Modal Kemenangan Pilkada Lahat
Kabupaten Lahat yang berjarak 250 km dari Palembang merupakan kabupaten ukuran sedang di Provinsi Sumatera Selatan.
Dari sudut pandang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2016, Lahat menduduki peringkat 9 dari 17 kabupaten dengan angka 65,75, alias relatif rendah. Dari sisi pengeluaran per kapita pun, Lahat ada di urutan menengah bawah, nomor 11 dari 17 kabupaten se Sumatera Selatan dengan angka 9.037.
Dari sisi harapan usia sekolah, Lahat menduduki peringkat 12 dari 17 kabupaten dengan angka 12,3. Urutan yang sama juga didapat dari rata-rata lama sekolah penduduk di Lahat dengan angka 8,10.
Dengan mengangkat program sekolah gratis, berobat gratis, dan dana desa sampai 2 miliar rupiah, paslon bupati Cik Ujang-Haryanto berhasil memenangkan Pilkada Kabupaten Lahat 2018.
Dengan tingkat partisipasi pemilih pilkada sebesar 73,53 persen, penyelenggaraan Pilkada Kabupaten Lahat 2018 termasuk sukses. Dibandingkan Pilkada Lahat 2013 yang hanya diikuti oleh tiga paslon, Pilkada Lahat 2018 diikuti oleh lima paslon sehingga membuat suara pemilih terpecah.
Cik Ujang-Haryanto berhasil meraih 91.031 suara atau merupakan 43,34 persen dari total suara sah sebanyak 210.037 suara. Di urutan kedua, pasangan politisi nasional Bursah Zarnubi-Parhan Berza mendapatkan 49.667 suara atau 23,65 persen.
Di urutan ketiga, paslon Nopran Marjani-Herliansyah mendapatkan 45.207 suara atau 21,52 persen. Di urutan keempat, Purnawarman Kias-Rozi Adiansyah dan di posisi akhir, diraih Hapit Padli-Erlansyah Rumsyah.
Distribusi suara yang diperebutkan oleh lebih banyak paslon inilah yang ikut memperkecil kemenangan Cik Ujang-Haryanto pada Pilkada Kabupaten Lahat 2018.
Proporsi kemenangan mereka hanya 43,34 persen, jauh di bawah perolehan suara Saifudin Aswari Riva\'i-Marwan Mansyur yang pada Pilkada Lahat 2013 meraih 71,91 persen suara pemilih.
Menyikapi hasil pilkada 2018, dan dengan selisih suara 19,69 persen, Bursah Zarnubi-Parhan Berza, menggugat kemenangan Cik Ujang-Haryanto ke MK.
Mereka menuntut hasil pilkada dianulir dan diadakan pilkada ulang. Sengketa perkara tersebut masuk ke MK dengan nomor perkara 58/PHP.BUP-XVI/2018. Paslon ini menuduh kemenangan Cik Ujang-Haryanto diraih dengan menggunakan bagi-bagi uang alias politik uang.
Proses Sengketa
Di Mahkamah Konstitusi, perkara ini akhirnya diputus MK pada 9 Agustus 2018. MK menyatakan bahwa permohonan pemohon tidak dapat diterima karena tidak memenuhi ketentuan memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan.
Ketentuan MK yang tidak dipenuhi adalah ketentuan ambang batas selisih perolehan suara yang disengketakan. Dalam Pasal 158 UU Pilkada dan Pasal 7 PMK 5/2017 disebutkan bahwa syarat untuk mengajukan sengketa hasil pemilu daerah 2018 mengikuti persentase selisih perolehan suara dan jumlah penduduk.
Melihat hasil perolehan suara pada Pilkada Kabupaten Lahat 2018, selisih suara terbanyak (91.031) dengan pemohon (49.669) sejumlah 41.364 suara, atau setara 19,69 persen.
Dengan demikian, permohonan sengketa yang diajukan oleh Bursah Zarnubi-Parhan Berza dianggap MK tidak memenuhi ketentuan pengajuan, alias hasil Pilkada Kabupaten Lahat tak dapat disengketakan lagi secara hukum. Putusan MK memperkuat Cik Ujang-Haryanto untuk mendaku kemenangan di Lahat.
Modal Ekonomi
Dari laporan LHKPN saat pencalonan, paslon bupati paling kaya adalah Bursah Zarnubi-Parhan Berza. Paslon ini memiliki total kekayaan sebesar 37,4 miliar rupiah. Urutan kekayaan berikutnya adalah Cik Ujang-Haryanto dengan total kekayaan sebesar 9,9 miliar rupiah. Di urutan ketiga, Purnawarman Kias- Rozi Adiansyah dengan total kekayaan tercatat 3,8 miliar rupiah.
Paslon nomor urut satu, Nopran Marjani-Herliansyah, mengikuti dengan total kekayaan 3 miliar rupiah. Hapit Padli-Erlansyah Rumsyah menjadi paslon dengan kekayaan paling sedikit dengan total kekayaan 1,9 miliar rupiah.
Dari data LHKPN, tak tampak relasi kekayaan dengan kemenangan. Paslon terkaya, Bursah Zarnubi-Parhan Berza, bukanlah paslon pemenang pilkada. Bila kekayaan adalah faktor penentu, di atas kertas paslon nomor urut empat dapat memenangkan kontestasi. Akan tetapi, sebagai paslon yang paling kaya, paslon nomor urut empat ini hanya menempati urutan kedua perolehan suara.
Modal kultural Cik Ujang-Haryanto juga menarik ditelusuri, dalam hal ini adalah dukungan asal-usul kesukuan terhadap sebaran kemenangan tiap paslon.
Dengan luas wilayah 4.361 km persegi, wilayah Lahat dibagi dalam 24 kecamatan. Dari sebaran kemenangan tiap paslon, tampak kemenangan Cik Ujang-Haryanto terjadi di sisi Timur Kabupaten Lahat, mulai dari Kecamatan Merapi Timur di bagian Utara ke bagian Selatan sampai dengan Kecamatan Kota Agung. Paslon ini memborong kemenangan di 17 kecamatan atau mengusai 70 persen kecamatan di Kabupaten Lahat.
Bursah Zarnubi-Parhan Berza mengusai kecamatan-kecamatan di sisi Barat Kabupaten Lahat, dengan konsentrasi bagian Utara, dengan pengecualian Kecamatan Kikim Barat yang dimenangkan oleh paslon nomor urut tiga. Bursah Zarnubi-Parhan Berza menang di empat kecamatan (16,67 persen), yakni di Kecamatan Kikim Selatan, Kikim Tengah, Kikim Timur, dan Pseksu.
Sedangkan, dua kecamatan, Tanjungsakti Pumu dan Tanjungsakti Pumi, yang terpisah dari seluruh bagian Kabupaten Lahat, menjadi basis kemenangan Nopran Marjani-Herliansyah dengan penguasaan 8,3 persen kecamatan.
Paslon nomor urut lima, Purnawarman Kias-Rozi Adiansyah, tidak berhasil mengusai kemenangan di satu kecamatan pun.
Peta sebaran kemenangan per kecamatan menunjukkan bahwa pemenang pilkada Kabupaten Lahat 2018 mendulang suara di kecamatan yang berdekatan.
Suku Lekipali
Kabupaten Lahat sering disebut sebagai wilayah bagi suku Lekipali, singkatan dari Lematang, Kikim, Pasemah, dan Lintang. Tiap paslon yang bertarung dalam pilkada Kabupaten Lahat 2018 berasal dari suku-suku di Kabupaten Lahat. Hampir semua suku yang ada di Kabupaten Lahat terwakili oleh paslon, baik dari kandidat bupati maupun wakil bupati.
Cik Ujang, pemenang pilkada Lahat 2018, berasal dari suku Lematang dari Kecamatan Merapi. Identitas yang sama ternyata juga dimiliki oleh Rozi Adiansyah, calon wakil bupati paslon nomor urut 2.
Haryanto, wakil Cik Ujang, merupakan orang Pasemah dari Kecamatan Mulak Ulu. Identitas sebagai sama-sama orang Pasemah juga dimiliki oleh Nopran Marjani, Hapit Padli, Parhan Berza, dan Purnawarman Kias.
Dari asal-usul suku tiap paslon, terdapat irisan kesamaan asal suku. Tiap paslon dapat mendaku sebagai putra daerah sehingga isu politik identitas tidak dapat digunakan sebagai strategi utama kampanye bagi tiap paslon.
Asal-usul suku sebagai modal kultural yang dimiliki oleh tiap paslon tumpang tindih satu sama lain sehingga tak bisa digunakan sebagai senjata utama dalam meraih suara.
Dengan jumlah penduduk 427.320 jiwa, Kabupaten Lahat dibagi menjadi lima dapil jumlah kursi DPRD yang diperebutkan. Jika dilihat dari jumlah dapil, paslon nomor Cik Ujang-Haryanto menang di empat dapil.
Dukungan Parpol
Peta kemenangan Cik Ujang-Haryanto juga bisa dilihat dari latar belakang partai pendukung. Strategi meraih kemenangan dengan memfokuskan pada kategori dapil merupakan cara partai politik menggalang suara. Partai pengusung paslon nomor urut tiga, yakni Nasdem, Hanura, dan Demokrat menggerakkan pendukung untuk memenangkan paslon kepala daerahnya.
Merujuk hasil Pemilu Legislatif 2009 terlihat sebaran penguasaan kursi di seluruh parpol. Hanura dan Demokrat memperoleh total 8 kursi, PDIP 5 kursi, Partai Demokrat, Golkar, PBR, PKS, Hanura, masing-masing empat kursi. Partai Amanat Nasional, PKB, PBB, masing-masing 3 kursi. Sedangkan PKPI meraih 2 kursi, dan Gerindra, Barisan Nasional, PIB, Partai Kedaulatan, Partai Pelopor, PDK, PKP, Partai Buruh dan Partai Persatuan masing-masing meraih 1 kursi.
Dengan kekuatan politik parlemen partai Hanura dan Demokrat sejumlah 17,7 persen pada 2009 dan bertambah menjadi 27,5 persen (Hanura, Demokrat, dan Nasdem) pada 2014, kinerja partai pengusung di atas kertas tidak menunjukkan dominasi partai tertentu.
Di pemilu legislatif 2014, Nasdem, Hanura, dan Demokrat bukanlah partai pemenang di Kabupaten Lahat. Dari komposisi kursi DPRD Lahat 2014-2019, diketahui bahwa jumlah kursi PDIP sebesar 6 kursi, disusul Golkar dengan 5 kursi. Selanjutnya, partai Nasdem, Demokrat, dan Gerindrat dengan 4 kursi. PPP, PAN, Hanura, PKB, dan PBB mendapatkan 3 kursi. Di posisi akhir, ada PKS dan PKPI dengan 1 kursi.
Dukungan partai sebetulnya paling besar dimiliki oleh Nopran Marjani-Herliansyah, dengan dukungan PKS (1), PPP (3), PDIP (6), dan Gerindra (4). Dengan total 14 kursi dukungan atau 35 persen modal politik suara di parlemen, di atas kertas, paslon nomor urut satu ini sebetulnya yang paling unggul.
Akan tetapi, menilik hasil pilkada Lahat 2018, ternyata banyaknya kursi dukungan partai tidak berbanding lurus dengan banyaknya suara yang didapat. Nopran Marjani-Herliansyah yang mendapatkan dukungan kursi DPRD paling banyak hanya menjadi pemenang ke-3.
Di sisi lain, Cik Ujang-Haryanto yang hanya didukung oleh 27 persen kursi mendapatkan kemenangan lebih dari 40 persen suara. Paslon lain yaitu, Bursah Zarnubi-Parhan Berza yang didukung oleh Golkar, PAN dan PKB dengan total 10 kursi di DPRD, hanya mendapatkan sekitar 20 persen suara pemilih.
Dalam kasus Pilkada Lahat 2018, pengaruh dukungan partai politik terlihat masih menjadi modal penting dalam mendulang suara. Paslon dengan dukungan partai politik mendapatkan total 88,51 persen suara. Di sisi lain, paslon dari jalur perseorangan, Purnawarman Kias-Rozi Adiansyah dan Hapit Padli-Erlansyah Rumsyah, hanya mendapatkan 11,49 persen suara.
Kampanye Paslon
Modal kultural bisa diartikan sebagai keseluruhan kualifikasi pada seseorang yang bisa dihasilkan dalam jangka waktu tertentu melalui pendidikan maupun diwariskan dalam keluarga.
Materi kampanye yang diserahkan ke KPU sebagai salah satu syarat pencalonan bersama dengan presentasi kampanye tiap paslon merupakan hasil dari modal kultural mereka. Kekhasan dari hasil modal kultural inilah yang kemungkinan menjadi kekuatan penentu dalam menggaet suara para pemilih.
Paslon nomor urut satu, Nopran Marjani-Herliansyah, mengambil tagline “TENAR”, singkatan dari berintegritas, profesional, dan religius. Nopran, politikus Gerindra Sumatera Selatan sekaligus anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan, mengusung tiga potensi unggulan Lahat, yaitu tanah pertanian, sumber mineral batubara, dan panorama Bukti Barisan untuk pariwisata.
Bersama wakilnya, Herliansyah yang merupakan ketua DPC PDIP Lahat sekaligus anggota DPRD Lahat, Nopran memfokuskan pada persoalan pertanian. Mereka menyusun 20 program menuju Lahat TENAR dari berbagai bidang.
Paslon nomor urut dua, Hapit Padli-Erlansyah Rumsyah (Hapalan) menggunakan tagline “Hapalan CETE”. Paslon yang maju dari jalur perseorangan ini juga menggunakan basis pertanian dalam mengusung program kampanyenya.
Sebagai Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lahat, dapat dipahami bahwa Hapit sangat fasih membawakan isu pertanian, mulai dari membangun agribisnis berwawasan lingkungan, meningkatkan pembangunan publik, percepatan pengentasan kemiskinan, sampai dengan pembuatan Kartu Petani Sejahtera untuk pengobatan.
Bersama Erlansyah Rumsyah yang merupakan politikus senior Golkar dan ketua DPRD Lahat, Hapit menyusun 11 program unggulan untuk mewujudkan Hapalan CETE.
Cik Ujang-Haryanto maju menggunakan tagline “CAHAYA”, singkatan dari kedua nama paslon. Cik Ujang, yang merupakan pengusaha dan anggota DPRD Lahat, berpasangan dengan Haryanto, mantan sekretaris daerah Kabupaten Lahat.
Paslon ini menawarkan janji bagi Kabupaten Lahat dengan slogan Berakhlak, Mandiri, Berkeadilan, Makmur dan Sejahtera, dan Pembangunan Berbasis Pemerataan Berkesinambungan. Mereka mengusung tiga program, yakni sekolah gratis, berobat gratis, dan desa berdaya dengan anggaran 500 juta-2 miliar rupiah per desa.
Paslon nomor urut empat, Bursah Zarnubi-Parhan Berza, menggunakan tagline “Menata Kota Membangun Desa”. Paslon ini memaparkan analisis mendalam tentang persoalan utama yang terjadi di Kabupaten Lahat, yakni kemiskinan, ketimpangan, pengangguran, dan keterbelakangan.
Sebagai politisi level nasional sekaligus pendiri dan ketua umum Partai Bintang Reformasi (PBR), Bursah, bersama Perhan Berza, menyusun belasan program pendukung yang sangat rinci. Perhan merupakan ketua DPC Golkar Lahat dan anggota DPRD Kabupaten Lahat.
Paslon nomor urut lima, Purnawarman Kias-Rozi Ardiansyah, yang maju dari jalur perseorangan, menggunakan tagline “MAS”, mandiri, agamis, sejahtera. Purnawarman merupakan anggota DPRD Lahat bersama Rozi yang merupakan pengusaha memaparkan beragam program detail. Dalam kampanyenya, pasangan ini menawarkan program gaji 2 juta untuk tiap guru mengaji di Kabupaten Lahat.
Dari sisi visi-misi yang dikirim ke KPU, yakni berkas pelengkap pendaftaran, kelima paslon memiliki beberapa kesamaan. Kelima paslon sama-sama menyoroti persoalan kemiskinan dan pertanian. Hal tersebut dapat dipahami mengingat penduduk miskin di Lahat mencapai 17,11 persen dari total jumlah penduduk Lahat pada 2016.
Fokus kelima paslon terhadap pertanian juga bisa dilihat dari data luasnya lahan pertanian di Lahat yang mencapai 78 persen dari seluruh wilayah Lahat. Kabupaten Lahat dilewati lima sungai utama, Musi, Lematang, Kikim, Manna, dan Lintang. Ketersediaan lahan dan air (sungai) mendukung pertanian. Tak heran, Lahat dikenal sebagai penghasil padi dan kopi.
Di Lahat, sektor pertanian sendiri menjadi penyumbang nomor dua PDRB 2016 setelah pertambangan dan penggalian. PDRB harga berlaku Kabupaten Lahat tahun 2016 sebesar Rp14,4 triliun rupiah. Sepertiga PDRB disumbang dari bidang pertambangan dan penggalian (34,94 persen) dan seperlima dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (19,65 persen). Di bawahnya, berurutan sektor perdagangan besar sebesar 12,41 persen dan sektor konstruksi sebesar 8,69 persen.
Dari penelusuran di berbagai media online lokal Lahat selama jadwal kampanye Pilkada serentak 2018, yang menjadi pembeda Cik Ujang-Haryanto, terutama, adalah penyampaian program mereka saat kampanye.
Cik Ujang-Haryanto menyampaikan hal yang sederhana dan singkat dengan berulang-ulang di berbagai tempat saat kampanye. Mereka menjanjikan tiga hal, yakni sekolah gratis, berobat gratis, dan dana 500 juta-2 miliar untuk tiap desa. Hal itu disertai janji untuk mundur bila tiga hal tersebut tidak terlaksana.
Pesan yang disampaikan Cik Ujang-Haryanto ini sederhana, jelas, konkret, dan operasional. Tindakan komunikasi yang dilakukan paslon nomor urut tiga di lapangan tak lagi berkutat pada visi-misi panjang seperti yang mereka kirimkan sebagai konsumsi KPUD. Kesederhanaan pesan mereka mampu membuat masyarakat Lahat tak butuh penjelasan lain sehingga pesannya mudah diingat.
Sekolah gratis, pengobatan gratis, dan dana desa merupakan pesan yang konkret dan operasional. Operasionalitas program kampanye mereka juga ditegaskan dengan janji bahwa mereka siap mundur apabila tiga hal tersebut tak terlaksana.
Mudah Diingat, Ditagih
Kekhasan Cik Ujang-Haryanto tampak paling nyata dari penyampaian program mereka saat kampanye. Materi visi-misi yang mereka sampaikan ke KPUD, mereka sampaikan dalam format yang sederhana, jelas, konkret, dan operasional. Itulah kekhasan yang telah mengantarkan paslon ini memenangkan Pilkada Kabupaten Lahat 2018.
Kemenangan Cik Ujang-Haryanto terutama didapat karena optimalisasi salah satu modal kultural yang dimiliki, yakni efektivitas pesan dari kampanye yang dilakukannya. Kesederhanaan dan kejelasan pesan yang disampaikan membuat pesan tersebut mudah diingat dan tertangkap sebagai pesan yang mungkin untuk dilaksanakan.
Namun sebuah pesan yang sederhana, jelas, konkret, dan operasional, juga memiliki sisi risiko politik. Janji-janji tersebut juga akan mudah ditagih ketika mereka menjabat sebagai bupati Lahat. Kecuali jika masyarakat Lahat memang sengaja melupakan jaji yang dibuat politisi. Mari, menagih janji bupati! (MAHATMA CHRYSHNA/LITBANG KOMPAS)