JAKARTA, KOMPAS — Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengecam keras teror yang menewaskan ratusan orang di sebuah masjid di Sinai, Mesir. Dunia Islam, khususnya Pemerintah Mesir dan negara-negara Timur Tengah, diminta untuk tidak memberikan toleransi pada aksi kekerasan karena bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Jakarta, Sabtu (25/11) malam, mengatakan, penembakan yang terjadi di Sinai merupakan tindakan keji. Aksi tersebut menambah daftar citra buruk yang dapat menciptakan stigma bahwa kawasan Timur Tengah rawan kekerasan dan gejolak ketidakamanan.
”Karena itu, Pemerintah Mesir dan negara-negara Timur Tengah jangan menoleransi serta harus mencegah dan menindak tegas segala bentuk kekerasan yang merusak nilai kemanusiaan itu,” ujar Haedar.
Apa pun motif dan siapa pun pelakunya, kata Haedar, tindakan keji tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dan keadaban kemanusiaan. Islam tidak pernah mengajarkan untuk menghilangkan nyawa manusia karena hal itu termasuk tindakan zalim dan dosa berat.
Muhammadiyah mengajak semua pihak untuk menegakkan nilai-nilai kebaikan, kedamaian, dan kemanusiaan sebagai gerakan kolektif melawan segala bentuk kekerasan dan tindakan merusak di muka bumi. Semua kalangan harus disadarkan bahwa menyelamatkan satu nyawa sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia. Sebaliknya, melenyapkan satu nyawa sama dengan melenyapkan seluruh jiwa umat manusia.
Di Medan, Sumatera Utara, Presiden Joko Widodo juga mengecam pelaku serangan di Mesir. Mereka dinilai telah melakukan tindakan keji. Indonesia dipastikan akan terus melawan tindakan kekerasan terhadap masyarakat sipil.
Presiden juga mengucapkan belasungkawa serta simpati masyarakat Indonesia kepada Presiden Mesir dan rakyatnya.
”Duka dan simpati mendalam dari seluruh rakyat Indonesia kepada Pemerintah Mesir dan masyarakat serta para korban,” kata Presiden.
Hari Jumat (24/11), Masjid Ar-Raudhah di kota Bir el-Abd, sekitar 50 kilometer arah barat kota El-Arish, Sinai Utara, diserang oleh puluhan orang bersenjata. Warga yang selesai melakukan shalat Jumat ditembaki dengan senapan otomatis. Hingga Sabtu, jumlah korban meninggal mencapai 305 warga, termasuk 27 anak- anak. Selain itu, 128 orang luka-luka.
Hingga sekarang, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Bir el-Abd. Sebelum ini, pihak yang biasanya mengklaim bertanggung jawab atas berbagai aksi kekerasan adalah Kelompok Wilayah Sinai, sayap kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Mesir.