Melepas Bayang-Bayang Timah Pangkalpinang
Sebagai bagian dari daerah penghasil timah, ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini lekat dengan atribut timah. Walau tidak memiliki basis produksi atau pengolahan, namun timah merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama di Kota Pangkalpinang.
Hal ini tercermin dari nilai PDRB Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2016 salah satu sektor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB Kota Pangkalpinang adalah Industri Pengolahan, yaitu sebesar 17,83 persen.
Pada sektor Industri Pengolahan, subsektor yang menyumbang peranan terbesar adalah Industri Logam Dasar dengan komoditas utama Logam Timah, yaitu sebesar 67,60 persen.
Selain merupakan kontributor terbesar pada kategori Industri Pengolahan, subsektor Industri Logam Dasar juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan PDRB Kota Pangkalpinang, yaitu sebesar 12,06 persen.
Beruntung juga kota ini memiliki Pelabuhan Laut Pangkalbalam yang memperkuat identitas kota timah. Pelabuhan tersebut menjadi sarana pemasaran timah dari pertambangan di wilayah Pulau Bangka ke pasar luar negeri.
Meski masih memberikan peranan yang cukup besar pada perekonomian, namun dalam lima tahun terakhir peranan subsektor ini terus mengalami penurunan. Kontribusinya terus menurun, dari 16,09 persen pada tahun 2012 menjadi 12,06 persen di tahun 2016.
Selain tantangan mencari alternatif pengganti timah sebagai kontribusi perekononiam daerah, permasalahan yang dihadapi kota Pangkalpinang adalah penanggulangan banjir.
Secara umum, wilayah Pangkalpinang memiliki morfologi berbentuk cekung, dimana bagian pusat kota berada di daerah rendah.
Keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui Sungai Rangkui yang membelah Kota Pangkalpinang.
Aktivitas penambangan juga menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir. Sungai-sungai mengalami pendangkalan akibat aktivitas penambangan pasir timah. Selain itu banyak terjadi alih fungsi lahan menjadi areal pertambangan sehingga daerah resapan air berkurang.
Paslon Pilkada
Tahun ini Kota Pangkalpinang melaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada) untuk menentukan pemimpin yang baru. Pilkada Kota Pangkalpinang tahun 2018 diikuti empat pasangan calon kepala daerah.
Mereka adalah pasangan Rinaldi Abdullah-Sarjulianto, Saparudin-Edison, Maulana Aklil-Muhammad Sopian, dan Endang Kusumawaty-Ismiryadi. Tiga pasangan diusung parpol, satu lainnya maju dari jalur perseorangan.
Persaingan dalam pemilihan kali ini boleh dibilang cukup merata. Hanya satu petahana yang maju pencalonan. Wakil Wali Kota Muhammad Sopian kembali mencalonkan diri dalam posisi yang sama.
Sedangkan Wali Kota Irwansyah memilih peruntungan dengan mencalonkan menjadi calon Wakil Gubernur Sumatera Selatan. Tidak hadirnya wali kota petahana, paling tidak mengurangi dominasi kekuatan suara. Peluang masing-masing pasangan untuk mendulang suara masih terbuka lebar.
Faktor kedua, tidak ada dominasi kekuatan partai politik di Kota Pangkalpinang. Empat partai yang memiliki suara terbanyak di Pemilu 2014, dukungannya terpecah ke tiga kandidat.
Pasangan Maulana Aklil-Muhammad Sopian diusung PDIP, Nasdem, PKS, pasangan Saparudin – Edison diusung koalisi Gerindra dan PPP, serta pasangan Endang Kusmawaty – Ismiyardi diusung Golkar, PAN, Demokrat, dan PKB. Adapun pasangan Rinaldi Abdulah – Sarjulianto maju dari jalur perseorangan.
Komposisi latar belakang masing-masing kandidat juga terbilang merata, yaitu perpaduan antara politisi dan birokrat. Pasangan jalur perseorangan, Rinaldi Abdulah – Sarjulianto berlatar belakang politisi dan PNS. Rinaldi saat ini menjabat Ketua DPC Partai Nasdem Kota Pangkalpinang.
Ia juga pernah menjadi anggota DPRD Kota Pangkalpinang. Pendampingnya, Sarjulianto merupakan birokrat karir. Sarjulianto pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebelumnya, ia juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang.
Latar belakang pasangan Saparudin – Edison Taher adalah sama-sama PNS. Saparudin merupakan guru besar bidang informatika Univeristas Sriwijaya Palembang. Sedangkan Edison memiliki karir di dunia birokrasi di Pemkot Pangkalpinang. Terakhir, Edison menjabat Kepala Dinas Pendidikan.
Latar belakang pasangan Muhammad Aklil – M Sopian adalah PNS dan Wakil Walikota petahana. Aklil merupakan birokrat Provinsi Sumatera Selatan, pernah menjadi Penjabat Bupati Ogan Komering Ulu dan Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan.
Sedangkan pasangan Endang Kusmawati – Ismiyardi, memiliki latar belakang politisi. Endang merupakan politisi Partai Demokrat, sedangkan Ismiyardi pernah menjabat Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Wajah lama
Jika melihat kalkulasi dukungan di atas kertas, peta persaingan pilkada berpihak kepada pasangan Endang Kusmawaty – Ismiyardi. Mereka mengantongi dukungan dari 4 parpol dengan kekuatan 11 kursi DPRD.
Pasangan ini akan bersaing dengan Saparudin-Edison yang diusung PPP dan Partai Gerindra. Walau hanya memiliki 8 kursi DPRD, namun kedua parpol ini merupakan partai yang paling banyak mendulang suara di Pemilu 2014 lalu.
Saat itu, Partai Gerindra meraih 10.790 suara atau mendapat 12,35 persen suara, sedangkan PPP memperoleh 10.351 suara atau 11,85 persen suara. keduanya mengungguli PDIP yang memperoleh 11,40 persen suara, Partai Demokrat (9,37 persen), dan Partai Golkar (9,46 persen).
Namun, banyaknya modal dukungan parpol belum tentu seirama dengan hasil pilkada. Pada pemilihan tahun 2013, calon yang diusung Partai Demokrat maupun Partai Golkar, dua partai pemenang di Pemilu 2009 belum berhasil memenangkan kursi Wali Kota.
Justru koalisi PDIP yang berada di bawah Demokrat dan Golkar dengan mengusung Irwansyah- Muhammad Sopian mampu memenangkan kontestasi Pilkada 2013. Saat itu pasangan koalisi PDIP ini mengungguli calon yang diusung koalisi Gerindra dan PAN.
Tahun ini, persaingan antara koalisi PDIP dengan koalisi Gerindra diperkirakan akan kembali terjadi. Koalisi PDIP mengusung pasangan Maulana Aklil-Muhammad Sopian, sementara koalisi Gerindra mengajukan Saparudin – Edison.
Menariknya lagi, dua kandidat akan berhadapan kembali seperti di pilkada 2013 silam, yaitu Saparudin dengan Muhammad Sopian. Pada pilkada sebelumnya, Muhammad Sopian yang berpasangan dengan Irwansyah berhasil ungul tipis atas Saparudin di putaran kedua dengan perolehan 52,57 persen suara.
Selain menghadirkan persaingan wajah-wajah lama, dominasi birokrat dalam pilkada kali ini juga menarik untuk diamati. Lima dari delapan kandidat yang mengikuti pilkada memiliki rekam jejak di dunia birokrasi.
Banyaknya PNS yang ikut menjadi peserta pilkada setidaknya dapat dimaknai dalam tiga hal. Pertama, pengalaman birokrat terutama dalam hal manajemen pemerintahan menjadi nilai lebih bagi kandidat untuk mendulang suara masyarakat.
Faktor kedua, kapabilitas birokrat diakui sebagai salah satu sumber kepemimpinan di Negeri ini. Terpilihnya Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya dua periode adalah contoh keberhasilan jejak karir birokrat. Sebelum menjadi Wali Kota Surabaya, Risma menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah euforia kemenangan birokrat di pilkada Kota Pangkalpinang sebelumnya. Wakil Walikota Muhammad Sopian juga menapaki jalur birokrasi sebelum terpilih pada Pilkada 2013. Ia diangkat menjadi PNS pada 1986 dan jabatan terakhirnya adalah Camat Rangkui.
Petahana unggul
Rekapitulasi hasil penghitungan suara yang dilakukan KPU Kota Pangkalpinang pada 6 Juli 2018 menunjukkan pasangan Maulana Aklil-Muhammad Sopian memperoleh 31.792 suara atau 41,58 persen.
Pesaing terdekatnya, pasangan Saparudin-Edison memperoleh 25.283 suara atau 33,07 persen. Dua pasangan kandidat lain, Endang Kusumawaty-Ismiryadi memperoleh 12.812 suara, sedangkan Rinaldi-Sarjulianto memperoleh 6.562 suara.
Hasil ini menggambarkan ketatnya persaingan dua kandidat pasangan nomor urut 3 dan nomer 2 tersebut. Namun, unggulnya perolehan suara kandidat yang diusung koalisi PDIP tidak dapat dilepaskan dari popularitas figur petahana, Wakil Walikota Muhammad Sopian yang mampu menjadi daya tarik kuat untuk mendulang suara.
Kinerjanya selama ini bersama Wali Kota Irwansyah diakui membawa perubahan positif bagi masyarakat Pangkalpinang. Capaian Indeks Pembangunan Manusia misalnya, terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Angkanya bahkan melebihi IPM Provinsi.
Selain figur, unggulnya pasangan Maulana Aklil-Muhammad Sopian ini didukung oleh kinerja mesin politik partai pengusungnya, terutama PDIP yang solid menggerakkan kader dan simpatisannya untuk meraup suara.
Tahapan pilkada mulai memasuki babak akhir. Saat ini menjadi momentum bagi walikota dan wakil walikota terpilih untuk menghadirkan kesejahteraan seluruh warga. Dan menjawab pekerjaan rumah bagi Kota Pangkalpinang yaitu mencari sumber pendapatan baru selain timah dan mengatasi banjir. (ANDREAS YOGA PRASETYO/LITBANG KOMPAS)