SURABAYA, KOMPAS – Calon Presiden Prabowo Subianto mengklaim mampu membuat Indonesia swasembada pangan dan energi sehingga tidak perlu impor. Selain itu, jika dipercaya memimpin Indonesia, ia akan menurunkan tarif listrik dan harga pangan.
Janji itu diutarakan dalam pidato Silaturahmi Alim Ulama/Kyai Jam\'iyah Ahlith Thoriqoh Syathoriyah An-Nahdliyyah Indonesia di Jalan Bogorami, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (19/2/2019). Di acara itu, Prabowo juga menerima deklarasi dukungan yang diwakili oleh kalangan alim ulama atau kyai.
Sayangnya, Prabowo tidak menjelaskan dalam pidatonya bagaimana strategi yang akan ditempuh untuk memastikan Indonesia swasembada terutama pangan dan energi. “Saya sudah pelajari ke beberapa negara. Saya sudah pelajari caranya bagaimana. Kita akan turunkan harga-harga makanan pokok untuk rakyat kita. Kita akan tingkatkan penghasilan untuk petani dan produsen lain. Pertanyaan, apa bisa? Saya katakan, bisa!,” ujarnya di pengujung pidato.
Prabowo mengklaim punya strategi, pemahaman, dan program untuk membuat Indonesia swasembada pangan, energi, dan air. Tidak akan impor. Tarif listrik akan diturunkan. Petani akan dibela supaya berpenghasilan baik dan tersenyum setiap panen. Nelayan, petambak, dan peternak akan diberdayakan. “Rakyat kita harus bisa makan daging, makan telur, makan ayam dengan harga terjangkau,” katanya dengan bersemangat.
Prabowo juga menyatakan, pemerintah mengakui ada dana senilai Rp 11.400 triliun yang “parkir” di luar negeri. Di dalam negeri, uang cuma Rp 5.465 triliun. Artinya, kekayaan Indonesia tidak tinggal di dalam negeri sehingga sulit untuk mendorong kemakmuran. “Bukan Prabowo pesimistis. Prabowo ingin mengubah hal ini,” ujarnya tanpa penjelasan lebih jauh.
Dalam pidatonya, Prabowo juga mengingatkan adanya segelintir orang yang memiliki kekuasaan luar biasa dan menjadi amat kaya. Jika kekayaan diraih dengan cara yang halal tak perlu iri. Namun, jika didapat dengan menipu orang atau menghalalkan segala cara itu tidak bisa diterima. “Itu namanya patgulipat, kongkalikong, akal-akalan. Orang pintar tetapi minteri (membodohi). Orang pintar tetapi hati dan akhlak kurang,” katanya.
Prabowo dengan semangat tinggi juga menyatakan, kekuasaan di negeri ini berasal dari rakyat melalui demokrasi. Penguasa jangan semena-mena dengan rakyat. “Mereka yang berani mengintimidasi rakyatnya sendiri pasti akan tumbang, itu pelajaran sejarah manusia,” ujarnya.
Adapun menjelang kedatangan Prabowo, sekelompok masyarakat yang menyatakan diri mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 1 (Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin) berdiri di tepi jalan dengan membentangkan sejumlah spanduk. Ada yang bertuliskan “Selamat Datang Bapak Prabowo Di Wilayah Bulak-Kenjeran. Kami Menyambutmu Sebagai Tamu. Tapi Pilihan Kami Tetap Nomor 1 Jokowi-Ma’ruf Amin”. Ada juga spanduk yang bertuliskan “Kedatanganmu Di Bulak-Kenjeran Tidak Akan Merubah Apapun Pak Prabowo. Wilayah Bulak-Kenjeran Tetap Satu Suara Untuk Jokowi-Ma’ruf”.
Massa yang membawa spanduk berdiri di dekat penyambut rombongan Prabowo. Sempat terjadi salah paham antara kedua kelompok massa tetapi tidak sampai terjadi kericuhan. Keberadaan massa pendukung Jokowi-Ma’ruf dianggap mengganggu proses kedatangan rombongan Prabowo. Namun, kesalahpahaman itu bisa diatasi oleh anggota kepolisian.
Saat rombongan Prabowo datang, massa pembawa spanduk Jokowi-Ma’ruf masih bertahan di tepi Jalan Bulak Rukem. Dari dalam mobil, Prabowo tidak terlihat terpengaruh oleh keberadaan massa kandidat pesaingnya. Prabowo tetap memberi salam dua jari.
Seorang warga yang mengaku bernama Wiyono dan mengklaim sebagai Koordinator Relawan Pendukung Jokowi mengatakan, aksi itu merupakan inisiatif kalangan warga Bulak Kenjeran dan sekitarnya. Mereka ingin menyampaikan aspirasi kepada Prabowo bahwa daerah mereka merupakan basis pendukung Jokowi-Ma’ruf. “Silakan datang tetapi aspirasi masyarakat di sini tetap ke Pak Jokowi,” katanya.