Jakob Oetama Wafat
Laporan tadi menandai berakhirnya reportase langsung malam ini. Simak ulasan selengkapnya tentang wafatnya Jakob Oetama di Harian Kompas dan kompas.id. Reportase langsung pemakaman almarhum akan dilakukan lagi pada Kamis (10/9/2020) pagi. Terimakasih telah mengikuti reportase langsung kami dari sore hingga malam ini.(NDY)
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Ketua Dewan Pers, Mohammad Nuh menilai Jakob Oetama merupakan sosok yang cerdik, cerdas, dan sangat santun. Beliau pun dinilai tegak lurus untuk urusan Merah Putih. "Saya rasa belum ada sosok yang menggantikan Pak Jakob Oetama. Kami semua sangat kehilangan sosok yang sangat menaruh perhatian terhadap nilai-nilai kemanusiaan," ujar Nuh. (SPW/SHR)
(KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI)
Budayawan Romo Mudji Sutrisno menilai, Jakob Oetama merupakan mahaguru kemanusiaan untuk perjuangan Indonesia yang majemuk. Menurutnya, sosok Jakob Oetama adalah orang beriman yang percaya perjuangannya adalah providentia dei, yang berarti penyelenggaraan Ilahi. "Sebagai orang beriman, dia (Jakob Oetama) sungguh menghayati itu. Hal ini terlihat seperti judul bukunya, yaitu Syukur Tiada Akhir," kata Romo Sindunata. (SPW/SHR)
Jurnalis senior TVRI Imam Priyono terkesan dengan kesahajaan Jakob Oetama. “Pada sebuah acara lima tahun lalu, ketika membawakan acara, saya bertemu beliau. Saya ingin berkenalan dan bersalaman dengan beliau, responnya tidak saya duga. Beliau mendekat ke arah saya dan mengulurkan tangan. Beliau langsung memilih berdiri dan menyampaikan,“ kata Imam. Beliau rendah hati dan bersahaja. Saya belajar banyak dari pertemuan singkat dengan beliau. Sekali lagi, saya turut berduka.(NDY)
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Tokoh Muhammadiyah, Din Syamsuddin melayat almarhum Jakob Oetama di Lobi Kantor Kompas Gramedia Palmerah Selatan pada Rabu (9/9/2020). Baginya, Jakob Oetama merupakan sosok yang menjunjung tinggi pluralisme.
"Saya baru pernah bertemu beberapa kali saja dengan beliau (Jakob Oetama). Tapi pertemuan kami berkualitas, tidak hanya basa-basi, pertemuan kami selalu membahas tentang persoalan bangsa untuk kemajuan," kata Din Syamsuddin. (SHR/SPW)
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Menteri Sosial Juliari P Batubara turut serta dalam misa keluarga di rumah duka. Seusai misa, dia membagi kesan tentang sosok Jakob Oetama yang dia kenal. "Beliau adalah tokoh besar di bidang media. Kami semua menikmati karya-karya beliau. Beliau juga membangun media yang juga menjadi mitra bagi pemerintah. Kami turut berduka dan merasa kehilangan," ucapnya. (DIV)
(KOMPAS/SHARON PATRICIA)
Almarhum Jakob Oetama tiba di Lobi Kantor Kompas Gramedia Palmerah Selatan pada Rabu (9/9/2020) sekitar pukul 21.00 WIB. Jenazah akan disemayamkan hingga Kamis (10/9/2020) besok sebelum dihantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis (10/9/2020) pukul 10:30 WIB. (SHR/SPW)
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Sejumlan seniman menggelar doa bersama untuk pendiri harian Kompas sekaligus Kelompok Kompas Gramedia, Jakob Oetama, Rabu (9/9/2020) malam, di Taman Yakopan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Doa bersama itu ditujukan untuk mendoakan Jakob Oetama yang wafat pada Rabu siang di Jakarta. (HRS)
Kompas/Aditya Diveranta.
Mobil jenazah berangkat dari rumah duka di Jalan Sriwijaya 40, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menuju tempat persemayaman pada pukul 20.45. (DIV)
Gubernur Banten Wahidin Halim menyatakan duka sedalam-dalamnya atas wafatnya Jakob Oetama (88 tahun), Rabu (9/9/2020). Wahidin Halim meyampaikan rasa belasungkawa juga menyatakan terima kasihnya karena selama ini, Kompas Gramedia Group turut menyampaikan pesan-pesan pemerintahan untuk Provinsi Banten.
Bagi Wahidin, almarhum Jakob Oetama adalah sosok inspiratif dan jurnalis yang memiliki ideologis tinggi. “Atas nama pribadi dan seluruh jajaran Pemerintah Provinsi Banten kami mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya, Pak Jakob Oetama adalah salah satu tokoh pendiri Kompas, orang yang sangat baik dan kebanggaan masyarakat Indonesia", ujar Gubernur Banten Wahidin Halim.
(KOMPAS/SHARON PATRICIA)
Sejumlah kerabat dari almarhum Jakob Oetama mulai mendatangi Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, tempat almarhum akan disemayamkan. Jenazah akan dihantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis (10/9/2020) pukul 10:30 WIB. (SHR)
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Tamu misa dan awak media menunggu proses pengangkutan mendiang Jakob Oetama di Jalan Sriwijaya 40, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (9/9/2020) pukul 20.30. Mendiang akan dibawa menuju ke Gedung Kompas di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat. (DIV)
Kita kehilangan seorang tokoh dan guru bangsa. Semoga mendapat tempat yang layak disisiNya dan seluruh keluarga dan keluarga besar Kompas diberikan kekuatan dan penghiburan.
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Situasi terkini di Gedung Unit II Kompas Gramedia Palmerah Selatan Jakarta. Kursi telah ditata sedemikian rupa afar tetap sesuai dengan protokol kesehatan menjaga jarak. Kini proses disinfeksi area persemayaman sedang berlangsung. Sejumlah papan ucapan dari sejumlah Menteri telah datang di kompleks Palmerah Selatan. (SPW)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal Doni Monardo mengenang pertemuannya dengan Jakob Oetama. Ia menyampaikan dukacita atas meninggalnya Pak Jakob.
Saya sangat berduka dan kehilangan atas kepergian Pak Jakob Oetama. Beliau salah satu teladan saya. Beruntung sekali, beberapa kali Buya Syafii mengajak saya saat beliau bertemu Pak Jakob. Tak lengkap isi kamus Keindonesiaan tanpa nama beliau di dalamnya.
Fajar Riza Ul Haq, Dewan Pembina MAARIF Institute
Kami, seluruh anggota APP Jepang turut berduka cita atas meninggalnya Yth Bapak Jakob Oetama, Pendiri Kompas Grup. Semoga arwah Almarhum diterima di sisi Tuhan YME dan seluruh keluarga besar yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan ini. Salam hormat kepada Bapak Lilik Oetama.
Tan Ui Sian, Chairman APP Jepang
(KOMPAS/SHARON PATRICIA)
Persiapan persemayaman Jakob Oetama di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, Rabu (9/9/2020). Kursi-kursi yang ditata akan digunakan untuk misa pada Kamis (10/9/2020) sebelum besok dibawa ke Taman Makam Pahlawan, Kalibata.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Kristianus Liem ikut berduka cita atas meninggalnya Jakob Oetama.
“Selamat jalan Pak Jakob. Beristirahatlah dengan tenang di sisi-Nya. Kami mengenang segala jasa kebaikanmu. Tulisan dan pemikiranmu juga menjadi panduan kami,” kata Kristianus. (PDS)
Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma'ruf Amin memberi ucapan bela sungkawa atas meninggalnya pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama pada hari Rabu (9/9/2020)
Menghaturkan turut berduka mendalam atas wafatnya Pak JaKob Oetama kepada keluarga besar Grup Kompas-Gramedia. Putra pensiunan guru di Sleman Yogyakarta ini wafat dengan banyak memberi kepada bangsa Indonesia. Inilah saatnya bangsa Indonesia menyampaikan penghormatan terakhir untuk beliau. Dan kepada seluruh jajaran Kompas-Gramedia Group, kami mendoakan semoga inspirasi beliau terutama pada nilai-nilai, kedudukan, dan fungsi pers yang sangat terhormat dapat dipertahankan dan dikembangkan.
Salam duka dari kami,
Muhammad Edhie Purnawan, PhD, Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia.
Kompas/Priyombodo
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly menyampaikan ucapan duka cita atas wafatnya tokoh pers Jakob Oetama pada Rabu (9/9/2020). Laoly mengungkapkan, kepergian Jakob bukan hanya kehilangan besar bagi dunia pers nasional, tetapi duka bagi seluruh bangsa secara keseluruhan.
"Saya atas nama seluruh jajaran Kementerian Hukum dan HAM mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Jakob pada hari ini. Kepergian Jakob bukan hanya duka bagi dunia jurnalisme nasional. Namun, kita semua kehilangan salah satu tokoh bangsa yang menjadi teladan berkat komitmennya pada kemanusiaan dan ke-Indonesia-an," tuturnya.
Laoly menuturkan, karya dan peninggalan Jakob Oetama sudah lebih dari cukup untuk menilai kualitas pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas tersebut.
"Saya mengenal Jakob lewat karya-karyanya yang begitu kental dengan nilai-nilai kemanusiaan. Energinya seperti tak pernah habis dalam menyuarakan suara yang berdiam di hati rakyat kecil. Yang mengagumkan adalah bagimana suara-suara itu bisa disampaikan dengan caranya sendiri, sehingga menjadi kritik yang santun untuk membuka mata pemerintah atas keadaan yang dialami rakyat kecil," kata Yasonna. (PDS)
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengenang sosok pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama sebagai seorang yang arif dan bijaksana. Meski jauh lebih senior, dan ketokohannya dikenal lama, Jakob Oetama menurut Teten selalu menghormati para anak-anak muda yang menjadi aktivis.
"Yang sangat terkenang sampai sekarang adalah sikap Pak JO yg memperkakukan seorang aktivis seperti saya yang masih hijau saat itu dengan penuh respek, dan ini sangat penting sebagai dukungan bagi aktivis seperti saya. Dan ini sejalan dengan kebijakan redaksi Kompas yg memberi ruang terhadap aktivitas yang kami lakukan. Saya sangat respek dengan sikap Pak JO tersebut. Yang pasti itu didasari oleh sikap arif dan bijaksana Beliau," ujar Teten. (BIL)
Rhenald Kasali:
Turut berduka cita yg sedalam-dalamnya atas kepergian Bpk Jakob Oetama. Semoga Tuhan membukakan jalan dalam peristirahatan abadi di surga. Amin
Perkenankan saya menyampaikan ikut duka cita dengan berpulangnya bapak Jakob Oetama. Indonesia kehilangan beliau namun jejak-jejak pengabdian serta karya beliau bersama rekan-rekannya di Kompas Gramedia akan tetap ada menemani perjalanan bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Pengurus Yayasan Ciputra Pendidikan dan dosen di Universitas Ciputra Antonius
Founder Komunitas Menata Keluarga dan Penulis Buku Parenting Melly Kiong turut berduka cita. Indonesia pasti kehilangan sosok Pak Jakob Oetama. Saya pernah diceritain oleh almarhum Pak Daeod Joesoef. Pak Jakob sosok yang baik dan mencintai Indonesia. Sedih kalau melihat banyak manusia hanya bisa jadi penghujat, tapi Pak Jakob punya cara bijak untuk mengkritk.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo tiba di rumah duka, Rabu (9/9/2020), sekitar pukul 18.45. Dia akan memimpin misa keluarga di rumah duka yang direncanakan mulai pada pukul 19.00. (DIV)
Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan, Bappenas Amich Alhumami mengucapkan turut berduka mendalam atas berpulangnya Pak Jakob Oetama, sosok yang patut menjadi teladan dalam pengembangan pemikiran dan intelektualisme, figur yang selalu menginspirasi. RIP untuk beliau.
Turut menyampaikan duka cita atas berpulangnya Bapak Jacob Oetama
Doa menyertai keluarga besar Kompas Gramedia.
Dilapangkan jalan menuju surga keabadian.
Rinengkuh ing Pangeran
Emmy Kuswandari, Global Communication Division, APP Sinar Mas
Mantan Rektor UNS Ravik Karsidi: RIP. Saya ikut berduka cita atas berpulangnya alm. Bapak Jakob Oetama, semoga Tuhan menerima kepulangan almarhum di sisiNYA. Amin. ??
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menyatakan, kepergian Jakob Oetama membuat Indonesia kehilangan sosok guru. Jakob turut mewarnai dinamika pers, demokrasi, humanitas di Indonesia. Dia menjadi bagian dari arus Reformasi Indonesia.
"Teriring doa semoga almarhum berdiam di rumah Tuhan, surga yang kekal. Terima kasih atas jasa dan pengabdian kepada bangsa dan negara," katanya (FAI)
Turut simpati mendalam atas berpulangnya ke rumah Tuhan, “man of ideas”, Bapak Jacob Oetama.
“Hidup ini adalah providentia dei”
Salam dan doa kami untuk seluruh keluarga besar yang ditinggalkan.
Troy Pantouw--Praktisi PR
Turut belasungkawa atas wafatnya Bapak Jacob Oetama?
Panutan dan teladan dalam hidup yang memberi cahaya edukasi tanpa menggurui ???? -- Moza Paramitha
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Tamu kerabat Jakob Oetama terus berdatangan di rumah duka, Rabu (9/9/2020) pukul 18.30. Sekitar 30 menit lagi, misa keluarga di rumah duka akan dimulai. (DIV)
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri turut berduka cita atas meninggalnya Jakob Oetama pada Rabu (9/9/2020). Firli telah mengenal Jakob, sehingga merasa kehilangan.
“Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh nasional. Beliau sangat berperan dan telah memberikan perhatian, pikiran, serta tenaga dalam upaya membangun peradaban bangsa Indonesia,” kata Firli.
Ia menegaskan, Jakob juga sangat berjasa dalam pengayaan literasi Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa. (PDS)
Direktur Eksekutif Lokataru Foundation Haris Azhar: Turut berduka cita utk keluarga besar Kompas atas meninggalnya Pak Jakob Oetama. Tokoh substansial bagi dunia jurnalisme di Indonesia. kesuksesan yang multi dimensi. selamat jalan Pak JO!!
Saya harus terus semangat berkarya agar Pak JO senang dan agar saya yang juga septemberians bisa mengharumkan sejarah seperti halnya apa yang sudah Pak JO lakukan. -- Samsudin Tukang Cerita
Mantan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menilai sosok Jakob Oetama sebagai tokoh bangsa dan pejuang kemanusiaan. Menurut Alex, salah satu warisan terbesar Jakob Oetama adalah harian Kompas, yang dengannya Bangsa Indonesia bisa mengerti tentang keindonesiaan. "Melalui nilai dan karyanya kami mengeti tentang keindonesiaan tanpa tersekat, terutama apabila kita membaca Harian Kompas sejak dulu. Rest in peace pak Jakob, usia bapak berakhir tapi karya bapak abadi," ujar Alex Noerdin. (BIL)
Bertempat di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) Cilangkap, Jakarta Timur Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan dukacita dan rasa keprihatinan yang mendalam atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia dan sekaligus pemimpin umum Harian Kompas Bapak Jakob Oetama, pada hari Rabu, 9 September 2020. Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Mohamad Zaenal.
“Kami atas nama seluruh prajurit TNI Angkatan Laut mengucapkan dukacita yang mendalam serta merasa kehilangan atas meninggalnya tokoh pers, pendiri Kompas Gramedia Bapak Jakob Oetama. Semoga amal ibadah Beliau diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” jelas Kasal.
Kerjasama antara Kompas dan TNI Angkatan Laut selama ini telah berjalan dengan sangat baik terutama dalam hal publikasi pemberitaan TNI Angkatan Laut. (ONG)
ARSIP KOMPAS GRAMEDIA
Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro menyebut Jakob Oetama telah berjasa dalam mencerdaskan masyarakat melalui Harian Kompas. Harian Kompas yang ia bentuk, selama ini telah menyajikan tulisan-tulisan yang kritis, analitis namun tetap menawarkan solusi.
"Pak Jakob dari awal membawa ke arah situ. Di Indonesia, tidak banyak media seperti Kompas. Kebanyakan hanya menyajikan fakta, tapi tidak disertai dengan solusi," katanya saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Warisan terbesar Jakob Oetama bagi para penerusnya, lanjut Ari, adalah kolom opini dan kolom analisis. Sebab, di saat seperti ini masyarakat membutuhkan bacaan yang bukan hanya sekadar berita. Lewat kedua kolom tersebut, masyarakat diajak berpikir kritis.
"Masyarakat yang berpikir ini adalah fondasi dari kelas menengah yang sehat. Bukan hanya sekadar mendengar rumor," katanya. (FRD)
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Sejak Rabu (9/9/2020) siang, karangan bunga terus berdatangan di rumah duka mendiang Jakob Oetama. Menjelang malam, beberapa karangan bunga dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, tiba di rumah duka. (DIV)
Begitu banyak orang yang bekerja untuk dirinya sendiri. Menjadi apatis terhadap sekitar lalu mati saat tak ada tenaga lagi untuk mencari nasi. Tapi berbeda dengan sosok Jakob Oetama. Beliau selalu menanamkan nilai bekerja dengan hati dan mengekspresikan diri sambil mengabdi.
Dan, sekarang beliau telah pergi. Seperti pada masa hidupnya yang selalu menginspirasi, kepergiannya juga harus tetap dapat menginspirasi kita semua yang masih berziarah di bumi.
Meskipun beliau telah pergi, namun semangatnya untuk membangun negeri akan selalu tertanam di hati kami. Selamat jalan Pak Jakob Oetama, jasamu untuk negeri akan selalu kami simpan dalam hati.
Soda Gembira - Magangers Kompas Muda Batch XI
Atas nama BTN dan temen-teman humas, kami mengucapkan turut berduka atas berpulangnya Bapak Jakob Oetama ke rumah Tuhan dengan iringan doa. Semoga almarhum diberikan tempat yang baik di sisi Tuhan. Amin.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Staf khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo turut berduka atas kepergian sosok Jakob Oetama. Menurut dia, Jakob adalah orang yang tulus, jujur, dan membangun keindonesiaan dengan hati.
"Nilai-nilai Pancasila itu selalu menjadi aplikasi hidupnya. Dia selalu mengingatkan, Bung, Jaga Indonesia, jaga keragaman, jaga kemajemukan," jelas Romo Benny.
Menurut dia, Jakob bersama Kompas mampu memberi nilai kemanusiaan dalam banyak hal, terutama nilai humanisme. Perwujudan Pancasila selalu ada menyertai Jakob dan Kompas. (DIV)
KOMPAS/INGKI RINALDI
Direktur Eksekutif Amnesti Internasional Indonesia Usman Hamid mengungkapkan rasa duka cita dan bela sungkawa atas meninggalnya pendiri Harian Kompas Jakob Oetama, pada Rabu (9/9/2020) siang tadi. Usman menyebut Jakob adalah legenda pers Indonesia. Sumbangsih Jakob Oetama untuk kebebasan pers di Tanah Air sangatlah besar.
"Turut berduka sedalamnya atas kepergian sang legenda pers tanah air Indonesia, Pak Jakob Oetama. Sumbangsih almarhum sangat besar bagi proses pencarian jati diri kebebasan pers Indonesia dalam perjalanan kehidupan sosial dan politik yang panjang. Kebebasan pers adalah pilar penting kebebasan berekspresi dan juga demokrasi pada umumnya. Kita semua layak mengenang sosok Pak Jakob Oetama, bukan hanya sebagai pendiri harian Kompas, tapi juga pemikiran di balik sosoknya, serta pengaruh Kompas dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak terbayang demokrasi Indonesia tanpa adanya media yg bisa bertahan dari rezim ke rezim. Semoga kekal segala amal baik Pak Jakob Oetama dan segera membawanya dalam kedamaian abadi. Semoga segala kesalahan atau kekhilafannya sebagai manusia juga diampuni oleh Tuhan Yang Maha Esa," ujar Usman Hamid. (BIL)
Arsip Kompas Gramedia
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida, "Kami mengenang konsistensi beliau untuk membangun Kompas sebagai media yang netral dan akurat di seluruh lini medianya. Itu yang harus dicontoh. Ke depan, (grup) Kompas harus tetap menjaga konsistensi itu". (LKT)
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Presiden Direktur Bank OCBC NISP (Tbk) Parwati Surjaudaja menyampaikan ucapan duka cita atas meninggalnya pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, pada hari Rabu (9/9/2020) siang tadi. Menurut Parwati, meninggalnya Jakob Oetama adalah kehilangan besar bagi Bangsa Indonesia.
"Turut berduka cita yang mendalam atas kepergian Bapak Jakob Oetama terkasih. Semoga almarhum sudah beristirahat dengan tenang dan diberi tempat terbaik disisiNya. Ini sungguh kehilangan besar bukan hanya untuk Grup Kompas namun bagi bangsa Indonesia. Jasa luar biasa beliau akan selalu dikenang dan ajaran beliau akan selalu jadi pegangan," ujar Parwati. (BIL)
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mande menilai Jakob Oetama sebagai sosok yang menginspirasi kemajuan bangsa dan kemajuan ekonomi.
"Kita melihat Jakob Oetama dan PK Ojong meletakkan dasar dan menginspirasi penulisan dan pewartaan yang tidak berpihak, tetap netral, menjaga keutuhan, menjaga solidaritas dan menginspirasi untuk menjadi media yang layaknya seperti nama Kompas yang berarti penunjuk arah atau haluan," ujarnya.
Menurut dia, Kompas sampai hari ini terbawa inspirasi beliau. Inspirasi dan nilai-nilai luhur yang sudah dibangun menjadi harapan untuk terus dipertahankan. Generasi berikutnya diharapkan mempertahankan dan memajukan. Kompas sudah membuktikan diri untuk mengikuti arus perubahan jaman dengan media cetak, daring dan televisi. Ini adalah langkah dinamis yang dibangun oleh Pak Jakob Oetama. (LKT)
Kompas/Totok Wijayanto
Suasana di rumah duka, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, sesaat setelah kedatangan jenazah Jakob Oetama. (TOK)
SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo turut menyampaikan duka cita atas meninggalnya pendirid an pemimpin umum Harian Kompas, Jakob Oetama pada hari Rabu (9/9/2020) ini. Ucapan duka cita Presiden Jokowi disampaikan melalui akun media sosial resminya, baik Twitter maupun Instagram.
Menurut Presiden, Jakob Oetama adalah sosok jurnalis sejati yang punya daya kritis tinggi. "Berduka cita atas kepergian Bapak Jakob Oetama, tokoh pers, pendiri dan pemimpin Harian Kompas, hari ini di usia 88 tahun. Almarhum seorang jurnalis sejati, punya daya kritis tinggi, yang disampaikan dengan bahasa halus dan santun," tulis Presiden.
Presiden menyampaikan banyak warisan kebaikan almarhum di dunia jurnalistik dan Bangsa Indonesia pada umumnya. "Selamat jalan Pak Jakob Oetama. Terima kasih untuk warisan kebaikan dan jasa almarhum untuk dunia pers dan bangsa ini. Semoga segala amal pengabdian almarhum mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT dan segenap keluarga yang ditinggalkannya tetap kuat dan tabah," demikian tulis Presiden Jokowi. (BIL)
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Menteri BUMN Erick Thohir menyambangi rumah mendiang Jakob Oetama di Jalan Sriwijaya Nomor 40 Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Rabu (9/9/2020) pukul 17:15. (DIV)
Arsip Kompas
Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan mengingat ucapan selamat dari Jakob Oetama kepada Ketua AJI 1997-1999, Lukas Luwarso, dalam diskusi komunitas pers Indonesia, Juni 1998. "Selamat Bung, AJI menang," demikian kata Jakob Oetama kepada Lukas.
Menurut Abdul, ucapan selamat itu merupakan pengakuan bahwa AJI berkontribusi melawan rezim otoriter Orde Baru. Sebagai Ketua Harian Dewan Pers di zaman Orde Baru, katanya, tak banyak ruang bagi Jakob untuk memperjuangkan kebebasan pers meskipun sikap Jakob secara pribadi jelas ingin memperjuangkannya.
"Saya kira menjadi Ketua Harian Dewan Pers saat itu sangat sulit karena ketuanya langsung dijabat oleh Menteri Penerangan Harmoko. Saya kira itulah batas yang bisa dia lakukan dan dia menunjukkan sikap berterima kasih kepada wartawan-wartawan yang telah melawan Orde Baru," katanya.
Selain menghadirkan jurnalisme humanis khas Kompas, Abdul pun menyoroti pendirian Gramedia oleh Jakob. Usaha ini menjadi krusial karena berkontribusi terhadap budaya literasi di Indonesia (FAI)
Seluruh warga Universitas Padjadjaran menghaturkan duka cita teramat dalam atas wafatnya pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama. Dalam pesan singkat yang diterima Kompas, Unpad berharap semoga teladan dan semangatnya dalam mewakili amanat hati nurani rakyat Indonesia akan selalu mewarnai insan pers Indonesia. (BSW)
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Karangan bunga mulai berdatangan ke rumah mendiang Jakob Oetama, Jalan Sriwijaya Nomor 40 Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (9/9/2020). Menjelang sore pukul 17.00, persiapan misa keluarga di rumah sedang berlangsung dan akan dimulai sekitar pukul 19.00 (DIV)
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Keluarga besar Gojek ikut menyampaikan duka cita atas meninggalnya pendiri harian Kompas, Jakob Oetama pada hari Rabu (9/9/2020) pukul 13.02. Co-CEO sekaligus Co-founder Gojek, Kevin Aluwi mengungkapkan, sosok Jakob Oetama sebagai salah satu tokoh yang menjadi bagian penting perjalanan Bangsa Indonesia.
"Saya dan segenap keluarga besar Gojek Group turut berduka cita atas berpulangnya pendiri utama Kompas Gramedia, Bapak Jakob Oetama. Jasa dan karya beliau menjadi bagian penting dari sejarah perkembangan bangsa Indonesia hingga hari ini dan seterusnya. Semoga beliau beristirahat dengan tenang dan diberikan kesabaran dan kekuatan untuk keluarga beliau serta seluruh rekan-rekan di Kompas Group," ujar Kevin. (MAR)
KOMPAS/SHARON PATRICIA
Suasana persiapan tempat persemayaman Jakob Oetama di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, Rabu (9/9/2020). Rencananya, jenazah akan dibawa ke kantor Kompas Gramedia ini pada pukul 20.30 untuk disemayamkan, sebelum besok dibawa ke Taman Makam Pahlawan, Kalibata. (SHR)
Ketua Umum Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Hargo Mandirahardjo mengucapkan bela sungkawa yang dalam atas berpulangnya Jakob Oetama. Jakob Oetama adalah sesepuh ISKA.
"Beliau pernah menjadi Ketua Umum PP ISKA dari tahun 1963 sampai 1985 atau sekitar 22 tahun," kata Hargo.
Menurut Hargo, Jakob Oetama telah memberikan panutan tidak hanya dalam kepemimpinannya di ISKA, namun juga sebagai tokoh intelektual dan tokoh pers di negeri ini.
Melalui pemikiran-pemikirannya, Jakob Oetama tidak hanya membangun dunia pers di Indonesia yang kini berkembang pesat, namun turut membangun Indonesia. (NAD)
ARSIP KOMPAS GRAMEDIA
Kendati tidak mengenal langsung sosok Jakob Oetama, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas banyak mendengar cerita dari gurunya, Lukman Harun, salah satu tokoh Muhammadiyah. Menurutnya, Lukman sangat dekat dengan sosok Jakob Oetama.
"Dari bapak Lukman Harun inilah saya banyak mendengar cerita tentang bapak Jakob Oetama. Ketika saya sering diajak beliau bertemu Pak Jakob, saya melihat kedua tokoh ini juga sangat sering berbeda pendapat. Untuk orang yang tidak memahami mungkin mereka dianggap bermusuhan, padahal mereka orang yang sangat dekat dan berteman akrab," katanya saat dihubungi, Rabu (9/9/2020).
Salah satu pelajaran berharga yang dapat diambil Anwar saat itu adalah, meskipun keduanya kerap berbeda pendapat, tapi rasa persaudaraan dan saling menghormati antara keduanya sangat luar biasa. Ia menduga, keduanya memiliki pengalaman yang sama di dunia jurnalistik, dimana perbedaan merupakan hal yang biasa.
"Cuma kalau hari ini saya lihat orang kok sangat takut sekali dengan perbedaan pendapat ya? Padahal bagi Pak Jakob dan Pak Lukman, perbedaan mereka lihat sebagai hal yang biasa dan wajar," kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Menurut Anwar, Jakob Oetama juga kerap membantu perjuangan Lukman Harun. Misalnya saat ia memperjuangkan undang-undang keormasan tahun 1980-an dan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional setelah itu. (FRD)
Sekretaris Kabinet Pramono Anung turut menyampaikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya pendiri Harian Kompas, Jakob Oetama, pada hari Rabu (9/9/2020). Dalam ingatan Pramono, Jakob Oetama adalah salah satu tokoh yang berjasa besar bagi aktivis-aktivis muda Indonesia di masa reformasi 1998 yang menumbangkan kekuasaan Orde Baru. Bagi Pramono, Jakob Oetama adalah tokoh yang memberikan banyak ruang kepada aktivis-aktivis muda tersebut untuk tampil di publik. "Bangsa Indonesia kehilangan seorang tokoh besar. Selamat Jalan Pak Jakob Oetama," ujar Pramono. (BIL)
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengenang Jakob Oetama sebagai sosok besar yang berintegritas. "Beliau adalah sosok besar, berintegritas, dan salah satu sosok yang selalu menyuarakan dan menjaga hati nurani rakyat dalam rentang panjang sejarah modern Indonesia," katanya dalam pesan singkat, Rabu (9/9/2020).
Ia mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Jakob Oetama. "Selamat Jalan Pak Jakob, semoga inspirasi Bapak selalu menjadi semangat insan pers Indonesia di masa depan." (CHE/ART)
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Hingga Rabu (9/9/2020) pukul 16.20, belum ada persiapan pemakaman pendiri Kompas, Jakob Oetama, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Petugas keamanan setempat mengatakan, belum ada informasi lebih lanjut perihal waktu dan lokasi persis pemakaman.
Jakob berhak dimakamkan di TMP Kalibata karena memperoleh Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah pada 21 Juli 1973. Salah satu penerima Bintang Mahaputra yang dimakamkan di sini ialah Menteri Luar Negeri era Presiden Soeharto, Ali Alatas, pada 2008. (SKA)
Jenazah pendiri harian Kompas, Jakob Oetama tiba di rumah duka Jalan Sriwijaya Jakarta Selatan, sekitar pukul 16.00. Selanjutnya jenazah almarhum Jakob Oetama rencananya akan disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan, untuk memberi kesempatan dilakukannya penghormatan terakhir sebelum rencananya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, hari Kamis besok. (DIV)
Kompas/Wawan H Prabowo
Mobil ambulans tiba di rumah duka, Jalan Sriwijaya, Jakarta, Rabu (9/9/2020) sore. (WAK)
ARSIP KOMPAS GRAMEDIA
Wartawan Senior Asro Kamal Rokan mengenang Jakob Oetama sebagai tokoh yang santun dan tidak membedakan senior dengan junior. "Saya sangat terkesan dan menghormati Pak JO (inisial Jakob Oetama di Harian Kompas). Beberapa tahun lalu, semasa Pak JO masih sering hadir dalam berbagai acara, saya sering bertemu. Dalam setiap pertemuan, Pak JO yang lebih dahulu menyapa dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman," katanya.
Dalam suatu pertemuan, Jakob dengan suaranya yang lembut, menyapa Asro lebih dahulu. "Asro sudah di TVOne sekarang, saya sering lihat," ujarnya ramah. Saya jawab, masih di LKBN Antara Pak, sedangkan di TVOne terkadang sebagai narasumber acara Minggu Pagi.
Karakter Jakob Oetama yang ramah, santun, dan sangat menghormati setiap orang, menular pada wartawan dan karyawan Kompas. "Setiap bertemu dengan pemimpin di redaksi Kompas, di antaranya Suryo Pratomo, Rikard Bagun, Budiman Tanurejo, Ninuk Mardiana Pambudi, Rosiana Silalahi (KompasTV), juga Tri Agung Kristanto, dan Mohammad Bakir, mereka santun dan menghormati setiap orang, seperti Pak JO," katanya.
Jakob Oetama awalnya seorang guru, yang kemudian meniti karier sebagai wartawan Mingguan Penabur pada 1956. Dari sini, Pak Jakob bersama PK Ojong, mendirikan majalah Intisari (1963). Ketertarikan Pak Jakob terhadap penerbitan pers, berlanjut dua tahun kemudian dengan mendirikan Harian Kompas bersama PK Ojong. (FRD)
Kompas/Agus Susanto
Mobil ambulans yang membawa jenazah Jakob Oetama melaju menuju rumah duka, Rabu (9/9/2020) sore. (AGS)
ARSIP PRIBADI
Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Bahtiar mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Jakob Oetama. Baginya, Jakob Ortama merupakan pejuang demokrasi.
"Beliau adalah salah satu tokoh utama yang mengabdikan seluruh hidupnya mengawal peradaban kebangsaan Indonesia. Pejuang demokrasi khusus pejuang kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pikiran baik lisan maupun tulisan. Beliau pun membuktikannya dengan membangun Kompas Group yang didedikasikan untuk mendidik warga Bangsa Indonesia," ujar Bahtiar melalui pesan singkat, Rabu (9/9/2020). (SHR)
Wakil Ketua Dewan Pers Hendry CH Bangun menjelaskan, Jakob Oetama adalah wartawan yang mampu menyampaikan kritik terhadap pemerintah secara santun. Bagi dia, yang penting pesan sampai tanpa melukai. "Kadang dianggap penakut, tapi kalau media lalu dibredel justru pesan atau kritik tidak akan sampai," katanya.
Hendry melanjutkan, Jakob juga contoh wartawan yang mampu mengelola media dengan baik sehingga karyawan sejahtera. Kesejahteraan membuat wartawan akan taat terhadap kode etik karena tidak perlu mencari penghasilan sampingan.
"Dia juga berani investasi pendidikan bagi wartawan dan karyawan sehingga kompetensi mereka tinggi," tambahnya. (FAI)
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani menyampaikan ucapan duka cita atas wafatnya Jakob Oetama. Berikut ucapannya :
"Pak Jakob Oetama adalah salah satu dari sedikit entrepreneur yang berlatar belakang wartawan. Dari sisi entrepreneurship, beliau dapat menjadi teladan karena tidak mudah bagi seseorang yang sangat menjiwai, sangat "wartawan" gitu, terus bertransformasi menjadi pengusaha. Beliau memiliki idealisme tinggi, baik sebagai wartawan maupun sebagai entrepreneur. Sebagai pengusaha, beliau tidak menghilangkan idealismenya sebagai wartawan. Pak Jakob Oetama adalah sosok yang sangat peduli terhadap masalah negara dan masyarakat. Latar belakang sebagai wartawan yang mungkin menjadikan beliau seperti itu."(CAS)
KOMPAS/BUDIMAN TANUREJO
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut menyampaikan ucapan duka cita meninggalnya pendiri harian Kompas Jakob Oetama, pada Rabu (9/9/2020) siang. Menurut Anies, Jakob Oetama adalah sosok yang berjasa besar dalam perjalanan Bangsa Indonesia.
"Almarhum Pak Jakob Oetama, jasanya, kontribusinya pada bangsa dan negara ini amat luar biasa. Tugas besar dan mulia untuk meneruskan dan makin membesarkan warisan karya-karya Pak Jakob," ujar Anies. (BIL)
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Papan ucapan berduka cita mulai tiba di Gedung Unit II Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, pada Rabu (9/9/2020). Ucapan duka cita antara lain dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, dan Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas. (SPW)
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Mobil ambulans bersiap berangkat dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading menuju rumah duka di Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Rabu (9/9/2020) sore. (AGS)
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Jakob Oetama, yang wafat hari ini, Rabu (9/9/2020), akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). Sampai Rabu pukul 15.40, pihak pengamanan TMP Kalibata mengatakan, belum ada koordinasi dari Markas TNI Komando Garnisun Tetap I/Jakarta untuk menyiapkan pemakaman Jakob Oetama. (ERK)
KOMPAS/JB SURATNO
"Sindhunata, Pemimpin Redaksi Majalah Basis, menulis dalam kata pengantar pameran lukisan menyambut 50 Tahun Majalah Basis, "Ikon tradisional dari idiom Melik Nggendhong Lali adalah gambar Petruk memakai busana raja. Memangku wanita dan minum arak."
Latar belakang gambar itu, lakon carangan wayang Petruk Dadi Ratu. Mabuk kuasa, wanita, dan kenikmatan, itulah yang hendak dikatakan oleh ikon itu. Kiranya idiom Melik Nggendhong Lali beserta ikon Petruk itu bisa mengenai siapa saja yang lupa diri karena pamrihnya. Rakyat kecil pun bisa tercabut dari kesederhanaan dan keaslian dirinya, bila kekuasaan dan pamrih telah melingkupinya.
Lebih lanjut ditanyakannya, "mengapa kritik di atas justru digambarkan dalam tokoh punokawan, padahal sasaran utamanya adalah atasan yang berkuasa?" Pertanyaan inilah yang kiranya layak digali juga oleh intelektual maupun seniman. Rasanya kekuasaan itu suatu misteri yang bisa menerkam siapa saja, termasuk rakyat kecil sekalipun, sampai mereka juga gampang lupa diri..." Penggalan tulisan Jakob Oetama bertajuk Pesta Emas Majalah "Basis", "Melik Nggendhong Lali", 1 Desember 2001. (ART)
"Almarhum Jakob Oetama adalah humanis sejati yang sepenuhnya mencintai kebangsaan-keindonesiaan. Humanisme almarhum melintasi batas-batas suku bangsa, tradisi sosio-kultural dan agama. Dengan humanisme itu almarhum misalnya mengekspresikan empati pada kalangan ormas Islam dan cendekiawan Muslim.
Sejak Kompas berdiri sampai sekarang, komitmennya dalam memperkuat kesatuan bangsa tidak perlu diragukan. Sehingga wajar jika dalam pemberitaan di Harian Kompas, tidak ditemukan isu-isu menyangkut SARA, karena beliau sadar betul bagaimana memilih isu yang memperkuat kebangsaan, bukan isu yang memicu perpecahan bangsa. Beliau juga merupakan donatur besar bagi Yayasan dan Perguruan Tinggi Paramadina. Yayasan pendidikan yang didirikan oleh Nurcholis Madjid itu banyak bergerak di isu keislaman yang inklusif, dan semangat membangun keindonesiaan," tulis Azyumardi Azra, Rabu (9/9/2020). (DEA)
KOMPAS/INSAN ALFAJRI
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Atal S Depari menyatakan, Jakob Oetama menjadi guru bagi pers nasional (FAI)
Profesi wartawan maupun usahawan mulanya bukanlah cita-cita awal Jakob Oetama. Jakob sempat menjadi guru di sejumlah sekolah, kemudian menyelesaikan studi ilmu sejarah di Jakarta pada 1956. Dalam "Bersyukur dan Menggugat Diri" (2009), dia sempat bekerja di mingguan "Penabur", serta melamar menjadi calon dosen di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Di antara dua kemungkinan dengan karier sebagai dosen, Pastor Odejans OFM yang memimpin mingguan "Penabur" mengatakan, "Jakob, guru sudah banyak, wartawan kurang." Lalu anjuran tersebut menjadi titik balik.
Jakob semakin mantap memilih profesi wartawan. Sambil bekerja di mingguan "Penabur", dia juga menempuh studi di Perguruan Tinggi Ilmu Publisistik Jakarta, kemudian di program doktoral Jurusan Ilmu Publisistik Fakultas Sosial Politik Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Perjalanan hidup mempertemukan Jakob dengan sosok Petrus Kanisius Ojong. Mereka berdua adalah cikal bakal berdirinya surat kabar Harian Kompas. (DIV)
Menteri Perindustrian 2014-2016, Saleh Husin, menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama. Saleh melihat Jakob sebagai sosok yang berjasa terhadap dunia pers nasional. Jakob dalam pandangan Saleh juga memiliki integritas dan jati diri yang kuat.
"Beliau juga telah banyak mendidik dan melahirkan banyak kawan-kawan pers menjadi tokoh media nasional yang handal. Buat sahabat saya, Pak Lilik Oetama dan teman-teman di Kompas Group, kami turut berduka cita atas berpulangnya Pak Jakob Oetama," ujar Husin yang kini menjabat Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia melalui keterangan tertulis. (IGA)
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Cendekiawan Yudi Latief menilai, di bawah aura kepemimpinan intelektual Jakob Oetama, Harian Kompas menjadi cermin keindonesiaan sekaligus pembentuk wawasan keindonesiaan. Dari sana muncul jaringan kepedulian dan intelektual lintas-kultural dan lintas-generasi, dengan semangat humanisme- transendental dan kebangsaan yang inklusif. "Perkembangan intelektual saya sendiri tumbuh bersama Kompas. Mulai menulis artikel di Harian ini sejak 1989, saat masih mahasiswa S1. Pada 2015, mendapat Anugerah Kompas untuk "Cendekiawan Berdedikasi", yang secara beruntung masih bisa diserahkan langsung olah Pak Jakob. Selamat Jalan Sang Guru Bangsa. Dalam mati engkau abadi!" tulis Yudi sebagai ungkapan bela sungkawa. (DEA)
(ARSIP KOMPAS GRAMEDIA)
Keluarga besar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) turut berduka cita atas meninggalnya Jakob Oetama. Hal tersebut disampaikan secara langsung oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Rabu (9/9/2020). Hasto mengaku turut kehilangan panutan besar di negeri ini.
"Atas nama BKKBN dan seluruh jajaran yang ada di seluruh Indonesia, kami mengucapkan bela sungkawa atas berpulangnya Bapak DR (HC) Jakob Oetama
(Pendiri Kompas Gramedia) pada hari ini. Sungguh kami merasa ikut kehilangan panutan besar di negeri ini. Kami mendoakan semoga diterima semua amal kebaikannya. Semua keluarga diberi kesabaran. Semua jajaran Kompas bisa meneruskan cita-cita almarhum dan semoga Kompas tetap jaya. Amin," katanya. (FRD)
"...Menyadap ide demokrasi relatif mudah. Membangun masyarakat yang membuat demokrasi terlaksana memerlukan pekerjaan dan upaya-upaya besar. Inilah yang perlu kita warisi apinya. Mereka para Founding Fathers mati-matian dengan penuh pengorbanan membangun bangsa dan negara, membebaskan dari belenggu kolonial. Generasi sekarang harus pula mati-matian membebaskan rakyat dari kemiskinan, keterbelakangan. Pendidikan dan pencerahan, itulah pekerjaan besar yang menanti.
Berkeadaban adalah istilah yang berkali-kali digunakan Bung Karno, di antaranya dalam pidato Lahirnya Pancasila. Beragam Secara Beradab, Hidup Bersama sebagai Bangsa secara Beradab. Bukankah ada gaung sinonim di dalamnya dengan tugas besar yang kini disebut sebagai membangun masyarakat madani.
Sekarang pun, persoalannya sama, ada kebebasan, mana tanggung jawabnya, ada individualisme, mana komitmen sosialnya, ada demokrasi, mana kultur politiknya yang mendukung. Ada ekonomi pasar, mana komitmennya untuk berkeadilan sosial. Ada globalisasi, mana porsinya yang adil dan fisibel bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia..." Penggalan tulisan Jakob Oetama berjudul "Berdialoglah dengan Sejarah *100 tahun Bung Karno (1901-2001)" yang dimuat di Harian Kompas, 1 Juni 2001. (ART)
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Persiapan terus dilakukan di area lobi Gedung Unit II Kompas Gramedia Palmerah Selatan, Rabu (9/9/2020) sore. Lokasi ini bakal digunakan sebagai tempat persemayaman jenazah pendiri Kompas Jakob Oetama. (SPW)
Jakob Oetama bukan figur yang asing dengan insiden perampasan kebebasan pers. Pada 25 Januari-5 Februari 1978, Kompas diberedel oleh pemerintahan Orde Baru atas pemberitaan unjuk rasa mahasiswa yang menentang pencalonan kembali Soeharto sebagai presiden.
Menurut Jakob, pers menjadi integral dalam proses demokrasi dalam memberdayakan rakyat untuk berpartisipasi proses politik dengan lebih terinformasi.
”Untuk menjalankan hak dan kewajibannya, rakyat memerlukan perangkat, di antaranya media massa. Dimulai dengan memberikan informasi yang benar, saksama, dan lengkap. Otonomi dan independensi memudahkan perolehan, penggarapan serta presentasi informasi yang benar, saksama, lengkap. Sering juga disebut berimbang atau cover both sides,” tulis Jakob dalam Pers Indonesia (2001). (SPW)
"Selain sebagai jurnalis idealis, Pak Jakob Oetama juga bisa membuktikan bahwa tanpa meninggalkan idealisme pun beliau dapat maju dalam kegiatan usahanya yakni pers yang kemudian berkembang ke kegiatan ekonomi lainnya. Beliau dapat sukses dengan tetap mempertahankan idealisme. Saya juga terkesan ketika di suatu acara beliau menyampaikan pidato dengan mengutip buku yang ditulis Kim Woo Choong, pendiri Daewoo, bagi generasi muda Korea. Intinya : untuk menjadi patriotik tidak dimonopoli satu dua jenis pekerjaan. Pengusaha yang baik pun dapat menjadi patriot. Ini salah satu warisan nilai yang patut dipegang para pengusaha," kata pengusaha yang juga Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anton J Supit, Rabu (9/9/2020). (CAS)
Kepolisian Negara Republik Indonesia menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, Rabu 9 September 2020.
"Sebagai mitra, kami atas nama keluarga besar Mabes Polri turut berduka cita atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama. Semoga segala kebaikannya diterima Tuhan YME," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Raden Prabowo Argo Yuwono.
Menurut Argo, Jakob Oetama adalah jurnalis senior dan tokoh pers nasional. Jakob Oetama merupakan sosok sederhana yang selalu mengutamakan
kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.
"Indonesia kehilangan tokoh pers terbaik," ungkap Argo. (NAD)
"...Dalam bidang visi, arah, dan semangat, reformasi lemah. Amat cepat reformasi seakan-akan kehilangan atau surut rohnya. Demokrasi tidak cukup disertai komitmen bahwa kekuasaan pada tingkat mana pun mengharamkan setiap bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Hal itu harus menjadi kebajikan pemerintah reformasi. Begitu ada tanda-tanda komitmen dan kebajikan itu kosong, merosotlah kredibilitas dan kewibawaan kekuasaan reformasi.
Bagaimana cara melihat dan menilai yang lebih tepat? Persaingan atau kehadiran kekuatan-kekuatan terus berlanjut karena pemerintah tidak efektif atau kekuatan-kekuatan itu membuat pemerintah tidak efektif? Menurut kenyataannya itulah yang tampak dan terasakan..." Penggalan tulisan Jakob Oetama berjudul Kesan dan Pesan yang Ditinggalkan oleh Tahun 2000, di Harian Kompas (31/12/2000). (ART)
KOMPAS/BUDIMAN TANUREDJO
Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas (kanan), saat menerima Life Time Achievement Award untuk Kategori Kepemimpinan Bisnis dari Tahir Foundation, Selasa (8/12/2015), di Jakarta. Penghargaan diserahkan dewan juri, Komaruddin Hidayat (kedua dari kanan), didampingi Dato Sri Prof Dr Tahir dan Jusuf Wanandi (anggota dewan juri). (FRD)
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya pendiri harian Kompas Jakob Oetama, hari Rabu 9 September 2020 di Jakarta. Ucapan duka cita langsung disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Haedar mengatakan, aalmarhum semasa hidupnya mengabdi penuh untuk kemajuan dunia pers Indonesia sekaligus menyuarakan pikiran-pikiran maju yang mencerdaskan bangsa. "Saya berjumpa dan berdiskusi beberapa kali dengan Pak Jacob, dapat menimba kearifan dan kedalaman berpikir yang maqomnya melampaui insan pers tetapi menjelma sebagai tokoh bangsa yang visioner dalam pemajuan pemikiran keindonesiaan," ujarnya.
Bahkan saat mulai uzur, memori Jakob Oetama tentang sejarah perjalanan bangsa menurut Haedar masih kuat. "Bangsa Indonesia kehilangan pemikir dan tokoh kebudayaan Indonesia berwawasan melintasi. Selamat jalan Pak Jakob Oetama," ujar Haedar. (BIL)
(ARSIP KOMPAS)
Kepala Sekolah Politisi Muda, Muhammad Zuhdan, menyampaikan ucapan turut berduka cita atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama. Baginya, Jakob Oetama tidak hanya sekadar jurnalis tetapi juga guru.
"Semoga warisan nilai ke-Indonesia-an dan kemanusiaan yang Pak Jakob selalu tebarkan, bisa menginspirasi banyak kaum muda bangsa ini. Rest In Peace dan selamat jalan sang guru jurnalis kemanusiaan," ujar Zuhdan. (SHR)
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama saat menerima penghargaan sebagai The Best CEO 2003 dari Majalah SWA bekerja sama dengan Synovate dan Dunamis Organization Service di Hotel Intercontinental MidPlaza, Jakarta, Senin (26/1/2003) malam. Penghargaan diberikan oleh Pemimpin Redaksi Majalah SWA Kemal Effendi Gani (kiri) dan CEO Dunamis Nugroho Supangat (kanan). (FRD)
Roy N Mande, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, menyampaikan ucapan duka cita atas wafatnya Jakob Oetama. Berikut petikan ucapan yang dituliskan lewat pesan singkat :
"Pak Jakob Oetama sosok yang menginspirasi kemajuan bangsa dan kemajuan ekonomi. Kita melihat Jakob Oetama dan PK Ojong meletakkan dasar dan menginspirasi penulisan dan pewartaan yang tidak berpihak, tetap netral, menjaga keutuhan, menjaga solidaritas, dan menginspirasi untuk menjadi media yang layaknya seperti nama "Kompas" yang berarti penunjuk arah atau haluan." (LKT)
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja, menyampaikan duka cita atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama. Ucapan ini disampaikan lewat pesan singkat.
Berikut kutipannya :
Kami keluarga besar PT Bank Central Asia Tbk, turut berduka cita teramat dalam atas berpulangnya Jakob Oetama. Beliau bukan sekadar tokoh pers pendiri konglomerasi media besar di Tanah Air. Beliau adalah sebuah nilai absolut yang tidak terganti. Nilai olah pikir dan kode etik dari seorang cendikiawan sejati. (DIM)
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama saat menerima penghargaan Lifetime Achievement Award dari Direktur Utama Bank BRI Sofyan Basir di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta, Rabu (5/12/2007), atas jasa-jasanya dalam menyumbangkan banyak pemikiran bagi kemajuan bangsa melalui media. Penghargaan itu juga diterima oleh para tokoh yang berjasa dalam bidangnya, yaitu Pia Alisjahbana dalam bidang media, Mooryati Soedibyo sebagai pelopor industri jamu dan kosmetika tradisional, Retno Iswari Tranggono sebagai pengembang industri nasional perawatan kulit yang menggabungkan ilmu medis, Retno Maruti sebagai pelestari budaya seni tari, dan Idris Sardi di bidang musik.(FRD)
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan ucapan turut berduka cita atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama. Lewat pesan singkat, Sri Mulyani menuliskan pengalamannya bersama Jakob Oetama.
Berikut isi pesannya :
Nama Pak Jakob Oetama dan PK Ojong identik dengan Kompas yang sejak dulu saya kenal sebagai surat kabar harian yang mengisi dan menjadi bahan utama pembicaraan dalam keluarga kami.
Pak Jakob mulai saya kenal secara dekat dan pribadi sewaktu saya menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi UI dan sering memberikan komentar dan tulisan mengenai situasi kondisi dan kebijakan ekonomi. Beliau juga mengundang ke Harian Kompas untuk berdiskusi atau sebagai panelis.
Sebagai seorang yang bersahabat dekat dengan Prof Widjojonitisastro, Menteri Ekonomi dan teknokrat senior yang telah berhasil membangun ekonomi Indonesia di masa Orde Baru, Pak Jakob memiliki perhatian dan passion mengenai kebijakan dan isu ekonomi. Beliau sangat menghargai pentingnya konsistensi kebijakan teknokratik yang tidak selalu mudah dalam lingkungan politik yang selalu dinamis.
Tulisan editorial Kompas dari Pak Jakob Oetama dulu selalu menjadi salah satu bacaan favorit yang menunjukkan pemihakan pada prinsip-prinsip kebijakan publik yang baik. Suara pemihakan tersebut sangat penting pada saat era Orde Baru dimana kepentingan kekuasaan begitu dominan, ketiadaan check and balance dan kebebasan berekspresi sering mengalami sensor.
Selamat jalan pak Jakob Oetama, jasamu ikut membentuk dan membangun Indonesia. Semoga arwahmu mendapat tempat yang baik di sisi Tuhan YME. (KRN/ART)
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Situasi di Gedung Unit II Kompas Gramedia Palmerah Selatan Jakarta pada Rabu (9/9/2020) siang. Lokasi ini akan menjadi tempat persemayaman pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama. (SPW)
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Anwar Nasution (kanan) saat menyerahkan
penghargaan The Indonesia Enterpreneur Of The Year 2005 kepada Pimpinan
Kelompok Kompas Gramedia Jakob Oetama, Kamis (24/11) di Hotel Mulia Jakarta. Penghargaan diberikan lembaga internasional Ernst & Young. (FRD)
(Arsip Kompas Gramedia)
Pada 21 Mei 1973, Jakob Oetama menerima penghargaan Bintang Mahaputra Kelas III (Bintang Utama) dari Pemerintah Indonesia. (FRD)
Pengusaha Sofjan Wanandi mengenang Jakob Oetama sebagai sosok yang selalu peduli dan memikirkan pembangunan Indonesia. "Beliau betul-betul ingin sekali Indonesia ini maju. Beliau juga meyakinkan pengusaha-pengusaha membantu pemerintah untuk meningkatkan ekonomi. Bicara soal komitmen terhadap kepentingan nasional," katanya saat dihubungi pada Rabu siang.
Sofjan menambahkan, para pengusaha menghormati Jakob. "Pak Jakob ini luar biasa. Kami para pengusaha sangat menghargai beliau, yang juga seorang pengusaha. Beliau selalu menginginkan media KOMPAS dapat dipakai untuk bersama-sama membangun bangsa ini," ucapnya. (CAS)
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Sejumlah satpam berjaga di depan ruang jenazah RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Rabu siang. Di dalam ruang jenazah, jasad Jakob Oetama tengah dimandikan. (AGS)
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Suasana kediaman Jakob Oetama di Jalan Sriwijaya Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (9/9/2020) siang, masih terlihat sepi. Sejumlah wartawan menanti jenazah Jakob Oetama dibawa ke kediamannya. (TOK)
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Meninggalnya Jakob Oetama tak hanya merupakan kehilangan besar bagi keluarga besar Kompas Gramedia, namun juga Bangsa Indonesia. Jakob Oetama adalah tokoh pers nasional yang meneladankan nilai-nilai jurnalistik yang baik untuk semua wartawan harian Kompas.
Direktur Komunikasi Kompas Gramedia, Rusdi Amral mengatakan, Indonesia merasakan kehilangan besar dengan berpulangnya Jakob Oetama. "Jadi memang hari ini adalah hari bersejarah tak hanya buat kami, tapi juga pers Indonesia. Hari ini telah berpulang tokoh pers Indonesia bapak Jakob Oetama. Walau mengembangkan banyak usaha, almarhum tak pernah meninggalkan identitas sebagai wartawan, dengan nilai kejujuran, integritas, humanisme. Saya kira pers Indonesia kehilangan tokoh legenda dari nilai-nilai yang diwariskan. Juga tentu idealisme yang disebarkan pada kita. Tentu nilai yang disebar itu tidak akan mati, akan dihidupkan kita semua," kata Rusdi. (BIL)
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Pemulasaran jenazah Jakob Oetama, salah satu pendiri Harian Kompas, Rabu (9/9/2020) di Rumah Sakit Mtira Keluarga Kelapa Gading Jakarta Utara. Jakob Oetama wafat dalam usia 88 tahun setelah dirawat sejak dua pekan lalu di Rumah Sakit Mitra Keluarga. Jakob Oetama meninggal tepat pukul 13:05 setelah mengalami koma sejak hari Minggu (6/9). (DAN)
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Pendiri harian Kompas sekaligus Kelompok Usaha Kompas Gramedia, Jakob Oetama meninggal dunia, Rabu (9/9/2020) di Jakarta. Jakob Oetama meninggal setelah dirawat sejak tanggal 22 Agustus lalu. Menurut Direktur Komunikasi Kompas Gramedia, Rusdi Amral, Jakob Oetama meninggal tepat pukul 13.05 setelah sempat mengalami koma sejak Minggu (6/9) sore. (BIL)
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, dinyatakan meninggal pada Rabu (9/9/2020) pukul 13.05. Siang ini, jenazah tengah dimandikan sebelum disemayamkan di kantor Kompas Gramedia. (AGS)
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Mobil jenazah disiapkan di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading untuk membawa jenazah Jakob Oetama. Rencananya, Jakob Oetama juga akan disemayamkan di kantor Kompas Gramedia, Jakarta. (AGS)
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Jenazah Jakob Oetama dibawa ke ruang jenazah RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, untuk dimandikan. (AGS)
"Berita bukan sekadar informasi tentang fakta. Berita sekaligus menyajikan akan arti dan makna dari peristiwa," demikian Jakob dalam pidato bertajuk Antara Jurnalisme Fakta dan Jurnalisme Makna, Kamis (17/4/2003) di Yogyakarta, ketika memperoleh gelar doktor honoris causa (HC) di bidang komunikasi dari Universitas Gadjah Mada. (FAI)
Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, wafat di RS Mitra Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (9/9/2020) pukul 13.05. Sejak Minggu sore, kondisi kesehatan Jakob kritis.
Jakob lahir di Desa Jowahan, Magelang, Jawa Tengah, 27 September 1931. Ia sempat menjadi guru, sebelum beralih profesi sebagai wartawan. Bersama PK Ojong, Jakob mendirikan majalah Intisari pada tahun 1963, dan mendirikan Kompas pada tahun 1965. Jakob menjadi Pemimpin Redaksi Kompas sejak berdiri hingga tahun 2000. (ART)