Berebut Kursi Lama Nurdin Abdullah
Setelah dua kali masa kepemimpinan Bupati Nurdin Abdullah, tampuk kekuasaan di Bantaeng kembali diperebutkan.
Kontestasi 2018 ini, menjadi pertarungan antara dinasti lama klen Azzikin yang diwakili anaknya dengan tokoh masyarakat Bantaeng yang mencoba peruntungan menjadi pemimpin baru.
Tiga paslon berlomba untuk merebut simpati masyarakat dan berjanji akan melanjutkan pembangunan yang telah dirintis sang mantan bupati, Nurdin Abdullah.
Kabupaten Bantaeng mengalami perubahan besar dibawah pemerintahan Bupati Nurdin Abdullah. Salah satu wilayah kecil di Sulawesi Selatan ini tak lagi menjadi daerah tertinggal dan daerah perlintasan saja.
Perlahan, selama 10 tahun terakhir, Bantaeng meninggalkan predikatnya menjadi daerah tertinggal dan memantapkan posisi menjadi daerah menonjol yang sarat dengan berbagai potensi sumber daya alam dan manusia.
Kabupaten Bantaeng mengalami perubahan besar dibawah pemerintahan Bupati Nurdin Abdullah.
Indikator sosial ekonomi, perlahan mulai meningkat, meski secara rata-rata masih dibawah nilai Sulawesi Selatan. Pendapatan perkapita penduduk misalnya, sebagai salah satu indikator yang menonjol.
Tahun 2010, pendapatan perkapita warganya masih Rp 15,21 juta. Tahun 2016 sudah meningkat dua kali lipat lebih menjadi Rp 34,06 juta.
Pendapatan Asli Daerah selama 10 tahun meningkat empat kali lipat. Tahun 2010, PAD yang didapat hanya Rp 16,41 milyar. Namun 2016 telah menjadi Rp 61,01 milyar.
Tak hanya soal keuangan daerah saja yang meningkat. Pengangguran di Bantaeng juga terus menurun selama 2012-2106. Tahun 2012, tingkat pengangguran terbuka 7,02 persen. Februari 2016 menurun menjadi 5,11 persen. Rata-rata penduduk tertampung bekerja pada sektor pertanian dan industri pertanian.
Juga dengan angka kemiskinan yang berangsur-angsur menurun menjadi 9 persen, meski nilainya masih di atas kemiskinan Sulawesi Selatan. Sebagai contoh, tahun 2013, angka kemiskinan masih 10,45 persen. Tiga tahun kemudian menurun menjadi 9,51 persen.
Pada bidang sosial, prestasi yang tercatat adalah meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selama lima tahun terakhir. Tahun 2010, angka IPM masih 62,46. Tahun 2016 meningkat menjadi 66,54, meski angka tersebut ada di bawah IPM Sulawesi Selatan.
Selain IPM, catatan prestasi lainnya adalah menurunnya angka kematian bayi (AKB). Sebelumnya nilai AKB adalah 12 dari 100.000 kematian per tahun. Sekarang sudah nol alias tidak ada kematian bayi lagi setelah lahir. Perubahan indikator sosial ekonomi tersebut karena berbagai inovasi yg dilakukan Nurdin Abdullah.
Diantaranya inovasi pertanian seperti sebagai wilayah produsen benih berbasis teknologi, Gerakan Sistem Tanah Legowo-21. Program itu meningkatkan produksi petani, industri pengolahan hasil pertanian, pembentukan BUM-Desa serta berbagai budidaya pertanian seperti talas, stroberi, dan durian.
Kemudian inovasi kesehatan seperti layanan kesehatan gratis di RSUD Bantaeng yang bertaraf internasional serta layanan petugas kesehatan dan ambulan gratis jika ada pasien yang sakit.
Layanan kesehatan gratis di RSUD Bantaeng serta ambulan gratis.
Masa kontestasi
Namun, selalu menjadi persoalan saat sistem pemerintahan sudah berjalan baik dan mapan, serta masyarakat sudah sejahtera, suatu daerah harus berganti kepemimpinan.
Begitu juga dengan Bantaeng yang harus mencari pemimpin baru setelah dua kali masa jabatan Nurdin Abdullah.
Kursi panas Bantaeng kembali diperebutkan. Kali ini ada tiga pasangan calon yang mencoba untuk mendapatkan kekuasaan baru. Dua paslon maju melalui jalur partai dan satu melalui jalur perseorangan.
Sebenarnya sebelum proses verifikasi, ada satu paslon lagi yang maju melalui jalur non partai. Namun tak memenuhi syarat karena kurang mengumpulkan dukungan suara.
Jika satu paslon atas nama Andi Baso Fahrir dan Alam Syahrudiin lolos, akan menorehkan cerita yang sama dengan dua pesta politik sebelumnya. Pada pilkada 2008 dan 2013, diikuti oleh 4 paslon yang didukung juga oleh jalur partai dan perseorangan.
Dari ketiga paslon yang maju, satu paslon merupakan anak bupati Bantaeng periode 1998-2008 . Dua lainnya merupakan tokoh masyarakat yang bercita-cita ingin melanjutkan pembangunan yang telah dimulai oleh Nurdin Abdullah.
Menurut Andi Luhur Prianto, akademisi Universitas Muhammadiyah, Makasar, pilkada 2018 ini akan mengulang cerita lama pilkada 2008 lalu.
Saat 2008, dua adik Bupati Azzikin Solthan yakni Ibrahim Solthan dan Syahlan Solthan menjadi peserta pilkada, melawan Nurdin Abdullah, pendatang baru, putra daerah yang lama tinggal di Jepang.
Namun, langkah kakak beradik tersebut terganjal oleh kemenangan Nurdin Abdullah dengan 46 persen suara.
Tahun ini, Klen Azzikin masih berusaha untuk melanjutkan kepemimpinan Bantaeng yang diwakili oleh kehadiran putranya Ilham Syah Azzikin.
Adapun Nurdin Abdullah tidak bermaksud untuk melanjutkan dinasti kekuasaan dan secara tegas menyatakan tak mendukung siapapun.
Namun, menurut Luhur, salah satu wakil paslon Ando Mappatoba masih merupakan kerabat Nurdin Abdullah, sehingga cerita 2008 bisa terulang kembali.
Dinasti lama
Kisah kontestasi bermula dari paslon Ilham Syah Azzikin dan Sahabuddin. Ilham direpresentasikan sebagai wakil dari dinasti lama (klen Azzikin) yang ingin melanjutkan kekuasaannya di Bantaeng.
Ilham sebenarnya lahir dan bersekolah pendidikan dasar di Bantaeng. Namun, memilih bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Maros setelah lulus dari STIEPDN di Jatinangor, Bandung.
Ilham yang berusia 44 tahun memilih berpasangan dengan Sahabuddin yang berusia lebih tua (54 tahun).
Selain karena Sahabuddin lebih tua, Sahabuddin juga merupakan Ketua DPRD Bantaeng 2014-2019) yang diharapkan bisa mengimbangi pengalaman memimpin di Bantaeng.
Meski sudah lebih dari 22 tahun mengabdi di Kabupaten Maros, Ilham rela melepaskan jabatannya sebagai Assisten II Kabupaten Maros dan keluar dari ASN.
“Ada kerinduan untuk mengabdi pada tanah Bantaeng dan ingin membuat Bantaeng lebih baik” kata Ilham saat ditanya alasannya untuk mencalonkan diri menjadi Bupati Bantaeng.
Strateginya untuk merebut hati warga Buttatoa tersebut tidaklah muluk. Lulusan STPDN tahun 1997 tersebut tetap ingin melanjutkan program pemerintahan Nurdin Abdullah dengan memanfaatkan dan memaksimalkan apa yang telah dibangun.
“Pengalamanan, prestasi, dan pendidikan saya cukup mendukung untuk melanjutkan pemerintahan tersebut” tegasnya.
Paslon dengan visi “Melanjutkan Kejayaan Bantaeng” tersebut mempunyai tiga program unggulan yang merupakan kelanjutan dari program pembangunan Nurdin Abdullah.
Program pertama adalah Gratis perlengkapan sekolah setiap Tahun Ajaran baru. Program tersebut ada karena selama ini Ilham melihat para pelajar masih kesulitan biaya untuk memenuhi kebutuhan peralatan sekolah meski selama ini biaya sekolah telah gratis.
Selain kesehatan, program lanjutan yang dijanjikan lainnya adalah asuransi pertanian dan jaminan ketersediaan pupuk. Program pertanian tersebut dilatarbelakangi oleh mayoritas (80 persen) penduduk Bantaeng yang bekerja di sektor pertanian.
Asuransi yang dikeluarkan dari dana pemerintah tersebut akan mengembalikan biaya produksi pertanian saat terjadi gagal panen.
Program lainnya adalah membuka lapangan kerja dengan bantuan modal usaha berbasis Dusun dan RW. Program ini memanfaatkan Balai Latihan Kerja yang telah ada sebagai tempat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dengan berbagai ketrampilan.
Namun, tak berhenti sampai itu saja. Ilham juga akan memberikan kemudahan akses bahan baku, permodalan, dan distribusi hasil industri rumah tangga.
Di atas kertas, pasangan IlhamSAH ini berpotensi besar untuk menang karena diusung oleh enam partai dengan 19 kursi dan didukung oleh 2 partai (PBB dan PDIP).
Paslon dengan tagline BERIMAN ini juga mendapat dukungan dari berbagai tokoh masyarakat lokal dan provinsi. Sebut saja Tenre Olle Yasin Limpo, adik Syahrul Yasin Limpo yang merupakan Wakil Ketua DPW Nasional Demokrat Sulawesi Selatan , Rimlan Abdullah, adik Nurdin Abdullah, hingga Bupati Maros yang rela meminjamkan mobil pribadinya untuk berkampanye.
Paslon nomer urut tiga ini juga digadang-gadang mirip seperti Nurdin Abdullah, karena mempunyai ilmu dan pengalaman dalam mengelola daerah.
Dukungan masyarakat pun juga cukup besar, terutama pendukung-pendukung fanatik ayahnya, Azzikin Sulthan. Dukungan tokoh masyarakat yang berpengaruh serta kelompok masyarakat yang fanatik bisa menjadi modal untuk mendulang suara tinggi.
Namun, belakangan menurut Jayadi Nas, akademisi dari Universitas Hasanuddin, dukungan suara bagi paslon IlhamSAH menurun. Jayadi mengatakan, posisi Paslon No. 3 tersebut berada di urutan kedua setelah paslon Andi Sugiarti-Andi Mappatoba.
Alasannya, masyarakat tidak suka saat secara tidak sengaja, Ilham membawa nama Ichsan Yasin Limpo, calon Gubernur Sulsel dalam sebuah kampanye.
Masyarakat Bantaeng yang sudah secara bulat suara mendukung Nurdin Abdullah menjadi Gubernur Sulsel merasa jika Ilham sudah tidak pro lagi pada Nurdin.
Selain itu, meski banyak pendukung fanatik, ada juga segelintir masyarakat yang tidak suka dengan pemerintahan ayahnya, Azzikin Sulthan.
Bagi sebagian masyarakat Bantaeng, pemerintahan Azzikin Sulthan tidak berdampak pada kesejahteraan penduduk. Hal tersebut bisa dilihat dari angka-angka sosial ekonomi yang cukup rendah pada masa pemerintahannya.
Seperti angka kemiskinan yang mencapai 21 persen, pendapatan perkapita hanya Rp 5,27 juta, hingga laju ekonomi yang hanya 5,1 persen.
Tokoh baru
Pasangan calon nomer urut dua : Andi Sugiarti – Andi Mappatoba menjadi rival berat IlhamSAH. Siapakah mereka? Andi Sugiarti merupakan politikus Golkar yang belakangan pindah ke PPP.
Ibu Andi Sugiarti menjadi anggota DPRD Bantaeng selama 1992-2009, kemudian berlanjut di DPRD Sulawesi Selatan 2009 sampai sekarang.
Sebenarnya Andi Ugi, sebutan bagi Andi Sugiarti, bukan orang baru dalam kontestasi Bantaeng. Pada Pilkada 2008, Andi Ugi pernah berpasangan dengan Ibrahim Solthan, adik bupati Azzikin Solthan.
Saat itu, dia kalah dan hanya menduduki posisi ketiga dengan perolehan 19.26 persen suara. Sekarang dia maju lagi dan memilih berpasangan dengan Andi Mappatoba.
Pasangannya ini merupakan seorang birokrat Bantaeng yang sudah 35 tahun mengabdi dengan berbagai jabatan struktural dari camat hingga Kepala Bagian Umum Kabupaten.
Hampir sama dengan Ilham, Andi Ugi juga mengusung program yang intinya melanjutkan pembangunan Nurdin Abdullah. Program yang dijanjikan disebut Program Andalan yang merakyat, efisien, dan komprehensif bersama Sumanga’na Bantaeng.
Jika diperhatikan, nama program Andalan mengambil nama dari Profesor Andalan yang merupakan slogan Nurdin Abdullah saat maju menjadi Calon Gubernur Sulawesi Selatan.
Dua belas program yang dijanjikan terdiri atas kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan modal usaha, penanggulangan bencana, budaya serta agama.
Program ANDALAN kesehatan diantaranya, BPJS Kesehatan gratis, pembagian susu gratis bagi ibu dan anak. Pemberian 1000 beasiswa pendidikan tinggi pertahun untuk pendidikan karena selama ini pendidikan tinggi jarang tersentuh.
Di bidang ketenagakerjaan dan modal, seperti BPJS Ketenagakerjaan gratis, jaminan upah layak sesuai UMK bagi tenaga honorer, bantuan modal usaha petani, nelayan, dan UKM, serta jaminan pemberdayaan pengusaha lokal.
Pelestarian budaya lokal, dan pesantren sebagai salah satu ujung tombak pembangunan sumber daya manusia menjadi program ANDALAN budaya.
Meski hanya didukung oleh dua partai (PKB dan PPP) dengan 5 kursi, paslon dengan tagline Sumanga’na ini cukup percaya diri untuk memenangkan kontestasi.
Alasannya, keduanya telah lama berkiprah di Bantaeng, berpengalaman mengelola Bantaeng, dan lebih penting sangat dikenal masyarakat,
Hal tersebut terbukti dari pengakuan ibu Hawati (62), seorang pedagang makanan dan minuman di Pantai Seruni. Hawati secara tegas akan memilih Andi Ugi karena cukup mengenal dia sejak kecil hingga sekarang.
“Orangnya baik, ramah dan merakyat”, kata Hawati yang malam itu ditemui sedang menghidangkan minuman dagangannya di Pantai Seruni. Selain itu, Hawati juga mengatakan akan memilih Andi Ugi karena ingin mencoba kiprah pemimpin perempuan di Bantaeng.
Pengakuan Hawati tersebut bisa menjadi modal suara Andi Ugi untuk mengambil suara dari kaum perempuan di Bantaeng yang jumlahnya sekitar 52 persen (72.999 pemilih) pemilih.
Namun, bukan hanya pemilih perempuan, masyarakat yang tidak suka dengan dinasti lama bisa memilih pasangan yang janjinya lebih berpengalaman ini.
Paslon baru lainnya yakni Muhamad Alwi – Nurdin Halim yang maju melalui jalur perseorangan dengan dukungan 15 ribu suara. Keduanya merupakan tokoh baru yang mencoba merebut perhatian masyarakat Bantaeng dengan melanjutkan program pertanian Nurdin Abdullah.
Muhammad Alwi awalnya seorang guru SD yang telah puluhan tahun mengajar. Selanjutnya, dia menjadi politisi di DPRD Bantaeng dan belakangan dia menjadi pengusaha perikanan. Pasangannya, Nurdin Halim merupakan mantan politisi PPP .
Mereka cukup percaya diri bisa memenangkan kontestasi karena berhasil mengumpulkan 40 ribu KTP, meski yang diserahkan ke KPU hanya sekitar 15 ribu suara. Dukungan 40 ribu suara tersebut merupakan 28 persen dari jumlah pemilih tetap di Bantaeng (140.535 pemilih).
Visi dan misi pasangan Sianitta tersebut adalah memperbaiki sektor ekonomi masyarakat terutama pertanian serta meningkatkan mutu kesehatan dan pendidikan. Selama ini pendapatan petani rendah karena distribusi air irigasi belum merata di setiap daerah.
Pola tanam dan ilmu pertanian petani juga masih rendah sehingga produksi dan nilai jual rendah. Dalam salah satu kampanyenya, Paslon Siani’ta tersebut menjajikan kehadiran industri pengolahan pakan ternak.
Pemilih rasional
Tiga paslon meski berasal dari latar belakang yang berbeda hadir dengan jualan kampanye yang sama, yakni melanjutkan pembangunan yang telah dirintis bupati Nurdin Abdullah. Hal itu dilakukan karena pemilih Bantaeng, merupakan pemilih rasional.
Tiga paslon berbeda kampanye sama, melanjutkan yang diraih Nurdin Abdullah.
Masyarakat akan memilih berdasarkan program-program yang ditawarkan. Program pasangan calon yang bisa mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraanlah yang akan dipilih.
Meski demikian karakter patron klien suku makassar sebagai suku yang mayoritas di Bantaeng masih tetap ada.
Faktor ketokohan masih cukup berpengaruh juga dalam memilih calon pemimpin selain program-program yang ditawarkan. Dukungan-dukungan berbagai tokoh masyarakat pada masing-masing calon masih akan memengaruhi keterpilihan masyarakat.
Bagaimanapun pemenang pilkada Bantaeng adalah pasangan calon yang bisa meyakinkan masyarakat. Juga yang dipercaya bisa melanjutkan program-program pembangunan yang telah dirintis Bupati Nurdin Abdullah.
(M. PUTERI ROSALINA/LITBANG KOMPAS)