Dibahas Kurang dari 24 Jam, Ida Fauziyah Resmi Dampingi Sudirman Said
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Politisi Partai Kebangkitan Bangsa, Ida Fauziyah, hari ini, Selasa (9/10), resmi diputuskan mendampingi mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said pada pemilihan kepala daerah Jawa Tengah Juni mendatang. Kesepakatan tersebut dicapai setelah pembahasan yang dilakukan selama kurang dari 24 jam. Nama Ida sebelumnya tidak pernah muncul dalam bursa calon peserta Pilkada Jateng dari partai mana pun.
Sudirman dan Ida resmi diperkenalkan ke publik pukul 17.30 setelah sekitar tiga jam melakukan pembahasan di kantor DPP PKB. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu PKB Marwan Jafar, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jawa Tengah Muhammad Yusuf Chudlori, dan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani.
”Ini kejutan yang tidak terduga sama sekali. Jadi, tugas di Jawa Tengah sekarang akan diemban oleh sahabat saya Sudirman Said dan senior saya Ibu Ida Fauziyah. Ini pasangan ideal, Sudirman berpengalaman di birokrasi, sementara Ibu Ida memiliki track record yang panjang di legislatif. Ia sudah menjadi anggota DPR selama empat periode,” tutur Marwan.
Ini kejutan yang tidak terduga sama sekali. Jadi, tugas di Jawa Tengah sekarang akan diemban oleh sahabat saya Sudirman Said dan senior saya Ibu Ida Fauziyah
Ida merupakan anggota DPR sejak 1999 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VIII. Sebelumnya, nama politisi PKB yang dimunculkan dalam bursa calon gubernur ataupun wakil gubernur Jateng adalah Marwan dan Yusuf Chudlori. Namun, menurut Marwan, saat ini ia masih diberi tugas oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar untuk memimpin upaya pemenangan PKB pada pemilihan umum legislatif dan eksekutif hingga 2019.
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani menyampaikan, nama Ida yang menjadi pendamping Sudirman dibicarakan dalam waktu yang sangat singkat. Muzani mengapresiasi kerendahan hati PKB sebagai partai peraih suara terbanyak kedua di Jateng yang berkenan untuk tidak mengajukan kadernya sebagai cagub.
”Ini dibicarakan dengan singkat, tidak sampai 24 jam, tetapi sudah menemukan kecocokannya masing-masing,” ujar Muzani.
Muzani mengapresiasi kerendahan hati PKB sebagai partai peraih suara terbanyak kedua di Jateng yang berkenan untuk tidak mengajukan kadernya sebagai cagub.
Muzani menyampaikan, keputusan mengusung Ida sebagai pendamping Sudirman telah disepakati oleh semua partai koalisi. ”Sudah disepakati oleh semua partai koalisi,” kata Muzani.
Sebelum berkoalisi dengan PKB, Sudirman jauh-jauh hari telah didukung Gerindra, PKS, dan PAN untuk menjadi cagub. Beberapa nama dimunculkan untuk menjadi pendamping Sudirman, seperti politisi PPP Majid Kamil dan Taj Yasin, dua putra dari ulama senior Nahdlatul Ulama (NU), Maimoen Zubair yang akrab disapa Mbah Moen.
Mantan kader PDI-P yang pernah menjabat Wakil Gubernur Jateng (2008-2013) Rustri Ningsih pun hingga pagi tadi masih terus diusung oleh PKS agar dapat mendampingi Sudirman.
Namun di luar dugaan, cagub petahana dari PDI-P Ganjar Pranowo secara resmi telah menggandeng Taj Yasin pada 7 Januari. Pasangan Ganjar-Yasin mendapatkan dukungan dari PDI-P, Golkar, Demokrat, PPP, dan Nasdem.
Sudirman Said mengatakan, walaupun sudah lama tidak bekerja sama dengan Ida, ia mengaku sudah mengenal Ida sejak lama. Ia berharap dapat bekerja sama dengan baik untuk membangun Jawa Tengah ke depannya.
”Saya mengucapkan terima kasih kepada para pimpinan parpol atas kebesaran hatinya memasangkan kami di Pilkada Jateng,” ujar Sudirman.
Rasa terkejut juga dirasakan Ida Fauziyah. Ia mengaku, sejak kemarin ponselnya terus berdering menerima dukungan dari sejumlah pihak, khususnya para kiai dan kalangan perempuan NU. Ida juga tercatat sebagai mantan Ketua Fatayat NU.
”Saya kaget dengan proses ini. Namun sebagai kader, saya dididik untuk siap melaksanakan tugas kapan pun dan di mana pun,” kata Ida.
Ketua Desk Pilkada PKB Daniel Johan juga tidak menyangka keputusan menduetkan Sudirman dengan Ida Fauziyah dapat tercapai. Ia bahkan menyampaikan, nama Ida sebelumnya tidak pernah ada dalam survei mana pun.
Meski demikian, pilihan partainya diambil setelah mempertimbangkan bahwa masyarakat Jateng membutuhkan pilihan alternatif. Ida juga dinilai sebagai sosok yang mampu menjaring suara kaum perempuan di kalangan NU. (DD14)