JAKARTA, KOMPAS — Sebelum Presiden Joko Widodo tiba, kendaraan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, RI 32, sudah parkir di halaman Istana Negara, Jakarta. Sementara Presiden baru saja menyelesaikan kegiatan di Balai Kartini, Jakarta Selatan. Tidak lama setelah Presiden sampai, Airlangga menemui Presiden di Istana Merdeka setelah sebelumnya menunggu di ruang tunggu.
Sebagai menteri, Airlangga memiliki banyak alasan bertemu Presiden. Alasan formal siang tadi adalah melaporkan hasil kunjungannya ke Thailand. Ada beberapa hal terkait investasi yang perlu dibicarakan dengan Presiden, tetapi kami tidak meneruskan pertanyaan tentang itu karena bahan obrolan sudah semakin normatif.
Kita kembalikan pada mekanisme yang ada dan kepada aspirasi dari daerah-daerah.
Obrolan kami masuk ke persoalan suksesi di tubuh Partai Golkar, tempat Airlangga bernaung dan berproses sebagai kader politik. Di sana dia duduk sebagai Ketua Koordinator Bidang Perekonomian. Kami penasaran, apakah pada pertemuannya dengan Presiden membahas masalah Golkar? Airlangga menjawab dengan pelan dan tenang.
”Kalau Golkar, kita kembalikan kepada mekanisme yang ada dan kepada aspirasi dari daerah-daerah,” kata Airlangga kepada jurnalis. Kami masih ingin menggali lebih dalam lagi. Lalu, apa yang disampaikan Presiden kepada Anda terkait Golkar?
Menurut Airlangga, Presiden mengharapkan situasi yang melanda partai berlambang pohon beringin itu tidak bertambah buruk. Presiden menginginkan situasi saat ini dapat dilalui dengan baik.
Presiden mengharapkan situasi yang melanda partai berlambang pohon beringin itu tidak bertambah buruk. Presiden menginginkan situasi saat ini dapat dilalui dengan baik.
Apakah perlu ada musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk mencari pengganti Ketua Umum Golkar yang kini ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi? Menurut Airlangga, hal itu tergantung dari pimpinan partai di daerah-daerah selaku penentu perlu tidaknya digelar munaslub.
Setelah penahanan Ketua Umum Golkar, menurut Airlangga, perlu ada langkah untuk menyelamatkan partai. Sayangnya, Airlangga tidak menjelaskan detail langkah penyelamatan yang dimaksud. Terkait kemungkinan dirinya dipercaya menggantikan Setya Novanto, Airlangga kembali berusaha tenang.
”Saya, kan, pembantu Presiden dan kader partai. Pertama, saya bergantung kepada aspirasi yang berkembang di daerah dan kedua (tergantung) kepada Bapak,” kata Airlangga.
Sementara mengenai munaslub, Airlangga tidak ingin berspekulasi yang terlalu berlebihan. Dia akan mengikuti perkembangan yang terjadi pada sidang pleno yang berlangsung pada hari-hari ini. Mereka yang memiliki kewenangan menentukan digelarnya munaslub atau tidak. Pada prinsipnya, setiap perkembangan yang terjadi di partai akan selalu diikutinya.
Airlangga meninggalkan area dalam Istana Kepresidenan sekitar pukul 11.00. Pada saat yang sama, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B Pandjaitan masih berada di Istana Merdeka bersama Presiden. Entah apa yang dibicarakan mereka di dalam Istana. Setengah jam kemudian, Luhut keluar Istana dengan wajah ceria, mengenakan baju putih lengan pendek.
Senada dengan Airlangga, saat ditanya berbicara apa dengan Presiden, tidak ada satu poin pun yang disebutnya tentang Golkar. Pertama Luhut bicara tentang Sail Sabang, proyek light rail transit (LRT), persiapan pesta pernikahan Kahiyang-Bobby di Medan, dan terakhir tentang kawasan industri Bekasi-Karawang-Purwakarta.
Apakah tidak ada pembicaraan tentang Golkar atau Ketua DPR? ”Saya tidak bicara itu,” kata Luhut.
Sudah menjadi takdir kami untuk tidak pernah menyerah dengan segala jawaban yang ke sana kemari. Kami fokus menanyakan Golkar lagi. Apakah dalam pertemuan itu Presiden memberi pesan sesuatu terkait Golkar? ”Kalaupun ada, aku tidak wajib lapor sama kamu, kan,” katanya seraya tertawa.
Golkar merupakan partai yang sudah mandiri. Mereka memiliki mekanisme sendiri untuk melanjutkan suksesi kepartaian.
Luhut kemudian meminta jurnalis untuk tidak terlalu menggoyang Golkar lewat pemberitaan. Golkar, kata Luhut, merupakan partai yang sudah mandiri. Mereka memiliki mekanisme sendiri untuk melanjutkan suksesi kepartaian.
”Enggak usah kita terlalu ramai-ramaikan. Kan, semua ada mekanismenya dan saya lihat sedang berproses juga, sih. Semua baik-baik saja, sih,” kata Luhut.