Berdesakan di kereta atau bus tentu memengaruhi perasaan ketika akan bekerja. Bukannya segar bugar, malah letih dan lemas.
Segera bangkit
Penanganan yang tepat sudah pasti akan mampu mengatasi rasa jenuh yang menyebalkan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengusir rasa jenuh entah untuk sesaat atau untuk waktu yang relatif lebih lama. Hasil jajak pendapat mengungkapkan, 31,7 persen responden memilih mengobrol dengan rekan kerja mereka untuk menghindari rasa bosan ketika bekerja.
Menikmati makanan bersama rekan kerja bisa menjadi aktivitas menyenangkan untuk menambah semangat kerja. Rehat sejenak dari urusan pekerjaan, berkumpul bersama teman sambil menyantap menu makan siang secara bersama-sama tentu mengasyikkan. Selain bercengkerama ketika jam istirahat, membaca berita-berita ringan, bermain media sosial, atau mendengarkan musik bisa menjadi alternatif cara mengusir rasa bosan.
Hubungan dengan rekan kerja yang guyub dapat membuat suasana di tempat kerja menjadi lebih menyenangkan. Menurut Alexander Kjerulf, penulis dan pembicara mengenai happiness at work sebagaimana dikutip dari Forbes, menyatakan, mereka yang bahagia di kantor akan lebih produktif, kreatif, dan sukses.
Cara lain yang dipilih responden adalah melakukan piknik dengan teman-teman kantor atau biasa dikenal dengan outing. Acara yang biasanya diakomodasi kantor ini seringnya menjadi kesempatan untuk memperluas jaringan antarkaryawan lintas departemen.
Meski kegiatan dilakukan di luar kantor, etika dan peraturan yang berlaku di perusahaan harus tetap dijaga selama acara berlangsung. Tetaplah berpakaian sopan dan menjaga perilaku, termasuk keluarga atau pasangan yang diajak ke piknik kantor. Akan tetapi, tetaplah menikmati momen bahagia ini untuk mengusir rasa bosan bekerja.
Jika ingin benar-benar lepas dengan atribut seputar kantor, mengambil cuti juga bisa menjadi pilihan. Kaufman dan Gregoire pernah menulis di Harvard Business Review bahwa memiliki waktu untuk beristirahat secara periodik dan refleksi akan memberikan energi kreatif kepada tim kerja.
Penelitian yang pernah dilakukan Universitas Helsinki mengungkapkan fakta bahwa liburan bisa menghilangkan stres. Sebagaimana dikutip di laman CNBC, penelitian ini dilakukan sejak tahun 1960 lalu dilanjutkan sampai tahun 2014 kepada pekerja laki-laki. Kelompok yang memiliki risiko kematian tingkat tinggi adalah mereka yang terlalu keras bekerja, tidak cukup tidur, dan tidak berlibur.
Pada akhirnya, rasa bosan di tempat kerja bukanlah petaka. Rasa bosan bisa menjadi pecut untuk karier yang lebih baik, mengingatkan bahwa pekerjaan jalan di tempat dan perjalanan yang melenceng dari tujuan. Kenali penyebab bosan, atasi, dan lakukan perubahan. Jangan biarkan rasa bosan membunuh gaya, kreativitas, dan produktivitas kerja. (LITBANG KOMPAS)