Meski masih dibayangi ketidakpastian global, ekonomi Indonesia berpotensi segera pulih dari resesi. Salah satu syaratnya adalah pengendalian pandemi Covid-19 dan vaksinasi.
Oleh
hendriyo widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Dunia menyebutkan Indonesia bisa bangkit dari resesi pada tahun ini di tengah masih berlanjutnya krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Percepatan vaksinasi dan penanganan Covid-19, dukungan moneter dan fiskal yang kuat dan terukur, serta penciptaan lapangan kerja menjadi kunci pemulihan ekonomi Indonesia.
Dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia bertajuk ”Mempercepat Pemulihan” edisi Juni 2021 yang diluncurkan pada Rabu (17/6/2021), Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 tumbuh 4,4 persen. Pada 2022, pertumbuhan tersebut dapat menguat menjadi 5 persen dengan asumsi ketidakpastian ekonomi global mulai berkurang dan vaksinasi telah mencakup jumlah penduduk yang cukup besar pada triwulan IV-2021.
Namun, baik pada tahun ini maupun tahun depan, ketidakpastian global diperkirakan masih tinggi. Apalagi pada tahun ini, ketidakpastian terkait pandemi Covid-19 masih tinggi lantaran risiko penularan virus kembali meningkat akibat munculnya virus varian baru.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen mengatakan, percepatan vaksinasi dan peningkatan penanganan atau pengendalian Covid-19 menjadi kunci utama saat ini. Hal itu perlu dibarengi dengan dukungan moneter dan fiskal yang kuat baik untuk memulihkan ekonomi.
Di bidang fiskal, Indonesia perlu meningkatkan pendapatan pajak dan ruang fiskal untuk belanja prioritas. Adapun di bidang moneter, Indonesia perlu menjaga kebijakan moneter yang akomodatif dan mendorong kredit swasta untuk mendukung sektor riil sembari memantau kerentanan eksternal dan keuangan.
”Reformasi untuk memperkuat iklim investasi, memperdalam pasar keuangan, dan meningkatkan ruang fiskal untuk keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang sangat penting agar kepercayaan konsumen dan investor terbangun,” kata Kahkonen dalam peluncuran laporan tersebut secara virtual.
Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 tumbuh 4,4 persen. Pada 2022, pertumbuhan tersebut dapat menguat menjadi 5 persen.
Badan Pusat Statistik mencatat, ekonomi Indonesia terkontraksi selama empat triwulan berturut-turut sejak Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020. Pada triwulan II-2020 dan triwulan III-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing minus 5,32 persen dan minus 3,49 persen. Pada triwulan IV-2020 dan triwulan I-2021, pertumbuhan ekonominya masih terkontraksi, yaitu masing-masing minus 2,94 persen dan minus 0,74 persen.
Sementara Pemerintah Indonesia menyebutkan, Indonesia akan lepas dari jurang resesi pada triwulan II-2021. Pemerintah memperkirakan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2021 akan tumbuh antara 7,1 persen dan 8,3 persen secara tahunan. Adapun sepanjang 2021, perekonomian Indonesia ditargetkan bisa tumbuh 4,5 persen-5,5 persen.
Laporan Bank Dunia tersebut juga menekankan pentingnya keberlanjutan jaring pengaman sosial guna menekan laju pertambahan pengangguran dan kemiskinan. Bank Dunia yakin jika paket bantuan sosial yang digulirkan pada tahun lalu dipertahankan pada tahun ini, akan berpotensi menjaga 4,7 orang Indonesia tidak jatuh dalam kemiskinan.
Sepanjang Februari 2020 hingga Februari 2021, sekitar 1,8 juta orang kehilangan pekerjaan dan 2,8 juta orang jatuh ke dalam kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, Bank Dunia juga meminta Indonesia mempertahankan dan menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan tersebut.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Habib Rab mengemukakan, krisis akibat pandemi berisiko memperberat tantangan ketenagakerjaan Indonesia. Namun, di sisi lain, krisis ini menjadi peluang mengatasi hambatan daya saing dan inklusi untuk menciptakan lapangan kerja kelas menengah dan memperkuat partisipasi perempuan dalam perekonomian.
”Indonesia perlu menciptakan lapangan kerja bagi kelas menengah agar semakin produktif menopang perekonomian, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dan memberikan manfaat sosial,” ujarnya.
Indonesia perlu menciptakan lapangan kerja bagi kelas menengah agar semakin produktif menopang perekonomian, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dan memberikan manfaat sosial.
Untuk memperkuat sektor tenaga kerja, Bank Dunia merekomendasikan empat strategi. Pertama, mengurangi risiko kehilangan pekerjaan dengan mempertahankan program retensi pekerjaan, bantuan sosial, pelatihan, dan program pelatihan ulang yang memadai hingga pemulihan ekonomi berjalan dengan lebih kuat.
Kedua, meningkatkan produktivitas dan pekerjaan kelas menengah dengan mendukung penguatan daya saing, investasi, dan perdagangan. Ketiga, melengkapi tenaga kerja Indonesia untuk memiliki pekerjaan kelas menengah dengan berinvestasi dalam sistem pembelajaran dan pelatihan, serta berbagai program untuk meningkatkan keterampilan pekerja.
Keempat, mendorong lebih banyak perempuan untuk mengambil bagian dalam angkatan kerja dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya dengan berinvestasi pada jasa perawatan anak dan lanjut usia, mendukung pengembangan sektor swasta dalam ekonomi yang berbasis pada jasa perawatan, dan meningkatkan pertumbuhan usaha rumahan.